APPFH, Wadah Para ‘Filsuf Hukum’
Komunitas

APPFH, Wadah Para ‘Filsuf Hukum’

Asosiasi Pengajar dan Peminat Filsafat Hukum, ingin jadi pusat belajar yang berperan aktif dan positif bagi kemajuan hukum di Indonesia.

Oleh:
IHW
Bacaan 2 Menit
APPFH, Wadah Para ‘Filsuf Hukum’
Hukumonline

Andang L Binawan gusar. Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara Jakarta ini mengaku pernah berbincang dengan beberapa lulusan sarjana hukum gres dari universitas di Jogjakarta dan Jakarta soal mata kuliah Filsafat Hukum yang pernah mereka pelajari di kampus. Hasilnya, sebagian besar mengaku lupa materi kuliah itu.

 

“Paling hanya satu-dua yang benar-benar berminat mendalami Filsafat Hukum,” kata Andang dalam pertemuan para pengajar dan peminat Filsafat Hukum, di Universitas Parahyangan, Bandung.

 

Kegusaran Andang bertambah setelah mendengar kabar ada kampus yang bahkan berniat menghapus mata kuliah ini dari Fakultas Hukum. Kerisauan serupa juga hinggap di kepala beberapa pengajar dan peminat Filsafat Hukum yang hadir dalam pertemuan yang diselenggarakan Unpar bersama HuMa dan Epistema Institute selama dua hari 8-9 Maret 2011.

 

Andang tidak buru-buru melimpahkan kesalahan kepada minimnya minat mahasiswa mendalami mata kuliah filsafat hukum. Ia mencatat setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi hal itu. Materi kuliah yang terlalu abstrak, kurang jelas kaitannya dengan realitas dan metodologi pengajaran yang kurang menarik.

 

“Bahkan banyak mahasiswa yang cuma hafal nama filsuf tanpa mengetahui isi yang diajarkan oleh filsufnya,” ungkap Andang yang juga duduk sebagai anggota Dewan Kehormatan Peradi Jakarta dari unsur masyarakat ini.

 

Itu dari sudut pandang Andang. Lain lagi pendapat Busyro Muqoddas. Datang di acara yang sama sebagai akademisi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Busyro menyayangkan praktik penegakkan hukum dimana seolah-olah aparatnya seperti tak pernah belajar filsafat hukum. Ia menyebut beberapa putusan hakim yang mengurangi hukuman koruptor atau malah tindakan penyidik dan penuntut yang melakukan akrobat hukum. “Terjadi kesesatan berpikir.”

 

Busyro melakukan otokritik terhadap para pengajar yang boleh jadi tak mengajarkan filsafat hukum sehingga mudah dimengerti oleh para lulusan fakultas hukum yang menjadi aparat penegak hukum. “Mungkin karena jarang memaparkan kuliah disertai dengan contoh kasus,” kata Busyro yang juga Ketua KPK ini.

Halaman Selanjutnya:
Tags: