Penyebar Foto Palsu Korban Sukhoi Dijerat UU ITE
Berita

Penyebar Foto Palsu Korban Sukhoi Dijerat UU ITE

Tersangka minta maaf dan mengaku mengunggah foto tanpa maksud jahat.

Oleh:
Rfq
Bacaan 2 Menit
Kabareskrim Polri Sutarman. Foto: Sgp
Kabareskrim Polri Sutarman. Foto: Sgp

Berhati-hatilah menyebarkan gambar di media jejaring sosial. Jika tidak, Anda bisa terseret kasus hukum. Ini pula yang dialami Yogi Santani alias YS. Gara-gara  menyebar foto palsu korban tragedi pesawat Sukhoi Superjet 100 di Cijeruk Gunung Salak, Yogi berurusan dengan hukum.

Kini, statusnya sudah menjadi tersangka. Penyidik Mabes Polri menuduhnya melanggar Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Kabareskrim Sutarman mengatakan YS bakal dijerat dengan Pasal 35 jo Pasal 51 ayat (1) UU ITE. Ancaman pidana pasal itu di atas lima tahun. 

Yogi diduga menyebarkan foto korban Sukhoi Superjet 100 yang ternyata foto korban tragedi pesawat di India pada tahun 2010. Penyebaran foto itu berdampak pada kejiwaan keluarga korban yang masih menunggu proses evakuasi dari tempat kejadian.

Pasal 35 UU ITE menyebutkan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan atau dokumen elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik’. Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun dan atau denda paling banyak Rp12 miliar”.

Penyidik intensif memeriksa Yogi. Hingga kemarin malam, penyidik belum melakukan penahanan karena Yogi dinilai cukup kooperatif. Buktinya, Yogi langsung menyerahkan diri. “Kita tidak melakukan penahanan karena dia menyerahkan diri dan gentleman lah. Kalau berbuat salah ya mengaku saja, dan bertanggungjawab,” ujar Sutarman.

Kasus ini, kata Sutarman, memberi contoh kepada publik agar tidak sembarangan menyebarkan gambar di media jejaring sosial. Memuat gambar harus sesuai kenyataan. “Kalau kita akan meng-upload sesuatu ke media online atau sosial media lainnya itu adalah fakta yang sebenarnya baik gambar, video maupun keterangan yang ada di gambar itu. Karena kalau tidak sesuai dengan faktanya itu adalah melanggar undang-undang dan bisa dikenakan pidana,” tandas mantan Kapolda Metro Jaya itu.

Kepala Bagian Biro Penerangan Masyarakat M Taufik menambahkan penyidik langsung menetapkan status tersangka pada pemeriksaan pertama terhadap Yogi. Yogi adalah seorang mahasiswa asal Lampung.

Dikatakan Taufik, penyidik masih mendalami motif pelaku menyebar foto palsu. “Kami masih melakukan penyelidikan lanjutan belum bisa memberikan penjelasan yang lebih jauh. Sifatnya masih atas pengakuan yang bersangkutan,” tandasnya.

Yogi sendiri mengakui menyebarkan foto palsu itu. Tapi tanpa niat menyakiti perasaan keluarga korban. Ia meminta maaf kepada semua pihak yang merasa dirugikan akibat tersebarnya foto palsu korban Sukhoi Superjet 100 itu. “Tanpa maksud apapun. Saya hanya sebagai ungkapan turut berbelasungkawa pada musibah itu,” ujarnya di ruang Humas Mabes Polri.

Diceritakan, Yogi mengunggah foto palsu pada Rabu (9/5) sekira pukul 18.00 WIB. Ia tak mengira perbuatannya bakal berurusan dengan hukum. Menurutnya gambar korban Sukhoi palsu itu sempat terpampang di media jejaring sosial selama dua jam. Namun setelah itu dihapus. “Saya langsung menutup twitter saya. Karena saya merasa dipojokkan dengan apa yang telah disampaikan kepada pemberi komentar. Jujur saya merasa takut di situ,” pungkasnya.

Tags: