Rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kendaraan pribadi terutama roda empat ternyata menimbulkan dampak inflasi yang cukup tinggi. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, jika pemerintah menetapkan harga BBM bersubsidi Rp7.000 per liter bagi kendaraan pribadi, maka diperkirakan inflasi akan menyentuh 6,1 persen.
"Perkiraan kita menunjukkan, jika kebijakan pemerintah mengambil kenaikan harga Rp7.000 untuk kendaraan pribadi plat hitam, maka inflasi akan mencapai 6,1 persen," kata Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu (17/4).
Perhitungan inflasi tersebut, lanjut Perry, merupakan perhitungan sesuai dengan inflasi yang saat ini sudah mencapai 5,4 persen. Kenaikan harga BBM Rp7.000 untuk kendaraan pribadi akan menyumbang inflasi sebesar 0,7 persen terhadap Indeks Harga Konsumen. Capaian inflasi 6,1 persen merupakan perkiraan inflasi hingga akhir tahun.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, BI harus mewaspadai inflasi yang cukup tinggi. Sejauh ini, kata Agus, BI sudah memberi perhatian kepada pemerintah atas kenaikan inflasi. Inflasi perlu diwaspadai karena sudah melampaui target. Target inflasi tahun ini adalah 4,9 persen. "Tapi saya yakin akan bisa terkendali asal direspon dengan baik," kata Agus.
Agar inflasi tak terus meningkat, Agus mengaku pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Menteri Koordinator dan Perekonomian dalam merespon inflasi yang sudah melewati target. Koordinasi dimaksudkan agar inflasi dapat terespon dengan baik.
Terkait rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dengan membedakan dua harga BBM bersubsidi antara plat hitam dan plat kuning, Agus enggan berkomentar. Ia khawatir informasi yang tidak seimbang akan mengakibatkan keresahan publik.
"Saya tidak bisa komentar kalau dua harga. Jangan sampai kita beri informasi yang kurang seimbang. Tahun lalu kita menginformasikan soal BBM sangat berlebihan. Akibatnya, Inflasi naik tapi BBM tidak jadi naik," ujarnya.