Film, Cara ‘Funky’ KPK Berantas Korupsi
Berita

Film, Cara ‘Funky’ KPK Berantas Korupsi

Dalam perkembangannya, film antikorupsi yang diprakarsai KPK ataupun kalangan penggiat antikorupsi mulai berani terjun ke dunia film komersil.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Talkshow yang menyemarakkan ACCFFest 2015 di PPHUI, Jakarta, Rabu (11/2). Foto: RES
Talkshow yang menyemarakkan ACCFFest 2015 di PPHUI, Jakarta, Rabu (11/2). Foto: RES
Lebih satu dasawarsa berdiri, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menempuh beragam cara untuk memberangus penyakit kronis korupsi di Republik ini. Salah satu cara itu adalah film. KPK meyakini film adalah medium yang cukup efektif untuk membentuk karakter antikorupsi, khususnya generasi muda.

Oleh karenanya, KPK rutin menggelar Anti Corruption Film Festival (ACFFest). Tahun ini, 2015, ACCFFest digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta. Selain sejumlah seniman, ACCFFest kali ini kedatangan tamu istimewa yakni mantan Komisioner Independent Commission Against Corruption Hong Kong, Tony Kwok.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan perilaku antikorupsi itu berasal dari karakter yang terbentuk pada diri masing-masing individu. Dengan pertimbangan tersebut, KPK melalui Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, sedang mempelajari budaya anak masa kini untuk dapat masuk ke dunia mereka dan kemudian menanamkan nilai antikorupsi.

Fenomena yang tampak sekarang ini, kata Bambang, anak-anak muda sudah kehilangan preferensi nilai. Sosok orang-orang dalam keluarga seperti ayah, sosok guru di sekolah, ataupun tokoh agama sudah tidak lagi punya pengaruh besar terhadap anak.

“Anak sekarang itu ngambil nilai dari om Google, dari tante Whatsapp, dari bro Path,” Bambang menyebutkan beberapa produk perkembangan teknologi yang semakin menguasai dunia anak.

Merujuk pada hasil penelitian lembaga survei AC Nielsen, anak pada usia-usia menjelang dewasa menghabiskan waktu rata-rata empat jam dalam sehari menonton televisi. Empat jam sehari, kata Bambang, jika ditotal setara dengan dua bulan nonstop dalam setahun. Dan, salah satu tayangan yang disajikan di televisi tentunya film.

Pergeseran nilai-nilai yang terjadi pada anak-anak, mendorong KPK untuk memanfaatkan karya film untuk menghimpun gerakan sosial yang dimulai dari anak muda. “KPK masuk di dunia ini (film) karena medianya sekarang itu. Pemberantasan korupsi ya harus funky juga,” ujarnya.

Dalam perkembangannya, film antikorupsi yang diprakarsai KPK ataupun kalangan penggiat antikorupsi mulai berani terjun ke dunia film komersil. Karya yang teranyar adalah film Sebelum Pagi Terulang Kembali. Film besutan sutradara Lasja F. Susatyo itu tidak hanya berhasil menyedot animo penonton di bioskop tetapi juga meraih penghargaan.

Dibintangi aktor terkenal seperti Fauzi Baadila dan Alex Komang, Sebelum Pagi Terulang Kembali meraih Piala Dewantara untuk kategori cerita panjang bioskop dalam Apresiasi Film Indonesia 2014. Film ini mengalahkan tiga nominator lainnya yaitu Cahaya dari Timur: Beta Maluku, Sokola Rimba, dan Selamat Pagi Malam.

Hadir dalam acara diskusi ACCFFest 2015, Sutradara Cahaya dari Timur: Beta Maluku, Angga Dwimas Sasongko sangat mengapresiasi film Sebelum Pagi Terulang Kembali. Menurutnya, banyak pilihan untuk menghadirkan nilaianti korupsi di masyarakat luas. Salah satunya education entertainment.
Tags:

Berita Terkait