Empat Belas Falsafah Hidup Bismar
Mengenang Bismar:

Empat Belas Falsafah Hidup Bismar

Kehidupan Bismar Siregar penuh dinamika dan pelajaran buat anak cucunya. Falsafah hidup menyempurnakan pandangan dan gagasannya tentang berbagai hal.

Oleh:
MYS
Bacaan 2 Menit
Suasana ketika Bismar Siregar disemayamkan di kediamannya di Jakarta. Foto: SGP
Suasana ketika Bismar Siregar disemayamkan di kediamannya di Jakarta. Foto: SGP
Setelah pensiun dari hakim agung pada 1995, Bismar Siregar tak berdiam diri. Ia menjadi akademisi, penceramah, penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), politisi PPP, dan anggota Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Sederet kegiatan dan kedudukannya di berbagai lembaga semakin menambah daftar riwayat hidup pria kelahiran 15 September 1928 itu. Tiga tahun setelah wafat, nama Bismar bahkan belum dihapus dari laman ICMI.

Daftar riwayat hidupnya bisa bertambah, tetapi falsafah yang menggenapi perjalanan hidup Bismar sudah jelas. Setelah melewati usia 80 tahun, bahkan sebelumnya usia itu, Bismar menyatakan siap menghadap Sang Khalik Maha Pencipta. Dalam daftar riwayat hidup yang ia susun pada 21 Maret 2005, kemudian dibuat lagi pada medio Mei 2009, Bismar menutupnya dengan kalimat kesiapan bertemu Khalik.

“Saya siap dan bersiap/Hanya satu Ilahi Rabbi: sempurnakanlah kekuranganku/karena Engkau menciptakan daku penuh dhaif tak sempurna/Sempurnakanlah kekuranganku itu, Ilahi Rabb!/Sungguh aku merindukan bertemu dengan Dikau”.

Bismar telah meninggalkan alam fana. Selama hidupnya ia mempunyai empat falsafah hidup berikut ini.
  1. Memanfaatkan hidup sebaik-baiknya bagi kepentingan umat dan bangsa. Jadilah panutan, pertama terhadap dab untuk diri baru mengajak orang lain. Hindari sifat kemunafikan, lain kata lain amal perbuatan. Segala sesuatu dikembalikan berpasrah diri kepada kehendak Ilahi Rabbi.
  2. Semua makhluk di antara langit dan bumi tanpa kecuali tergolong makhluk ciptaan Allah, yang diamanahkan kepada manusia sebagai khalifah di bumi berdasar sikap Khalik penuh Maha Kasih dan Maha Sayang.
  3. Semua bertasbih kepadanya dan kelak menuntut pertanggungjawaban perlakuan atas dirinya. Bukan hanya yang demikian. Juga diri sendiri dituntut pertanggungjawaban di hadapan Khalik. Ingat ‘Demi Masa’.
  4. Jangan tergoda dengan hidup di dunia, sebab sehari di alam baqa sama dengan seribu tahun di alam fana.
  5. Mau umur panjang? Jadikan semasa hidup menanam pohon yang tidak pernah habis berbuah selalu memberi kurnia rahmat bagi alam semesta sampai akhir zaman.
  6. Mau pilih yang pendek? Umumr panjang dalam bilangan tetapi pendek dalam kenangan? Tanam dan tinggalkanlah bibit-bibit kebencian, fitnah, serta kedendaman akhlak setan, niscaya akan menuai hasilnya.
  7. Pendek dalam hitungan, namun panjang dalam kenangan, Alhamdulillah itulah idaman. Wariskanlah kenangan berkesan baik. Ketahuilah setiap kenangan yang baik menjadi kiriman akan disampaikan malaikat dalam tatanan yang indah seraya berkata: “Terimalah titipan mereka dari alam fana hai penghuni alam barzakh. Semua mengenang serta bersebut engkau orang yang baik!”
  8. InsyaAllah, Alhamdulillah kini menikmati usia panjang dalam bilangan dan panjang pula dalam kenangan. Itulah kurnia rahmat tidak ternilai bagi diri ini.
  9. Tingkatkan berbudaya Islami, lebih baik dianiaya daripada menganiaya. Bila dianiaya, maafkanlah kesalahan orang diminta atau tidak. Ikhlaskan perbuatan yang menganiaya dirimu, badanmu, hartamu, dan kehormatanmu.
  10. Memaafkan kesalahan membuat hati lapang dan lega tidak berprasangka dan berpikir yang bukan-bukan menyongsong hari esok penuh keceriaan. Sungguh menyadari semua datang dari Dia dan semua kembali kepada-Nya. Ikhlas!
  11. Jangan berharap sesuatu dari sesamamu, berharaplah dari Khalikmu. Jangan ragu jangan bimbang, ingatkanlah tanpa pilih siapapun dianya, tetapi ingat dengan cara yang Islami, hikmat dan kata-kata yang baik.
  12. Jangan takut kepada apa kata orang, mantapkan dalam diri takut hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Ia Maha Pelindung. Ia Maha Penjaga.
  13. Jangan berharap sanjung dan puji manusia. Berbuat demikian penyebab sombong, angkuh dan takabbur. Sungguh celaka dan kecewa ia akan putus asa, merasa hidup terasing dan diasingkan, ditinggalkan dan dikucilkan, kalau sesuatu yang ia cintai, harta, jabatan lepas dari tangan.
  14. Ia patut dikasihani, jangan dibenci. Doakan ia diampuni Khalik. Ciri orang beriman: mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri.
Tags:

Berita Terkait