KAMPPAK, Kumpulan Praktisi Hukum Penggemar Permata dan Akik
Berita

KAMPPAK, Kumpulan Praktisi Hukum Penggemar Permata dan Akik

Batu akik sebagai bahan obrolan sambil menunggu jadwal sidang yang molor.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Tasman Gultom, advokat pendiri KAMPPAK, saat menunjukan batu akik yang dimilikinya, Selasa (17/3). Foto: RIA.
Tasman Gultom, advokat pendiri KAMPPAK, saat menunjukan batu akik yang dimilikinya, Selasa (17/3). Foto: RIA.

Ketika mendengar nama KAMPPAK, hal yang pertama terlintas di benak sebagian orang mungkin kumpulan para berandal atau begal. Pasalnya, kampak –atau juga sering disebut kapak- adalah alat yang terbuat dari logam dan bertangkai panjang, yang diasosiasikan dengan senjata tajam.

Di Jakarta dahulu juga ada Geng kriminal terkenal, Kampak Merah. Namun, KAMPPAK yang satu ini tentu berbeda. Ini merupakan komunitas para praktisi hukum yang menggemari permata dan batu akik.

KAMPPAK adalah singkatan dari “Kurator Advokat Mediator Penggemar Permata dan Akik”. Komunitas ini dibentuk oleh salah seorang advokat, Tasman Gultom. “Orang berpikir kalau kampak itu adalah kriminal. Tapi bedanya kalau kami P-nya dua, KAMPPAK,” ujarnya, Selasa (17/3).

Tidak ingat kapan persisnya terbentuk, Tasman memperkirakan komunitas ini ada sejak dua atau tiga bulan ke belakang. Pembentukan itu pun tidak didasarkan pada satu deklarasi khusus. “Semua bermula dari aktivitas grup BBM (Blackberry Mesengger,-red) dengan delapan rekan lain,” sebutnya.

Tasman menjelaskan, bersama dengan advokat yang berasal dari berbagai daerah seperti Medan, Yogyakarta dan Samarinda, mereka terbiasa berbagi foto-foto batu akik yang dimiliki masing-masing. Selanjutnya, para praktisi hukum ini juga sesekali berkumpul untuk membahas jenis batu dan asal batu-batu tersebut.

Lebih lanjut, Tasman menambahkan KAMPPAK memiliki banyak mimpi terhadap trend batu akik yang sedang mencuat saat ini. Ia menuturkan bahwa punya hobi terhadap batu akik dapat membantu ekonomi rakyat menengah ke bawah dengan cara menggelar pameran-pameran batu.

“Selama ini orang memandang pengguna batu akik sebagai orang kampungan, tapi sekarang coba pergi ke mana-mana, orang pasti sedang sibuk duduk menggosok batu,” sebut Tasman.

Tags:

Berita Terkait