Nicholas Charles Parsons: Disabilitas Bukan Penghalang Belajar Hukum Indonesia
Profil

Nicholas Charles Parsons: Disabilitas Bukan Penghalang Belajar Hukum Indonesia

Sederet prestasinya membuktikan, masalah penglihatan tak menghalangi Nicholas Charles Parsons untuk belajar tentang banyak hal, termasuk belajar hukum Indonesia.

Oleh:
M-10
Bacaan 2 Menit
Nicholas Charles Parsons: Disabilitas Bukan Penghalang Belajar<br> Hukum Indonesia. Foto: Sgp
Nicholas Charles Parsons: Disabilitas Bukan Penghalang Belajar<br> Hukum Indonesia. Foto: Sgp

Sekilas, tak ada perbedaan yang tampak pada diri seorang Nicholas Charles Parsons, yang akrab disapa Nick, dengan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia lainnya. Saat mengikuti kuliah Jum’at pekan lalu, Nick duduk di barisan depan. Ia tampak tekun mendengarkan kuliah “Anggaran Negara” dari Prof Safri Nugraha. 

Yang membedakannya adalah wajah, dan peralatan teknologi yang dia pakai. Perawakannya jelas menunjukkan Nick bukan orang Indonesia. Dia memang warga negara Australia yang sedang kuliah di Fakultas Hukum UI. Setiap mengikuti kuliah, di telinga kanan Nick terpasang earphone yang tersambung ke laptop. Penjelasan dosen dalam Bahasa Indonesia dia catat langsung ke dalam laptop. Tak terlalu penting siapa dosen yang sedang mengajar. Sebab, Nick memang tak bisa melihat langsung wajah sang dosen. 

Disabilitas berupa tuna netra tak menghalangi Nick untuk belajar, meskipun harus melalui bantuan peralatan. “Cara belajar saya memang harus pakai laptop. Sebab di laptop ada software khusus yang membacakan teks. Jadi saya mencatat kuliah pun pakai laptop menggunakan earphone,” Nick menjelaskan dalam perbincangan dengan hukumonline usai kuliah. 

Selain fasih menggunakan laptop, Nick juga sangat tangkas memanfaatkan teknologi telepon selular. Bukan hanya sebatas menjawab telepon, mengetik dan membaca pesan singkat alias sms pun bisa ia lakukan. Awalnya memang tidak ada software di telepon genggam sehingga ia terpaksa menghapal satu persatu tombol agar bisa membuka sms. Nick hafal tombol untuk mengetiknya tetapi tidak bisa membaca sms. Setelah ada software membaca di telepon genggam, Nick pun bisa saling berpesan singkat dengan siapa saja. 

Nick tak keberatan membagi cerita asal mula disabilitas yang menimpa dirinya. Dalam silsilah keluarga, tak ada garis keturunan yang mengidap penyakit serupa. Pemeriksaan dokter menunjukkan Nick memiliki gen resesif. Saat duduk di sekolah dasar penglihatannya terus memburuk hingga akhirnya benar-benar tak bisa melihat. Ia mengandalkan pendengaran dan ingatan. 

Kondisi disabilitas tak membuat Nick patah arang. Ia terus belajar. Mulai dari menggunakan huruf braille hingga memakai software untuk membaca di laptop. Tetapi, ia memang diberi kemampuan mengingat yang luar biasa. “Saya sangat mengandalkan ingatan. Untuk memudahkan, saya hapalkan jalan yang harus saya lalui dan tempat duduk di kelas. Begitu pula di apartemen, saya hapal posisi semua barang dan tidak pernah saya ubah. Saya juga bisa masak mie goreng pakai kompor gas,” tutur Nick. 

Nick tinggal di sebuah apartemen di bilangan Margonda Depok. Berangkat kuliah ia biasanya naik ojek hingga ke kampus. Dan ia bisa melewati setiap jalan menunju ruang kuliah tanpa dipapah. 

Tags: