Peter L Woicke, Wakil Presiden Eksekutif IFC, menegaskan kalau dirinya juga sangat menyesalkan kasus Panca Overseas. Namun, dia tetap berharap kalau pengadilan di Indonesia mampu menuntaskan masalah itu.
Dirinya menolak kalau kedatangannya ke Indonesia secara khusus karena kasus Panca Overseas dan Manulife. "Seandainya kedatangan saya bisa menyelesaikan kedua kasus itu," komentar Woicke. Pihak IFC menurutnya, akan tetap menghormati proses pengadilan kedua kasus itu di Indonesia.
Woicke juga mengungkapkan kalau banyak pihak yang meminta agar IFC menghentikan bantuannya ke Indonesia sehubungan dengan kasus Panca Overseas dan Manulife. "Namun setelah berkonsultasi dengan beberapa nasabah sebelum pertemuan ini, kami tetap akan memberikan bantuan kepada Indonesia," ungkap Woicke yang juga Managing Director World Bank ini.
Terbesar ketujuh
Indonesia sendiri merupakan portofolio terbesar ketujuh dari IFC. Sejak 1968 sampai dengan 31 Desember 2000, IFC telah menyetujui untuk mendanai 98 proyek di Indonesia senilai AS$8,5 miliar.
IFC membantu pembangunan sektor swasta di Indonesia baik melalui investasi maupun dalam bentuk konsultasi. Prioritas IFC adalah untuk membantu pemulihan sektor swata dari krisis ekonomi. Investasi di Indonesia dititik beratkan untuk proyek-proyek di bidang pertambangan, perkebunan dan sektor keuangan.
Sampai saat ini, IFC telah melakukan beberapa restrukturisasi penting pada nasabah-nasabah IFC, di antaranya Hotel Santika, Semen Andalas, South Pacific Viscose, Rimba Partikel, Ades Alfindo dan Argo Pantes.
Kunjungan Woicke ke Indonesia kali ini juga direncanakan untuk mengumumkan investasi IFC yang baru dalam fasilitas-fasilitas perdagangan pada Standard Chartered Bank dan Sumitomo Bank, masing-masing sebesar AS$125 juta.