OJK Masih Bahas Konsolidasi Perbankan BUMN
Berita

OJK Masih Bahas Konsolidasi Perbankan BUMN

Bertujuan untuk menyambut MEA di sektor perbankan yang akan mulai berlaku pada 2020.

Oleh:
FAT
Bacaan 2 Menit
Ketua DK OJK Muliaman D Hadad. Foto: Sgp
Ketua DK OJK Muliaman D Hadad. Foto: Sgp
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih membahas rencana penggabungan atau konsolidasi perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, baik opsi holding atau merger, kedua-duanya masih dibahas oleh otoritas.

"Diskusi belakangan ini intinya kita cari cara bisa lakukan sesuatu yang lebih signifikan dan menyebutkan tantangan konsolidasi kelembagaannya," kata Muliaman seusai peluncuran uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di Jakarta, Senin (18/8).

Menurutnya, konsolidasi perbankan memiliki tujuan untuk memperkuat bank-bank BUMN dalam menghadapi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di sektor perbankan pada tahun 2020 mendatang. Ia mengatakan, untuk menggabungkan perbankan yang satu dengan yang lain membutuhkan waktu yang tak sebentar.

Atas dasar itu, lanjut Muliaman, pembahasan mengenai konsolidasi bank-bank BUMN sudah dilakukan oleh OJK sejak jauh-jauh hari. Ia yakin, dengan adanya penggabungan perbankan BUMN, maka tingkat suku bunga di perbankan bisa lebih bersaing lagi.

"Menuju ke arah sana (MEA) kok, kita lagi dalam tahap pembahasan. Kita rasa upaya menurunkan tingkat suku bunga dengan konsolidasi," ujar Muliaman.

Terpisah, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin menyambut baik rencana konsolidasi bank-bank BUMN. Menurutnya, konsolidasi bank-bank BUMN ini penting bagi sektor perbankan domestik dalam menghadapi MEA pada tahun 2020 mendatang.

"Kami sangat mendukung ekspansi di perusahaan-perusahaan besar dalam menghadapi MEA pada 2020," kata Budi.

Ia tak mau ambil pusing bentuk konsolidasi yang akan dilakukan oleh regulator maupun pemerintah. Bukan hanya itu, Budi juga tak akan mempersoalkan bank-bank mana saja yang akan digabung. Ia menilai, jika penggabungan bank sudah mengerucut ke bank-bank tertentu maka bisa dianggap politis.

Menurut Budi, Bank Mandiri sangat mendukung konsolidasi perbankan BUMN, sedangkan teknisnya diserahkan kepada stakeholder baik regulator maupun pemerintah. Ia menilai, wacana konsolidasi dihembuskan jauh-jauh hari lantaran memiliki waktu dalam persiapannya.

"Merger atau penggabungan bank itu butuh tiga atau empat tahun (persiapan, red) kata Budi.

Sebelumnya, Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony A Prasetiantono sepakat jika tahun ini merupakan waktu yang tepat bagi perbankan untuk berkonsolidasi. Menurutnya, konsolidasi dilakukan untuk mencegah terjadinya imbas dari kebijakan atau keadaan yang terjadi di negara lain atau global.

Meskipun industri perbankan selama ini tingkat profitabilitasnya sangat kuat, Ia menilai, kebijakan-kebijakan global seperti pengurangan stimulus moneter atau tapering off oleh The FED Amerika Serikat harus segera diantisipasi oleh perbankan di dalam negeri. Salah satu caranya adalah selektif dalam menyalurkan kredit.
Tags:

Berita Terkait