Konvensi Demokrat Harus Lakukan Simulasi Pasangan
Berita

Konvensi Demokrat Harus Lakukan Simulasi Pasangan

Dua opsi akan menjadi pertimbangan setelah menentukan sikap atas konvensi.

Oleh:
RFQ
Bacaan 2 Menit
Konvensi Demokrat Harus Lakukan Simulasi Pasangan
Hukumonline
Hiruk-pikuk Pemilihan calon presiden kian memanas. Sejumlah partai politik tengah menggadang-gadangkan capres yang diusungnya dengan berkaca pada perolehan suara partai dalam Pileg 2014 yang dilakukan 9 April lalu. Rezim pemerintahan yang notabene Partai Demokrat dipastikan tak dapat mengusung capres pada pilpres kali ini. Pasalnya, perolehan suara tidak mencapai 20 persen. Padahal konvensi capres dalam Partai Demokrat seperti tak berujung.

Dosen Komunikasi Politik Fisip Universitas Indonesia (UI), Effendi Gazali, berpendapat sudah saatnya Demokrat mengambil sikap dengan perolehan suara yang diperolehnya. Konvensi capres yang digelar harus menemui titik ujung, sehingga konvensi tetap berjalan elegan dan serius.

Mantan anggota Komite Konvensi Partai Demokrat itu berpandangan, seharusnya Demokrat mengerucutkan jumlah peserta capres konvensi. Setelah itu, dengan melakukan terobosan simulasi menduetkan capres yang menonjol dengan calon dari partai lain. Sebagaimana diketahui, peserta konvensi capres dari berbagai latar belakang mulai mantan menteri, ketua DPD,  mantan elit militer, dan menteri aktif.

“Sudah saatnya mengukur elektabilitas peserta konvensi dengan melakukan simulasi-simulasi pasangan, karena pilpres bukan pemilihan parpol lagi. Jadi harus membuat simulasi dengan pasangan, karena kalau untuk menyangi jokowi dan Prabowo tidak mungkin,” ujarnya.

Sayangnya, kata Effendi, konvensi yang berjalan belum berujung. Seharusnya, pelaksanaan konvensi yang sudah berjalan beberapa bulan lalu itu mesti dilakukan evaluasi. Menurutnya, para peserta konvensi mengusung ide gagasan segar yang berbeda dengan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, Effendi menilai konvensi yang digelar Partai Demokrat menjadi terobosan dalam mencari capres dari luar partai.

Direktur  Eksekutif Indo Barometer, Mohammad Qodari, menambahkan metode pencarian capres semestinya menggunakan mekanisme konvensi. Namun, dengan sistem politik yang berlaku di Indonesia belum  memungkinkan pemenang capres hasil konvensi akan ‘bertempur’ dalam pilpres sesungguhnya. Pasalnya, sistem pilpres mengharuskan partai memiliki suara minimal 20 persen.

“Hasil konvensi sulit untuk menjadi pemenang secara otomatis,” ujarnya.

Qodari berpandangan mekanisme pencarian capres dari luar partai merupakan kali pertama dalam sejarah. Pasalnya, konvensi yang dilakukan Partai Golkar beberapa tahun silam berbeda dengan Partai Demokrat. Menurutnya, meskipun Partai Golkar menggelar konvensi,toh peserta tetap dari kalangan internal.

Demokrat, kata Qodari, sedari awal menyadari suara partai diprediksi bakal menurun dari pemilu 2009. Sebagaimana diketahui, sejumlah politisi Demokrat di parlemen banyak yang tersandung kasus hukum. Sontak hal tersebut berpengaruh dalam perolehan suara partai.

Oleh sebab itu, lanjut Qodari, konvensi digelar lantaran partai berlambang mercy biru itu mengalami beberapa kendala. Kendala pertama, pucuk pimpinan Demokrat yakni SBY tak lagi dapat mencalonkan diri menjadi capres. Pasalnya, UU membatasi hanya dua periode menjadi pejabat presiden. Kedua, tidak adanya tokoh partai seperti SBY. Ketiga, elektabilitas partai menurun.
“Ini Konvensi karena sebab, dan konvensi yang keterpaksaan,” ujarnya.

Wakil Sekretariat Jenderal DPP Partai Demokrat, Andi Nurpati Baharuddin, mengatakan partainya menggelar konvensi dalam rangka mencari capres terbaik sesuai keinginan masyarakat. Menurutnya, kesempatan menjadi capres tidak saja dari kalangan internal Demokrat, tetapi dari luar partai.

“Internal Demokrat itu posisinya sama dengan masyarakat umum. Jadi salah satu kelebihan Demokrat memberikan kesempatan kepada beliau-beliau di luar untuk bisa mencapres,” ujarnya.

Juru bicara Partai Demokrat itu menambahkan, dalam waktu dekat partainya akan mengambil sikap terkait dengan konvensi capres. Ia menuturkan dari tiga capres yang mencuat yakni Prabowo Subianto, Abu Rizal Bakrie, dan Joko Widodo telah melakukan komunikasi politik dengan partainya, khususnya SBY.

“Demokrat akan mengambil sikap. Dua opsi, pertama bergabung dengan parpol yang berkapasitas, dan akuntabel. Kedua, membangun koalisi dengan partai-partai lain. Tapi tentu saja kita akan menunggu sikap atas konvensi ini,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait