Edi Kusdaryanto, Harumkan Nama MA di Ajang Olahraga
Profil

Edi Kusdaryanto, Harumkan Nama MA di Ajang Olahraga

Merasa beruntung karena MA sangat mendukung kiprahnya di cabang olahraga tenis.

Oleh:
CR-18
Bacaan 2 Menit
Foto: Facebook
Foto: Facebook
Mahkamah Agung (MA) jelas bukan organisasi atau lembaga olahraga. UUD 1945 menegaskan bahwa MA adalah pemegang kekuasaan kehakiman tertinggi. Namun, nama MA tetap bisa harum di ajang olahraga internasional selevel Asian Games. Adalah Edi Kusdaryanto, staf Biro Kepegawaian, yang berhasil mengharumkan nama Lembaga Tinggi Negara yang saat ini dinahkodai M. Hatta Ali itu.

September 2014 lalu, dalam ajang Asian Games di Incheon, Korea Selatan, Edi berhasil mempersembahkan medali perak di cabang soft tennis untuk Indonesia. Di Semifinal, Edi menaklukkan petenis Tiongkok (Cina) Zhou Mo dengan skor 4-1. Sayang sekali, di partai puncak, Edi harus mengakui keunggulan petenis tuan rumah, Kim Hyeongjun dengan skor 0-4.

Dikutip dari id.wikipedia.org, soft tennis adalaholahraga permainan bola kecil yang mirip dengan tenis lapangan yang pertama kali dikembangkan di Jepang pada tahun 1885. Lapangan yang digunakan sama dengan lapangan tenis biasa, sedangkan raketnya biasanya berukuran lebih kecil dan bobot yang lebih ringan. Bola yang digunakan juga berbeda, bola soft tennis lebih lentur dan lebih ringan dibanding bola tenis biasa.

Di Asian Games, Edi memang bertanding untuk negara Indonesia. Namun, prestasi Edi tentunya tidak bisa dilepaskan dari dukungan MA sebagai tempat dia bekerja. Dukungan paling sederhana adalah memberikan izin untuk Edi berlatih dan bertanding, seperti di ajang Asian Games. Edi bisa dibilang beruntung karena dia bekerja di institusi yang sebagian besar warganya hobi bermain tenis.

Tenis memang menjadi salah satu olahraga populer di MA. Salah satu bukti kepopuleran itu adalah keberadaan sebuah organisasi yang mewadahi warga pengadilan yang hobi bermain tenis bernama Persatuan Tenis Warga Pengadilan (PTWP). Organisasi ini bagi Edi bukan sekadar tempat menyalurkan hobi, tetapi juga tempat untuk mematangkan ketrampilan bermain tenis.

Prestasi Edi di Asian Games Incheon, Korea Selatan pun menjadi kebanggaan sendiri bagi PTWP. Di sela-sela penyelenggaraan Turnamen Perorangan Piala Ketua Mahkamah Agung yang digelar di Lapangan Tenis Senayan, 17 Oktober 2014 lalu, PTWP memberikan penghargaan kepada Edi.

“Saudara Edi telah mengharumkan nama Mahkamah Agung dan Indonesia di forum olahraga internasional,” ucap Ketua MA M. Hatta Ali saat menyerahkan penghargaan kepada di sebagaimana dikutip dari laman www.dilmiltama.go.id.

Kepada hukumonline, di sela-sela turnamen, Edi mengaku tidak menyangka diberi penghargaan dari PTWP atas prestasi yang ia raih dalam Asian Games 2014. Edi mengatakan sebelum Asian Games 2014, dirinya sebenanrnya pernah meraih tiga emas di ajang Sea Games.

“Saya nggak pernah terpikirkan ya seperti ini. Penghargaan dari Pak Ketua MA dan Pengurus PTWP. Kan sebelumnya saya pernah dapet tiga emas SEA Games tapi ya biasa saja,” ujarnya terkesan merendah.

Edi bercerita, tenis adalah olahraga yang dia geluti sejak usia 10 tahun. Sedari dulu, Edi mengaku serius menekuni olahraga tenis, bahkan setelah lulus SMA, dia mulai terjun ke dunia tenis bak seorang atlet. Pada era itu, Edi rajin mengikuti berbagai turnamen tenis tingkat nasional. Dia mengaku beruntung karena mendapat kesempatan bekerja di sebuah instansi yang memiliki perhatian khusus terhadap olahraga tenis.

“Kebetulan kantor sangat mendukung malah. Sangat mendukung artinya bagi karyawannya yang mau berprestasi, monggo gitu. Yang penting benar. Yang penting kita ada suratnya dari Menpora atau dari Pemda sendiri. Ada surat, kita kasih rekomendasi, Alhamdulillah sih tidak dipersulitlah,” tutur Pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur, 9 Mei 1975.

Ketika ditanya mana yang lebih dicintai antara tenis dan pengabdiannya di MA, Edi menjawab sama saja. “Dengan tenis saya jadi dikenal di MA. Dengan bekerja di MA, tenis saya juga nggak terhambat. Malah lebih bagus. Jadi ya sama-sama enak lah.”
Tags:

Berita Terkait