Forum G-20 Harus Berkontribusi Bagi Pertumbuhan Ekonomi
Berita

Forum G-20 Harus Berkontribusi Bagi Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia harus memanfaatkan G-20 untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.

Oleh:
KAR
Bacaan 2 Menit
Forum G-20 Harus Berkontribusi Bagi Pertumbuhan Ekonomi
Hukumonline
Indonesia kini digolongkan sebagai negara yang sedang tumbuh (emerging country). Meskipun pertumbuhan ekonomi di negeri ini cukup tinggi, namun industrinasional belum berkembang pesat. Sebagian besar perekonomian masih disumbang bahan mentah dari komoditas perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Sementara itu, pemerintahan terus digerogoti penyakit korupsi.

Kenyataan tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah komitmen dalam komunitas G-20 mampu membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah? Ketua International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), Danang Widoyoko, menjawab bahwa saat ini ada kekhawatiran Indonesia terjebak dalam pendapatan menengah (middle income trap). Menurut Danang, kondisi itu cukup berbahaya karena membuat pendapatan negara menjadi stagnan.

“Kita bisa saja terjebak dalam situasi di mana perekonomian stagnan dengan pendapatan saat ini, tanpa mampu bergerak menjadi negara dengan pendapatan tinggi. Kita terus saja bergantung dengan sumber daya alam dan tidak mampu menjadi negara maju dengan basis industri yang kuat dan modern,” katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (23/4).

Danang mengatakan, Indonesia harus bisa memaksimalkan keanggotaan G-20 untuk mengatasi kekhawatiran itu. Menurutnya, forum G-20 harus bisa memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ekonomi Indonesia. Dia berharap dalam kurun lima tahun mendatang pertumbuhan ekonomi Indonesia setidaknya bisa mencapai angka 2%.

Sebagaimana diketahui, Indonesia telah bergabung dalam forum G-20. Forum ini merupakan komunitas negara-negara maju yang menguasai lebih dari 80% perekonomian global. G-20 dinilai banyak pihak memiliki kekuatan ekonomi untuk membangun arah perekonomian global.

“Tahun ini pertemuan puncak G-20 akan berlangsung di Australia. Ada beberapa agenda yang menjadi prioritas Keketuaan Australia, diantaranya pertumbuhan ekonomi di negara-negara anggota. Indonesia harus bisa menfaatkan forum ini untuk menguatkan kerja sama global, mendorong partisipasi swasta membangun infrastruktur, dan perubahan struktur ekonomi,” tambah Danang.

Ahmad Erani Yustika, Pengamat Ekonomi yang juga Guru Besar Universitas Brawijaya, Malang mengatakan bahwa Indonesia masih tergolong negara berkembang yang mempunyai prospek pertumbuhan ekonomi yang cukup cerah. Hal itu membuat posisi Indonesia diantara negara G-20 berada di tengah tengah. Menurutnya, Indonesia tidak terlalu hebat tetapi tidak juga terlalu jelek.

“Jika dilihat dari segi pertumbuhan ekonomi, Indonesia cukup bagus karena pertumbuhan ekonominya tumbuh stabil setiap tahunnya. Faktor yang menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi masyarakat dan investasi. Selain itu, dari segi jumlah penduduk Indonesia paling banyak populasinya. Namun dari segi kualitas SDM nya mungkin Indonesia belum juara," ujanya.

Erani mengatakan, Indonesia masih tergolong aman secara neraca fiskal. Sebab, defisit neraca transaksi berjalan tidak pernah melebihi 3%. Rasio utang Indonesia menurut Erani juga cukup terkendali. Hanya saja, pada waktu krisis 1998 rasio utang Indonesia mencapai 80% namun setelah krisis 1998 rasio utang terhadap PDB selalu stabil dan berada di bawah 25%. Selain itu menurutnya, laju inflasi selama sepuluh tahun terakhir juga cukup stabil.

"Dari segi ekonomi makro Indonesia tergolong aman namun Indonesia masih perlu membereskan reformasi struktural agar bisa naik kelas," ujarnya.

Erani menekankan pentingnya reformasi struktural bagi Indonesia. Ia mengingatkan, negeri ini harus bisa meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk menarik investasi sekaligus menurunkan defisit transaksi berjalan dengan mengendalikan impor BBM. Selain itu, lanjut dia, Indonesia harus meningkatkan kualitas pendidikan agar menjadi negara maju dan menguasai teknologi, Memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mencegah terjadinya miss match kebijakan.

"Jika pemerintah baru fokus pada reformasi struktural bisa jadi Indonesia berada di posisi 10 besar di G-20 karena saat ini Indonesia di posisi 16," ungkapnya optimistis.
Tags:

Berita Terkait