Catur Rini Widosari: Memimpin di Tengah Badai Kecaman
Profil

Catur Rini Widosari: Memimpin di Tengah Badai Kecaman

Baginya, setiap kebijakan itu tidak bisa statis. Dia harus dinamis mengikuti perkembangan situasi.

Oleh:
Mvt
Bacaan 2 Menit
Catur Rini Widosari memimpin di tengah badai<br> kecaman, Foto: Sgp
Catur Rini Widosari memimpin di tengah badai<br> kecaman, Foto: Sgp

Tak dapat dipungkiri, Direktorat Jenderal Pajak jadi sorotan masyarakat sepanjang tahun 2010. Terkuaknya kasus Gayus Tambunan, penelaah keberatan dan banding pajak, membuat institusi pengumpul uang negara ini tak lepas dari komentar miring publik. Kecaman dan prasangka negatif jadi hal jamak yang dialamatkan hampir sepanjang tahun, lebih khusus lagi pada Direktorat Keberatan dan Banding.

 

Perhatian dan kecaman sedemikian besar tentu jadi beban tersendiri bagi para pegawai pajak, terutama mereka yang bertugas di bagian yang dulu juga ditempati Gayus. Suka tidak suka, perhatian besar berbagai kalangan menambah beban pekerjaan mereka berlipat ganda. Hal ini diakui Direktur Keberatan dan Banding Ditjen Pajak, Catur Rini Widosari. Ia mengakui beban berat sempat menghinggapi dirinya dan staf.

 

“Siapa yang tahan dengan banyaknya judgement seperti itu. Padahal kita tidak melakukan sama sekali. Bahwa ada oknum, pasti ya. Namun, itu tidak hanya di Ditjen Pajak dan tentunya tidak boleh digeneralisir,” tandasnya ketika diwawancarai hukumonline di kantornya, pertengahan Desember lalu.

 

Catur, panggilannya, memang belum lama menduduki jabatan tersebut. Ia diangkat sebagai direktur pada 5 April 2010 dari jabatan lama sebagai Direktur Peraturan Perpajakan I. Ketika itu kasus Gayus tengah jadi pembicaraan hangat banyak kalangan. Pemberitaan media banyak fokus pada kasus Gayus.

 

Sebagai pimpinan, Catur menyadari perannya sangat sentral. Di satu sisi, ia harus mampu menjaga profesionalisme semua petugas keberatan dan banding pajak. Tekadnya, kecaman dan kritik harus mampu dijawab dengan kinerja seprofesional mungkin. Itu juga yang berusaha ia tekankan pada seluruh bawahan. “Biarkan saja publik mencaci dan sebagainya, kita buktikan dengan kinerja dan prestasi yang baik,” tegasnya pada bawahan.

 

Di sisi lain, Catur harus pandai menjaga semangat kerja dan mood bawahan. Sebab, direktoratnya yang bertugas mewakili Ditjen Pajak untuk bersentuhan langsung dengan wajib pajak di tingkat keberatan meskipun tetap berbagi peran dengan kantor wilayah dan kantor pajak pratama. Ditambah lagi, direktoratnya juga yang harus hadir dalam proses persidangan di pengadilan pajak. “Saya harus belajar banyak sabar. Kalau tidak, staf akan semakin terbebani. Kerjaan berat, tekanan dan perhatian publik sedang besar, kalau saya marah-marah terus, kan kasihan mereka”.

 

Keibuan

Kesan keibuan memang tak bisa lepas dari sosok Catur. Sepanjang perbincangan, hukumonline mengamati bahwa ia sangat perhatian dan berusaha menghargai semua bawahannya. Ia sering menyebut bawahannya dengan panggilan anak. Panggilan ini muncul beberapa kali setiap pembicaraan mengenai tugas direktorat yang ia pimpin.

Tags: