English Club untuk Hakim Agama
Jeda

English Club untuk Hakim Agama

Sekitar 30 hakim dan calon hakim Pengadilan Agama rutin menggelar diskusi menggunakan bahasa Inggris setiap bulannya.

Oleh:
Ali
Bacaan 2 Menit
English Club untuk hakim agama gelar diskusi rutin setiap bulannya. <br>Foto: Sgp
English Club untuk hakim agama gelar diskusi rutin setiap bulannya. <br>Foto: Sgp

Sebagian orang mungkin berpandangan hakim di peradilan agama hanya paham persoalan-persoalan perceraian atau waris. Bacaannya pun mungkin, salah satunya, kitab kuning atau buku-buku berbahasa Arab. Namun, pandangan ini akan berubah bila anda mampir ke Gedung Sekretariat Mahkamah Agung (MA) atau tepatnya di Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama (Badilag).

 

Di sana, digelar diskusi bulanan tentang berbagai topik terkait peradilan. Yang menarik, diskusi tersebut menggunakan bahasa Inggris. Nama forumnya adalah English Club Meeting. Para hakim agama atau calon hakim agama terlihat ber-cas-cis-cus menggunakan bahasa Inggris. Ada yang sudah mahir, ada juga yang masih terbata-bata.

 

Penanggung Jawab Acara, Achmad Cholil dari Ditjen Badilag, mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para hakim agama. “Banyak hakim muda yang potensial,” ujarnya usai acara English Club Meeting kepada hukumonline, Rabu (21/12).

 

Cholil mengatakan awalnya para hakim dan cakim peradilan agama ini ingin mendiskusikan isu-isu perkembangan hukum terkini. “Lalu, kami berpikir mungkin lebih berbobot bila menggunakan bahasa Inggris dan mengundang para pembicara-pembicara yang native dalam berbahasa Inggris,” ungkapnya.

 

Beberapa yang pernah hadir sebagai pembicara adalah Cate Sumner (IALDF-AUSAID), Leisha Lister (Family Court of Australia), Nenad Bago (IALDF), David Anderson (USAID), Anne Wallace (Universitas Canberra Australia), dan terakhir Niklas Enander (GRM International).

 

Para peserta English Club Meeting mayoritas diisi oleh para hakim peradilan agama. Mereka berasal dari pengadilan agama di sekitar Jakarta. Namun, beberapa di antara mereka, ada yang berasal dari Sumatera. “Ada yang berasal dari PA (Pengadilan Agama, red.) Lampung, ada juga yang berasal dari PA Palembang,” ujar Cholil.

 

Uniknya, para hakim ini mengeluarkan biaya sendiri untuk hadir ke Badilag. “Kami hanya mengundang mereka. Tak ada biaya untuk membayar akomodasi mereka,” ujar Cholil.  

Halaman Selanjutnya:
Tags: