Dosen FH Harus Bisa Seperti 'Sopir Taksi'
Rechtschool

Dosen FH Harus Bisa Seperti 'Sopir Taksi'

Masih ada dikotomi civil law dan common law.

Oleh:
ALI
Bacaan 2 Menit
Kampus FH UNAIR. Foto: Facebook
Kampus FH UNAIR. Foto: Facebook

Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam konferensi internasional tentang pendidikan hukum Asia Tenggara di Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH Unair). Mulai dari bagaimana mengubah pendidikan hukum menjadi lebih baik, hingga bagaimana cara mengajar yang efektif di FH?

Guru Besar FH Unair, Frans Limahelu mengatakan setiap dosen mempunyai gaya mengajar masing-masing, tetapi menurutnya, dosen yang baik itu adalah yang bisa berperan layaknya sebagai sopir taksi.

“Kita serahkan kepada mahasiswa. Mereka mau ke mana. kita tahu jalan pintas, dan jalan yang bisa cepat sampai, tetapi kita harus tetap bertanggung jawab,” ujarnya di Gedung FH Unair, Surabaya, Rabu (2/10). 

Lebih lanjut, Prof Frans menuturkan perlu ada hubungan yang baik antara dosen, mahasiswa dan pihak fakultas tentang proses belajar mengajar yang sedang dan akan mereka lakukan. “Mereka harus saling mendiskusikan hal-hal seperti itu,” ujarnya.

Sayangnya, menurut Prof Frans, pendidikan hukum di Indonesia belum terlalu banyak yang mengedepankan diskusi dua arah antara dosen dan mahasiswa. Ia mencontohkan apa yang sering terlihat di kelas-kelas fakultas hukum yang sangat sepi dari diskusi dan bertukar pikiran baik antar mahasiswa, maupun mahasiswa dengan dosen.

“Mereka datang ke kelas seperti nonton film ke bioskop. Mereka cuma nonton dan menikmati speakernya. Ini yang harus dipahami oleh setiap dosen, bahwa kalian adalah dosen, bukan pemain film yang brilian,” tambahnya.

Prof Frans mengatakan perlu diutarakan kepada mahasiswa apa tujuan mereka mengambil kelas atau mata kuliah yang kita asuh. Mahasiswa hukum jangan dibiarkan hanya masuk ke kelas, duduk, diam, tersenyum, dan ‘say hello’ kepada dosennya, lalu perkuliahan selesai.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait