Dr Ima Mayasari SH MH:
Doktor Ilmu Hukum Termuda asal Jombang
Profil

Dr Ima Mayasari SH MH:
Doktor Ilmu Hukum Termuda asal Jombang

Pernah menerima serangan ilmu hitam ketika menangani perkara sengketa pertambangan.

Oleh:
Inu
Bacaan 2 Menit
Ima Mayasari meraih gelar Doktor di usia 28 tahun. Foto: Sgp
Ima Mayasari meraih gelar Doktor di usia 28 tahun. Foto: Sgp

Menyabet gelar Doktor Ilmu Hukum di usia 28 tahun seharusnya menjadi prestasi yang sangat membanggakan. Tetapi, tidak demikian halnya bagi seorang Ima Mayasari. Dara asal Jombang, Jawa Timur itu justru menganggap prestasi itu biasa saja. Menurutnya, pengalaman dalam proses memperoleh gelar Doktor itu yang lebih berkesan dan membanggakan.

22 Oktober 2011 lalu, Ima dinobatkan sebagai Doktor Ilmu Hukum setelah berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan sidang terbuka akademik Universitas Indonesia. Sidang dipimpin Ketua Program Pascasarjana Prof Rosa Agustina yang juga merangkap penguji. Lengkapnya, disertasi Ima berjudul “Sengketa Izin Pertambangan di Era Otonomi Daerah Studi Kasus: Sengketa Izin Pertambangan antara Badan Usaha Milik Negara Pertambangan dan Kepala Daerah di Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan (Periode Tahun 2007-2011)”.

Di laman law.ui.ac.id, Ima disebut sebagai Doktor termuda dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI). Dengan gelar ini, maka lengkap sudah jenjang pendidikan yang ditempuh Ima di FHUI. Mulai dari sarjana hukum (2005), lalu magister hukum (2007) dan doktor ilmu hukum (2011) direngkuh Ima di kampus yang terletak di Depok, Jawa Barat itu.

Kepada hukumonline, bertempat di kantornya di jalan Rasuna Said, Ima menuturkan rentetan gelar pendidikan yang kini disandangnya diperoleh dengan tidak mudah. Dia mengaku semuanya itu harus melalui proses yang panjang serta penuh pengorbanan dan perjuangan.

Terlahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Ima merasa beruntung dibesarkan oleh orang tua yang menanamkan kemandirian sedari kecil. Kedua orang tua Ima juga berkomitmen menyekolahkan anak-anaknya, setidaknya hingga tingkat S-1. Setelah menyabet gelar SH, Ima pun langsung melanjutkan ke jenjang S-2, meskipun harus sambil bekerja.

Ketika menjalani pendidikan S-2, Ima menghadapi sejumlah rintangan. Salah satunya, kendala membagi waktu antara pendidikan dan pekerjaan. Selain itu, Ima juga harus menghadapi kendala jarak karena dia tinggal di Depok, sedangkan program S-2 digelar di Salemba, Jakarta. Lokasi kantor tempat Ima bekerja pun di Jakarta.

Menyiasati kendala jarak, Ima setiap harinya menggendong tas penuh dengan bahan kuliah dan pekerjaan, mengendarai sepeda motor yang dia miliki sejak zaman SMA di Jombang, hingga ke stasiun kereta. Selanjutnya, dengan pertimbangan menghemat dan menghindari kelelahan, Ima menggunakan kereta menuju tempat kerja dan kuliah S-2.

Tags: