Mata Pelajaran Literasi Keuangan Akan Diperluas
Berita

Mata Pelajaran Literasi Keuangan Akan Diperluas

Merupakan hasil kerjasama OJK dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Oleh:
FAT
Bacaan 2 Menit
Gedung OJK. Foto: RES
Gedung OJK. Foto: RES
Materi literasi keuangan yang dirangkum dalam sebuah buku pengayaan mata pelajaran ekonomi Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) resmi dilaunching pada hari pertama masuk sekolah. Peresmian tersebut dilaksanakan di SMA Negeri 8 Jakarta yang dilakukan oleh Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti S Setiono, Senin (14/7).

Wanita yang akrab disapa Tituk ini mengungkapkan, mata literasi keuangan ini merupakan hasil kerjasama OJK dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk memperlancar program ini, otoritas juga telah melaksanakan Training of Trainers (TOT) untuk guru ekonomi di seluruh Indonesia mengenai materi buku ini. Menurutnya, terdapat sekitar 70 guru yang hadir dalam TOT yang mewakili dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.

Rencananya, lanjut Tituk, materi literasi keuangan ini akan diperluas hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD). Otoritas menargetkan SMP dan SD akan memperoleh materi mengenai literasi keuangan dan OJK pada tahun 2015 mendatang.

"Nanti turun ke bawah SMP dan SD. Pada tahun 2015 itu semuanya diharapkan sudah sampai SD," katanya.

Ia menuturkan, literasi keuangan sendiri terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan keyakinan. Menurut Tituk, dalam ketrampilan diharapkan masyarakat dapat memperoleh manfaat dan risiko dari produk jasa keuangan. Sedangkan keyakinan, masyarakat nantinya diharapkan memiliki keinginan dalam menggunakan produk jasa keuangan tersebut.

Serangkaian cara ini dilaksanakan OJK lantaran dari hasil penelitian Bank Dunia dan sejumlah research terkemuka, terungkap bahwa indeks literasi keuangan masyarakat yang tinggi dapat mendorong financial akses ke lembaga-lembaga keuangan. Menurut Tituk, jika financial akses di sebuah negara tinggi maka dipercaya dapat memajukan perekonomian negara tersebut.

"Dengan senndirinya menambah kesejahteraan masyarakat. Jadi itu penting sejak usia dini, oleh karena itu kita mulai dari SMA, kemudian SMP dan SD," kata Tituk.

Direktur Informasi dan Edukasi OJK Agus Sugiarto menambahkan, ke depan OJK berencana akan memberikan praktik kepada anak-anak sekolah, bukan hanya bersifat teori saja. Menurutnya, otoritas akan mengajak industri untuk terbuka kepada anak sekolah yang ingin melihat langsung praktik di industri keuangan.

“Jadi mereka tidak hanya belajar teori, tapi mereka juga akan belajar di lapangan, operasional bank ternyata seperti ini,” tutur Agus.

Ia menambahkan, materi literasi keuangan ini merupakan salah satu stimulus bagi anak-anak sekolah untuk bisa melakukan perencanaan keuangan sejak dini. Di Indonesia, lanjut Agus, baru sekitar 14 juta orang yang memiliki program dana pensiun. Sedangkan sisa, lebih dari 200  juta jiwa belum memiliki program tersebut.

“Harus dari sekarang dikenalkan, agar ada keinginan untuk memiliki dana pensiun. Kalau mau pinjam uang, di tempat yang benar. Jangan di tempat-tempat yang ilegal,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Guru Ekonomi, Wiji Purwanta, menyambut baik program kerjasama ini. Menurutnya, program seperti ini baik bagi siswa-siswi yang merupakan agen perubahan. Selama ini, banyak siswa yang berprestasi di ilmu ekonomi. Ia berharap, keberadaan program materi OJK dan industri jasa keuangan ini dapat meningkatkan prestasi siswa-siswi di bidang ekonomi ke depannya.

Wiji mengatakan, materi seperti ini sudah pernah diajarkan kepada siswa-siswi SMU. Dahulu, lanjutnya, materi ada di bank sentralan. Sekarang, diganti menjadi OJK dan industri jasa keuangan. Selain itu, untuk materi pasar modal, sudah pernah diajarkan kepada siswa-siswi SMU Kelas XI selama kurun waktu delapan tahun terakhir.

"Kalau industri keuangan, yang familiar itu pasar modal, sudah diajarkan delapan tahun lamanya," kata Wiji.

Salah satu tantangan dalam mengajarkan materi OJK dan industri jasa keuangan ini, lanjut Wiji, berada pada segi kata. Misalnya, kata 'panceklik' tidak selalu dimengerti di seluruh wilayah Indonesia. Di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), kata ini kurang dimengerti. Maka itu, tantangan ke depan, harus mencari kalimat yang dimengerti di seluruh wilayah Indonesia.

"Kita cari kalimat yang dimengerti seluruh wilayah Indonesia," pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait