Menantu Sudi Silalahi Minta Loloskan PT PP dalam Proyek Hambalang
Berita

Menantu Sudi Silalahi Minta Loloskan PT PP dalam Proyek Hambalang

Namun, PT PP tidak bisa dibantu karena tidak lolos prakualifikasi.

Oleh:
NOV
Bacaan 2 Menit
Foto: RES
Foto: RES
Mega proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang senilai Rp2,5 triliun di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menarik minat sejumlah kontraktor. Mulai dari Grup Permai milik Muhammad Nazaruddin, PT Adhi Karya (AK), sampai PT Pembangunan Perumahan (Persero).

Direktur Utama PT Assa Nusa Indonesia Saul Paulus Nelwan mengatakan pernah diminta Sesmenpora Wafid Muharam membantu tim asistensi Kemenpora. Paul bersama tim beberapa kali menggelar pertemuan untuk membahas rencana pembangunan proyek P3SON Hambalang dengan mengundang perusahaan, seperti PT AK.

Selain itu, Paul mengaku sempat mempertemukan menantu Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi dengan Ketua Panitia Pengadaan proyek P3SON Hambalang Wisler Manalu. Dalam pertemuan tersebut, menantu Sudi meminta panitia pengadaan proyek P3SON meloloskan PT Pembangunan Perumahan (PP).

Awalnya, Paul dihubungi seorang wanita yang mengaku tante dari Menpora Andi Alifian Mallarangeng. Wanita itu meminta Paul bertemu di rumah dinas Andi untuk membicarakan PT PP. Meski sempat merasa ragu, Paul akhirnya yakin setelah wanita itu mempersilakan masuk ke rumah Andi, bahkan menjamu Paul di ruang tamu.

Beberapa waktu kemudian, Wafid juga menghubungi Paul. Wafid meminta Paul mendampingi pihak dari PT PP untuk bertemu dengan panitia pengadaan P3SON Hambalang. Paul tidak begitu ingat siapa nama pihak dari PT PP. Ia hanya mengingat Wafid menyebut pihak dari PT PP itu sebagai menantu Sudi Silalahi.

“Saya dipanggil Wafid, ‘Nih, ada anak mantunya Pak Sudi datang minta bantu PT PP. Gimana, bisa bantu nggak?’ Waktu itu, PP sudah diskualifikasi, sudah tidak bisa dibantu. Saya bilang temukan saja dengan ketua panitianya,” kata Paul saat bersaksi dalam sidang perkara korupsi Andi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin lalu (14/4).

Ketika Paul mempertemukan dengan Ketua Panitia Pengadaan Wisler Manalu, menantu Sudi meminta bantuan untuk meloloskan PT PP dalam tender pengadaan proyek P3SON Hambalang. Namun, PT PP telah gugur dalam tahap prakualifikasi, sehingga tidak bisa lagi diikutsertakan dalam tender proyek P3SON Hambalang.

Paul menjelaskan, menanggapi permintaan menantu Sudi, Wisler tidak bersedia membantu. PT PP sudah tidak bisa dibantu karena tidak lolos prakualifikasi tender proyek P3SON Hambalang. “Menurut Ketua Panitia Pengadaan (Wisler), jika dia dipaksa memenangkan PT PP, malam ini juga dia akan meletakan jabatannya,” ujarnya.

Ternyata, tidak hanya PT PP yang ingin mengikuti tender proyek P3SON Hambalang. Paul menyatakan, Direktur Marketing Grup Permai, Mindo Rosalina Manullang juga terlihat menggebu-gebu untuk mengikuti tender proyek P3SON Hambalang. Namun, perusahaan yang dibawa Rosa gugur dalam tahap prakualifikasi.

Sebagaimana disebutkan dalam dakwaan, M Nazaruddin, pemilik Grup Permai juga tertarik untuk mendapatkan proyek P3SON Hambalang, tapi diminta mundur oleh Anas Urbaningrum. Nazaruddin bahkan sempat memberikan Rp3 miliar kepada Kepala BPN Joyo Winoto untuk mengeluarkan sertifikat tanah Hambalang.

Loyalitas
Selain membantu tim asistensi, Paul mengaku pernah menyerahkan uang Rp1,3 miliar kepada Poniran, staf Wafid. Paul juga pernah memberikan Rp500 juta untuk kepentingan operasional Wafid. Sebenarnya, Paul tidak pernah mengetahui langsung bahwa adik Andi, Choel Mallarangeng meminta fee 15 persen dari nilai proyek Hambalang.

Semua cerita, termasuk soal PT Global Daya Manunggal (GDM) yang dibawa Choel untuk turut serta dalam proyek Hambalang, didengar Paul dari Wafid. Paul tidak membantah kedekatannya dengan Wafid. Paul mengenal Wafid sejak tahun 2008. Paul menyatakan dirinya sempat beberapa kali menjadi rekanan proyek di Kemenpora.

Oleh karena itu, Paul bersedia ketika Wafid memintanya membantu tim asistensi dan meminjamkan sejumlah dana. Paul mengungkapkan, Wafid tidak hanya meminjam dana kepada Paul, melainkan kepada rekanan-rekanan lainnya. Paul merasa bantuan tersebut diberikan sebagai bentuk loyalitas kepada Wafid.

“Saya tidak dapat apa-apa dari proyek Hambalang ini. Saya hanya melaksanakan apa yang diminta kepada saya. Misalnya, ‘Paul tolong bantu ini, tolong bantu itu’, ya saya laksanakan. Ini karena loyalitas saya kepada beliau (Wafid). Kalau mau dipikir, saya rugi juga, tapi oke lah. Untuk loyalitas dan silaturahmi, saya bantu,” tutur Paul.

Menanggapi pernyataan Paul, Andi mengatakan, selaku Menpora, terus terang tidak tahu-menahu “pergerakan” yang dilakukan bawahannya. Andi pun tidak mengenal Paul. Andi menanyakan kepada Paul, siapa sebenarnya yang mengatur proyek Hambalang? Namun, Paul tidak mengetahui karena hanya diminta bantuan oleh Wafid.

Kemudian, Andi membantah jika ada tantenya yang meminta bantuan meloloskan PT PP. Bila Paul menyebutkan ciri-ciri tante itu bertubuh gemuk, Andi menegaskan, tidak ada tantenya yang bertubuh gemuk. Terlebih lagi, rumah Andi memang terbuka, sehingga semua keluarga besarnya dari Sulawesi bisa masuk.

“Orang Sulawesi itu kalau dibilang tante atau keluarga, tidak berarti tante adiknya bapak atau adiknya ibu. Bisa juga tante keluarga besar. Di rumah saya juga begitu, semua orang bisa mengaku tante dan datang ke rumah saya, karena sifatnya terbuka. Tante langsung dari ibu saya tidak ada yang gemuk, kurus semua,” terangnya.

Andi tidak mengetahui siapa tante yang dimaksud Paul. Andi menduga bisa saja ada orang yang mengaku-ngaku sebagai tantenya. Pasalnya, semua orang dari kampung Andi diklaim boleh menginap di rumah dinas Andi. Selanjutnya, terkait menantu Sudi yang meminta bantuan kepada Wisler, Andi tidak mau berkomentar.
Tags:

Berita Terkait