Bom di JW Marriot, Bukti Teroris Bisa Kelabui Sistem Pengamanan
Utama

Bom di JW Marriot, Bukti Teroris Bisa Kelabui Sistem Pengamanan

Ledakan bom kembali mengguncang Indonesia. Selasa (5/8), pukul 12.40, sebuah bom kembali meledak di Jakarta. Kali ini bom meledak di depan hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Sampai berita ini ditulis, 13 orang meninggal dunia dan 149 orang menderita luka-luka.

Oleh:
Nay/Amr
Bacaan 2 Menit
Bom di JW Marriot, Bukti Teroris Bisa Kelabui Sistem Pengamanan
Hukumonline

 

Data terakhir dari PMI hingga Selasa sore menyebutkan terdapat 13 orang tewas dan 149 orang luka-luka. Menurut ketua PMI Mar'ie Muhammad, data ini dihimpun dari RS MMC, RSCM, RS Jakarta dan rumah sakit lainnya.

 

Kapolri menyatakan, pusat ledakan berada di jalan masuk hotel berupa lubang terbuka sekitar 2 meter. Diperkirakan bom berada dalam mobil Kijang yang hancur. Karena dari pemeriksaan sementara ditemukan kerangka mobil yang terlepas, mesin mobil dan potongan radiator, serta setir mobil. Sudah diketahui nomor casis, nomor mesin dan juga plat nomor dari Kijang tersebut. Saat ini, polisi tengah melakukan pengecekan untuk mengetahui pemilik kendaraan tersebut.

 

Menurut Dai, polisi juga menemukan potongan-potongan tubuh manusia. Namun polisi belum dapat memastikan apakah bagian-bagian tubuh korban berasal dari mobil yang berisi bom itu. Polisi juga belum mengetahui kekuatan bom, jenis bom dan mekanisme kerja bom tersebut karena masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium forensik yang tengah dilakukan. Polisi juga tengah memeriksa beberapa saksi.

 

Gubernur Sutiyoso yang hadir di lokasi bahkan menyatakan sangat mungkin yang terjadi adalah bom bunuh diri. "Ini sangat mungkin bom bunuh diri kalau saya lihat kejadian dimana ada potongan -potongan tubuh di dalam mobil, berarti ia ada di dalam mobil saat ledakan," ujar Sutiyoso.

 

Selain Sutiyoso, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono dan suami presiden Megawati, Taufik Kiemas terlihat mendatangi lokasi ledakan. Yudhoyono menyatakan Pemerintah mengutuk keras aksi terorisme itu dan menyatakan belasungkawa pada korban yang tidak berdosa.

 

Menurutnya, Hotel Marriott sebenarnya memiliki sistem keamanan yang cukup baik. "Tetapi mereka toh bisa melakukan peledakan. Ini berarti bahwa aksi teror di Indonesia sudah betul-betul nekad menggunakan sarana teknologi yang juga tidak bisa diremehkan," ujar Yudhoyono.

 

Terhadap ledakan bom di Marriott ini, Yudhoyono mengatakan Pemerintah akan bekerja siang malam untuk membongkar aksi terorisme itu sehingga ia meminta  masyarakat tetap tenang tapi waspada.

 

"UU Pemberantasan Terorisme, langkah-langkah pencegahan yang telah kita lakukan akan terus kita tingkatkan. Berhentilah mereka yang mengatakan bahwa UU Terorisme ini katanya bertentangan dengan HAM. Berhentilah memanipulasi seperti itu. Lihatlah korban yang berjatuhan yang saya saksikan sendiri tadi, mereka semua tidak berdosa," ujar Yudhoyono emosional.

 

Dari pengamatan hukumonline, kerusakan terparah terjadi di lobby hotel JW Marriott dan di depan Plaza Mutiara yang terletak di sebelah hotel. Di depan Plaza Mutiara terdapat lima buah taxi Silverbird yang hancur terkena ledakan. Tepat di depan pintu masuk plaza, terdapat sebuah kerangka mobil kijang. Kaca-kaca di kamar hotel, bahkan di lantai atas, terlihat pecah berantakan.

 

Begitupula beberapa caf� dan minimarket yang terletak di sayap kiri Menara Rajawali, perkantoran yang bersebelahan dengan hotel JW Marriott, kaca-kacanya pecah berantakan. Masih terlihat sisa-sisa makan siang di meja caf� itu.

 

Beberapa waktu setelah ledakan, karyawan hotel dikumpulkan di lapangan di bagian belakang hotel. Terlihat karyawan berseragam koki dengan noda darah di bajunya dan juga tamu hotel yang hanya memakai kimono untuk mandi. Salah satu korban, Edi Wirya, Direktur Java Musikindo menderita luka di dahinya terkena pecahan kaca. Kebetulan, Edi berkantor di lantai 2 Plaza Mutiara.

 

Sementara Simon Leuang, pria warga negara Australia menyatakan  tengah berada di kamarnya di lantai 7 ketika mendengar ledakan. Staf pengajar di Edith Cowan University Perth ini langsung mengenakan sepatu, menyambar pasport dan dompetnya dan segera turun.

 

Menurut Mellany, staf humas hotel JW Marriott, terdapat 333 kamar di hotel tersebut dan saat kejadian, 70 % kamar sedang dihuni. Melanny menyatakan sebelumnya tidak ada ancaman apa pun yang diterima pihak hotel. Ia juga menyatakan pihak hotel telah melakukan pemeriksaan ketat terhadap pengunjung hotel, termasuk dengan memakai detektor bom.

 

JW Marriot merupakan jaringan hotel internasional yang berpusat di Washington DC, Amerika Serikat (AS).  Hotel ini dikenal sering dihuni oleh pejabat kedubes AS dan warga negara AS. Ketika berkunjung ke Jakarta, Menlu AS Collin Powell  juga menginap di hotel ini.

Budi Unggul (35), tidak pernah mengira bahwa seminar yang diadakan oleh kantornya akan membawa petaka. Pria yang bekerja sebagai legal counsel di GE Capital ini berada di JW Marriott untuk menghadiri seminar yang diselenggarakan oleh kantornya. Pada jam makan siang, Budi menikmati makan siang di Restoran Syailendra. Ia duduk di dekat jendela yang menghadap Plaza Mutiara.

 

Sedang asyik makan, telepon genggam pria lulusan Fakultas Hukum UI tahun 1986 ini berdering. Ia berdiri untuk menjawab telepon, namun tiba-tiba terdengar suara keras, diikuti kegelapan dan asap hitam, disertai hawa panas. 

 

Tertaih-tatih, dengan terantuk beberapa orang lainnya, Budi berjalan ke arah lobby hotel. Untung, disana ada temannya yang ketika melihatnya terluka, segera melarikan Budi ke RS Jakarta. Budi menderita sedikit luka bakar di punggung dan mata kirinya bengkak terkena serpihan kaca.

 

Namun, tidak semua pengunjung hotel bernasib "semujur" Budi. Menurut keterangan Kapolri Da'i Bachtiar di tempat kejadian, 10 orang meninggal dunia dan 74 orang menderita luka-luka, dari luka ringan sampai luka berat. Dari korban yang meninggal, satu orang merupakan Warga Negara Asing (WNA). Sementara 22 kendaraan mengalami kerusakan.

Halaman Selanjutnya:
Tags: