Debatkan Energi, Capres Dinilai Takut Kehilangan Pemilih
Berita

Debatkan Energi, Capres Dinilai Takut Kehilangan Pemilih

Kedua pasangan capres ingin tingkatkan produksi migas dalam negeri.

Oleh:
KAR
Bacaan 2 Menit
Debatkan Energi, Capres Dinilai Takut Kehilangan Pemilih
Hukumonline
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, menilai para calon presiden dan wakil presiden takut kehilangan pemilih saat memperdebatkan masalah energi dalam debat capres terakhir. Ia melihat kedua pasangan sama sekali tidak mendidik masyarakat untuk menyadari keadaan Indonesia yang sedang dilanda krisis energi. Padahal, banyak masyarakat yang masih awam soal hal tersebut.

"Banyak masyarakat Indonesia yang masih awam terkait dengan hal tersebut, sehingga mungkin mereka takut kehilangan jumlah pemilih ketika mereka menyatakan hal yang tidak populis itu," kata Marwan, di Jakarta, Senin (7/7).

Akibat hal tersebut, menurut Marwan, apa yang dipaparkan para capres tidak menyentuh masalah yang menjerat Indonesia saat ini. Ia menuturkan, kedua pasangan hanya menyampaikan hal-hal yang sudah disampaikan pada lima tahun lalu. Tak ada hal baru dalam visi-misi yang disampaikan Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK dalam bidang energi.

“Apa yang disampaikan mereka sebenarnya sudah disampaikan lima tahun yang lalu. Saat ini yang lebih penting adalah implementasinya," ujarnya.

Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menyampaikan bahwa bidang pangan, energi dan lingkungan sangat penting. Hatta menuturkan, ketiganya saling berkaitan dalam menyokong kebutuhan publik.

“Ketiganya tidak bisa dipisahkan karena tanpa energi yang baik, tidak bisa mengembangkan pangan dan lingkungan kita,” katanya.

Lebih lanjut, Hatta menjabarkan ada empat hal yang menjadi fokus utama pihaknya di sektor energi, jika Prabowo-Hatta terpilih. Ia menyebut, pertama adalah akan meningkatkan produksi minyak dan gas dalam negeri. Selanjutnya, mengurangi impor BBM. Tak hanya itu, Hatta berjanji akan melakukan penghematan dan diversifikasi energi.

Semua visi itu, menurut Hatta akan dicapai melalui empat langkah penataan ulang sektor energi. Langkah pertama yang akan ditempuhnya adalah upaya eksplorasi untuk meningkatkan cadangan. Langkah kedua, pihaknya akan mengembangkan sumur-sumur tua dengan kemampuan teknologi untuk menambah cadangan tersebut.

“Meskipun, ini bersifat pendek karena fosil. Maka dari itu, perlu ada diversifikasi, yang kuncinya riset, insentif dan pola bisnis yang menarik dalam menciptakan energi terbarukan,” jelasnya.

Strategi ketiga yang akan ditempuhnya adalah meningkatkan konsumsi energi baru-terbarukan. Ia optimis dapat mencapai angka 20% penggunaan energi baru-terbarukan dalam bauran energi. Namun, Hatta mengakui harus ada strategi lain untuk mencapai hal itu. Ia menyebut, pemerintah nantinya harus memperhatikan insentif dan feed in tariff agar pola bisnis akan terjadi.

Di sisi lain, apa yang menjadi visi energi Jokowi-JK pada dasarnya tak jauh berbeda. JK menyampaikan, visi pertama mereka adalah meningkatKan produksi minyak bumi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Ia menjelaskan bahwa hal itu akan dicapai dengan melaksanakan tiga langkah strategis. Pertama, memperpanjang usia sumur-sumur produksi dan tingkatkan produksi lewat teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).

Langkah kedua yang akan ditempuh adalah memberikan kemudahan administrasi yang sering menghambat dalam kegiatan investasi. Terkahir, JK berjanji akan menyusun tata kelola migas yang efektif dan efisien, dan revisi Undang-undang Migas.

Selanjutnya, JK berjanji akan mengurangi subsidi BBM dan sediakan energi murah dengan cara konversi BBM ke gas dan mengalihkan konsumsi BBM ke biofuel. Hal itu sejalan dengan keinginan pihaknya untuk mengembangkan energi baru terbarukan.
Visi yang berbeda dengan Prabowo disampaikan JK terkait dengan pengentasan kelangkaan listrik. Ia optimis bisa mengurangi biaya produksi listrik, mengeliminasi subsidi listrik, dan meningkatkan rasio elektrifikasi sampai 100%. Tak hanya itu, dirinya juga mengatakan akan membangun infrastruktur.

“Kita kan bangun migas seperti membangun kilang minyak dan SPBG, storage, pipa transmisi, dan kapal tanker agar menekan impor juga agar energi yang diproduksi di dalam negeri dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan domestik,” paparnya.
Tags:

Berita Terkait