Pertamina Minta Dana Stabilisasi BBM Tahun Depan
Berita

Pertamina Minta Dana Stabilisasi BBM Tahun Depan

Kendati penjualannya membawa rugi Premium tak akan dihapus.

Oleh:
KAR
Bacaan 2 Menit
Foto: SGP
Foto: SGP
PT Pertamina (Persero) berencana untuk meminta pemerintah mengucurkan dana stabilisasi bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2016 mendatang. Menurut Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang, dana ini diajukan untuk mengantisipasi fluktuasi harga minyak di pasaran. Sebab, selama ini penjualan BBM tidak menutupi harga keekonomian.

Ahmad menjelaskan bahwa nantinya dana tersebut akan digunakan untuk menutupi penjualan harga BBM, terutama jenis Premium. Ia menyebut dana ini berbeda dengan skema subsidi. Pasalnya, tak seperti dana subsidi yang bisa digunakan kapan saja, dana stabilisasi hanya boleh dipakai pada saat kondisi tertentu terjadi.

"Ini seperti stabilisasi harga pangan, ketika harga beras sedang tinggi, pemerintah menutup dengan dana itu. Kalau subsidi setiap saat dipakai, stabilisasi hanya kondisi tertentu. Tolong BBM juga bisa begitu seperti harga pangan," ujar Ahmad di Jakarta Pusat, Rabu (5/8).

Ahmad menegaskan, perusahaannya memang sangat membutuhkan dana semacam itu. Ia menyebut, saat ini kondisi penjualan BBM sedang tidak menguntungkan. Hal ini karena sangat sulit menerka arah harga minyak mentah dunia. Ia mencontohkan, peristiwa perang teluk di Timur Tengah yang biasanya membuat harga minyak tinggi, tapi justru membuat harga menurun saat ini.

Terlebih lagi, Ahmad mengeluhkan situasi dimana Pertamina tak bisa serta merta menaikkan harga BBM. Ia menuturkan, seperti pada bulan ini ketika Pertamina harus menunda kenaikan harga Premium dan Solar. Akibatnya, saat ini Pertamina terpaksa menelan rugi akibat dolar Amerika Serikat (USD) yang terlalu superior.

“Walaupun harga minyak dunia menurun, namun impor minyak Indonesia 60 persen masih menggunakan dolar Amerika Serikat. Lihat kurs naik dari Rp12 ribu per USD ke Rp13 ribu per USD. Tolong masyarakat lihat ke arah sana," ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pertamina mengalami kerugian hingga Rp 12 triliun karena menjual BBM Premium di bawah harga keekonomian. Premium masih dijual Rp 7.400/liter, sementara harga keekonmiannya di atas itu. Menurut Ahmad, kerugian Pertamina juga diakibatkan ada beberapa komponen yang terhitung dalam harga penjualan, termasuk biaya angkut.

Pertalite Tutupi Kerugian
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan kini ada opsi untuk menutup kerugian itu. Dwi menjelaskan bahwa penjualan BBM jenis baru, Pertalite, diharapkan bisa menutup kerugian Pertamina hingga sekitar Rp3 triliun. Untuk mencapai itu, Dwi menargetkan perpindahan konsumen Premium ke Pertalite minimal sebesar 30 persen.

"Mungkin pada level sekarang kita belum bisa untung. Tapi paling tidak kan bisa kurangi kerugian jual Premium. Tapi kalau asumsinya nanti yang pindah sampai 30% ke Pertalite kan kerugian kita bisa berkurang sampai Rp 3 triliunan lah," kata Dwi.

Sejak diluncurkan pada pertengahan bulan Juli lalu, penjualan Pertalite menurut Dwi terus mengalami peningkatan. Ia menyebut, hingga kini pangsa pasar BBM baru itu sudah menembus angka 13 persen lebih. Oleh karena itu, Dwi menegaskan pihaknya optimis Pertalite bisa merebut 30 persen konsumen BBM.

Berdasarkan survey yang diperolehnya, Dwi melihat bahwa jika selisih harga Premium dan Pertalite di bawah Rp 900, maka 20-30% konsumsi Premium akan diganti Pertalite. Sementara itu, sekarang selisih harga masih di atas Rp 900. Dengan demikian, ia berkeyakinan migrasi konsumen itu bisa terwujud.

"Jujur saja Pertalite ini bisa kurangi kerugian Premium. Tapi dengan catatan, harga Premium harus ikut harga pasar atau setidaknya tidak terpaut jauh dengan Pertalite,” ujarnya.

Kendati diharapkan bisa menutup kerugian dari menjual Premium, dan tren konsumsi masyarakat kini beralih ke Pertalite namun Dwi berjanji tak akan menghapus Premium dari SPBU. Pasalnya, menurut Dwi hal itu terkait dengan ketersediaan pilihan bagi masyarakat.

"Tapi tidak menghilangkan Premium. Ini pilihan masyarakat," tutupnya.
Tags:

Berita Terkait