Lagi, Batavia Air Terancam Pailit
Berita

Lagi, Batavia Air Terancam Pailit

Kali ini ancaman datang dari perusahaan sewa pesawat.

Oleh:
HRS
Bacaan 2 Menit
PT Metro Batavia, operator Batavia Air terancam tidak dapat menerbangkan pesawatnya. Foto: ilustrasi (Sgp)
PT Metro Batavia, operator Batavia Air terancam tidak dapat menerbangkan pesawatnya. Foto: ilustrasi (Sgp)

PT Metro Batavia, operator armada burung besi, Batavia Air terancam kehilangan daya untuk menerbangkan pesawat mereka. Sebuah perusahaan asal Los Angeles penyebabnya. Perusahaan tersebut mengajukan permohonan pailit untuk maskapai penerbangan nasional ini di Pengadilan Niaga Jakarta, Senin (7/1).

Catatan hukumonline, Batavia pernah juga dimohonkan pailit oleh perusahaan asing. Namun upaya itu kandas, dan Batavia Air masih tetap mengudara.

Pemohon pailit kali ini, adalah International Lease Finance Corporation (ILFC). Perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum California, Amerika Serikat ini merasa kesal lantaran Batavia tidak membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo pada 13 Desember 2012 lalu kepada ILFC.

Utang-piutang ini berasal dari perjanjian sewa-menyewa pesawat yang tertuang dalam Aircraft Lease Agreement tertanggal 20 Desember 2009. Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa ILFC menyewakan sebuah Airbus A330-202 serial pabrikan 205 dengan dua mesin General Electric CF6-80E1A4. Bandrol harga sewa senilai AS$2.202.647,83.

Jangka waktu sewa adalah enam tahun sejak 28 Desember 2009. Berakhir 27 Desember 2015.

Adapun pembayaran sewa dilakukan secara bertahap dalam enam kali. Tahun pertama sebanyak AS$440 ribu, tahun kedua sebesar AS$470 ribu, tahun ketiga dan keempat sebesar AS$500 ribu, dan tahun kelima serta keenam senilai AS$520 ribu.

Selain biaya sewa, maskapai yang dikenal dengan slogan Trust Us to Fly ini juga diharuskan membayar biaya sewa tambahan. Dalam bentuk cadangan rangka pesawat udara, cadangan pemilikan kinerja mesin, cadangan LLP mesin, dan cadangan peralatan pendaratan sebesar AS$2.326.184.63. Biaya cadangan ini akan meningkat sebesar tiga persen per 1 Januari 2010.

Namun, biaya-biaya yang ditanggung Batavia tidak hanya biaya sewa dan biaya cadangan, tetapi juga biaya lain berupa bunga senilai AS$159.231,61. Hal ini tercantum dalam Pasal 5.7 Agreement 205 yang menyatakan apabila Batavia gagal bayar, Batavia wajib membayar bunga keterlambatan dengan tingkat empat persen ditambah suku bunga primer yang diumumkan oleh JP Morgan Chase Bank di New York.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait