Formula Perhitungan Harga BBM Pengaruhi Akuntabilitas Pemerintah
Berita

Formula Perhitungan Harga BBM Pengaruhi Akuntabilitas Pemerintah

Pertamina diminta menyampaikan secara transparan mengenai komponen-komponen perhitungan harga BBM yang selama ini masih terbilang memberatkan.

Oleh:
KAR
Bacaan 2 Menit
Faisal Basri (tengah), Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Foto: www.esdm.go.id
Faisal Basri (tengah), Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Foto: www.esdm.go.id
Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) menilai, selama ini pemerintah belum punya formulasi yang tetap terkait perhitungan dalam menetapkan harga jual BBM subsidi. Ketua Tim RTKM, Faisal Basri, meminta pemerintah agar memperkokoh dan memantapkan formula agar lebih akuntabel. Soalnya, akutabilitas perhitungan harga jual BBM bersubsidi bergantung pada formulasi tersebut.

"Sebab itu kami meminta pemerintah untuk memperkokoh, memantapkan formula ini agar lebih akuntabel," ujar Faisal Basri di kantornya, Jakarta, Rabu (1/4).

Faisal menuturkan, penetapan formulasi itu harus diputuskan dalam waktu segera. Selain itu, dirinya juga meminta PT Pertamina (Persero) agar bisa menyampaikan secara transparan mengenai komponen-komponen perhitungan harga BBM yang selama ini masih terbilang memberatkan. Sebab, menurut Faisal, negara lain yang mengikuti harga keekonomian harga BBM dengan kualitas baik justru lebih murah.

Ia merinci, harga BBM RON 92 (jenis Pertamax) per liternya paling mahal dijual di Kamboja dengan nilai Rp17.254, diikuti dengan Laos seharga Rp16.727. sementara itu, China dan Thailand menjual dengan harga sama sebesar Rp14.225. Harga BBM tersebut dijual paling murah di Malaysia denga kisaran Rp6.849. Sementara itu, Faisal menuturkan bahwa Pertamina mengklaim harga BBM dengan kadar Ron 88 (jenis Premium) yang pada beberapa waktu lalu sempat menyentuh Rp6.800 per liter.

"Kami berkeyakinan premiumnya kemahalan, karena rumusnya juga sudah kuno. Karena Ron 88 sudah tidak dijual di pasar, di-proxy pakai Ron 92," kata Faisal.

Ketua Tim RTKM Faisal Basri mengatakan, jika melihat perbandingan harga BBM di beberapa negara Asia, perbandingan gasoline dan gasoil di Indonesia dengan negara lain harus apple to apple.

Ia menegaskan, minyak dengan jenis gasoline yang imperior seperti Premium sudah tidak ada. Sementara, harga rata-rata minyak dengan jenis gasoline yang medium menurut global Petroprices Gasoline di Indonesia sebesar 0,67 sen dolar. Dengan demikian, berdasarkan perhitungannya, Faisal menilai harga Pertamax yang pas adalah Rp8.700.
“Pas segitu. Tapi kok Pertamina tiba-tiba memaksakan diri pakai premium. Semua pake gasoline medium, eh pertamina pakai premium. Ya Tentu saja lebih murah," kata Faisal.
Dirinya melihat bahwa selama ini harga keekonomian yang telah dibeberkan Pertamina bukan harga keekonomian yang sesungguhnya. Ia menyebut, harga tersebut merupakan ketidakefisienan. Oleh karena itu, Faisal mengatakan pihaknya berharap agar Pertamina menunjukan komponen yang membuat mereka tidak efisien.
"Kami berharap Pertamina jujur kepada rakyat. Kalau ada maling kita gebukin sama-sama, kita tidak dalam posisi melemahkan Pertamina. Kita ingin Pertamina kuat. Tapi dengan cara yang benar," imbuhnya.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto menjelaskan bahwa harga minyak saat ini pada kisaran USD60 per barel. Ia menambahkan, harga tersebut pun kemungkinan besar akan terus berfluktuasi. Menurutnya, hal ini tentu saja sangat berimbas pada inflasi dan neraca keuangan negara.
“Sebab, Indonesia masih sangat bergantung kepada migas, jadi inflasi dan neraca keuangan negara akan sangat terpengaruh. Terlebih dengan adanya penguatan dolar Amerika Serikat,” paparnya.
Tags:

Berita Terkait