Pemihakan
Tajuk

Pemihakan

Kumbakarna berwajah jelek dan terkesan jahat. Dia adalah bentuk seburuk-buruknya raksasa yang seakan terasosiasi dengan iblis jahat. Dialah adik Rahwana, maharaja kejahatan bermuka selaksa, raksasa immortal yang menyebarkan bibit-bibit kejahatan berkesinambungan sampai akhir jaman.

Oleh:
ATS
Bacaan 2 Menit
Pemihakan
Hukumonline

Tapi kenyataannya, Kumbakarna adalah sejujur-jujurnya dan sebaik-baiknya makhluk hidup. Dia sungguh tidak minta dilahirkan sebagai bagian dari ketamakan dan kejahatan. Tetapi Kumbakarna harus menerima kenyataan, terlahir dan besar di lingkungan Alengka di mana kejahatan adalah keseharian. Kumbakarna memilih naik gunung, bertapa mensucikan diri di gua, melupakan keduniawian. Karena paling tidak, jarak yang diambil akan membuatnya seakan tidak terkait dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh mob Alengka.

Namun waktu Alengka menjelang di jurang kehancuran ketika berperang melawan Rama dan pasukan wanara, atas bujukan-bujukan kerabat Alengka, Kumbakarna dengan hati pedih dan melawan nuraninya sendiri maju berperang membabi buta menghadapi balatentara Rama yang berniat melumatkan angkara murka. Kumbakarna telah melakukan pemihakan pada suatu pemerintah dan gerombolan yang jahat atas dasar pengabdiannya kepada Alengka, tanah airnya. Bisa jadi dia menerapkan prinsip "right or wrong Alengka is my country" .

Untuk alasan yang mirip, tetapi dengan latar belakang sedikit berbeda, Adipati Karna memihak Kurawa dalam perang Baratayudha melawan saudara-saudara seibunya sendiri, Pandawa Lima. Karna berhutang budi pada Kurawa yang mengangkatnya dari kehidupan sudra yang hina menjadi "warlord" utama Astina. Karna melakukan pemihakan yang jelas membela Kurawa sebagai balas jasa, suatu sikap sangat manusiawi dari seorang ksatria kepada penguasa junjungannya.

Kumbakarna dan Karna melakukan pemihakan dari pilihan-pilihan yang sulit, penuh dengan konflik batin yang memilukan, dan sulit untuk dicerna akal sehat, ciri khas drama Asia. Bahkan, dalam kehidupan masyarakat tradisional Asia yang ditarik sampai ke masa kini sekalipun.

Pemihakan masyarakat modern lebih lugas dan rasional. Mayoritas bangsa-bangsa di dunia bangkit membentuk kekuatan sekutu untuk menentang "fasisme" yang diprakarsai oleh Adolf Hitler dengan partai Nazinya. Seluruh dunia bangkit membela Mandela karena politik apartheid dengan congkak melecehkan pilar-pilar kehidupan kemanusiaan yang mendasar dan universal. Seluruh dunia juga bangkit melawan kebijakan biadab "ethnic cleansing" di Yugoslavia dan daerah-daerah pecahannya.

Di mana-mana di bagian dunia ini, gerakan-gerakan pemihakan, yaitu membela buruh, wanita dan anak-anak, golongan minoritas, antirasialisme, prodemokrasi, proreformasi, penegakan hukum dan keadilan, antipenindasan dan penjajahan segala bentuk bermunculan. Semuanya rasional, bertujuan jelas dan bermuatan nilai-nilai universal, tentu dengan romantisme di sana sini.

Bila kita terapkan prinisip pemihakan dengan nilai-nilai tadi ke dalam kondisi Indonesia masa kini, maka pemihakan yang logis, rasional dan lugas atas siapa dan apa, menjadi suatu spektrum menyilaukan yang sulit diurai warnanya. Jatuhnya Suharto dan penerusnya, Habibie, memberikan harapan luar biasa besarnya kepada suatu pemerintahan egaliter gaya baru, tumbuhnya masyarakat madani yang kritis, kehidupan multipartai yang demokratis, runtuhnya feodalisme dalam kehidupan birokrasi, terbasminya korupsi, tegaknya hukum dan kewibawaan penegak hukum, dan di ujung sana tentunya kehidupan ekonomi yang sejahtera dan berkeadilan.

Halaman Selanjutnya:
Tags: