Kisah Boneka Teddy Bear Tuntut Hak Asasi
Resensi

Kisah Boneka Teddy Bear Tuntut Hak Asasi

Menolak dianggap properti, Ted menggugat.

Oleh:
RZK
Bacaan 2 Menit
Foto: Twitter
Foto: Twitter
Siapa yang tidak kenal Teddy Bear? Boneka lucu, imut, dan menggemaskan yang begitu populer di dunia, khususnya untuk kalangan anak perempuan. Bagaimana jadinya jika boneka berbulu lembut ini menuntut hak asasi. Terdengar aneh memang. Bagaimana mungkin boneka menuntut hak asasi yang lazimnya dikenal di dunia manusia?

Jawabannya, mungkin! Karena ini hanyalah kisah dalam film layar lebar berjudul “Ted 2”. Boneka Teddy Bear yang dimaksud pun spesial karena dia bisa berbicara, makan dan minum, mabuk, dan bahkan menikah.

Sesuai judulnya, Ted 2 adalah sekuel dari film pertama berjudul “Ted” yang dilansir pada tahun 2012. Film yang disutradarai oleh seniman multi talenta, Seth McFarlane yang juga menjadi pengisi suara tokoh Ted, bercerita tentang persahabatan antara John Bennet (Mark Warlberg) dan Ted.

Mulanya, Ted hanyalah sebuah boneka hadiah Natal yang dimiliki John. Merasa kesepian, John lalu berdoa agar Ted bisa hidup layaknya manusia. Ajaib! Doa John terkabul. Sejak kecil hingga dewasa, Ted pun menjadi teman setia bagi John. Keduanya tak terpisahkan, apapun kegiatannya, mereka lakukan bersama-sama.

Singkat cerita dalam film berdurasi 1 jam 55 menit yang resmi dirilis Juni 2015 ini, Ted menikah dengan wanita idamannya, Tami Lynn McCafferty. Di kala Ted bahagia, John justru bersedih karena pernikahannya dengan Lori Collins (Mila Kunis) bubar.

Awalnya, pernikahan Ted dan Tami terlihat cukup bahagia. Namun, dalam hitungan bulan, permasalahan mulai muncul. Ted dan Tami sering bertengkar. Lelah bertengkar, Ted meminta saran kepada seorang rekan kerjanya yang kemudian menganjurkan agar Ted dan Tami segera memiliki seorang anak.

Saran itu manjur. Tami sangat antusias begitu Ted mengutarakan niat ingin memiliki anak, hubungan mereka pun akur kembali. Masalahnya, Tami dan Ted tidak mungkin memiliki anak kandung, karena Ted meskipun hidup seperti manusia tetapi tidak memiliki alat reproduksi.

Tak patah arah, Tami dan Ted mencari alternatif solusi yakni donor sperma. Sayang, lantaran riwayat kecanduan narkotika Tami, opsi donor sperma juga nihil hasil. Lalu, mereka memilih opsi adopsi anak. Di sini lah persoalan hukum muncul.

Otoritas yang mengurusi adopsi menyatakan Tami dan Ted tidak boleh melakukan adopsi karena Ted secara hukum dianggap sebagai properti, bukan manusia. Tidak hanya gagal mengadopsi anak, pernikahan Tami dan Ted juga dinyatakan tidak diakui oleh hukum negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat (AS). Ted bahkan dipecat dari pekerjaannya sebagai kasir pasar swalayan.

Tami dan Ted serta John jelas berang. Ted merasa diperlakukan tidak adil oleh hukum negara. Untuk itu, dia bertekad melayangkan gugatan ke pengadilan melawan pemerintah. Agar menang di pengadilan, Ted ditemani John meminta bantuan pengacara handal, Karl Jackson (Jay Petterson).

Lantaran tidak memiliki cukup dana, permintaan Ted dan John ditolak. Karl lalu menawarkan sepupunya seorang pengacara muda bernama Samantha L. Jackson (Amanda Seyfried) yang siap memberikan bantuan hukum pro bono. Tanpa pikir panjang, Ted dan John menerima tawaran tersebut.

Perjuangan hukum Ted pun dimulai. Siang malam, Ted, John dan Samantha ‘melahap’ beragam literatur, diselingi mabuk bersama, dalam rangka persiapan proses persidangan di pengadilan. Celakanya, yang akan dihadapi Samantha di pengadilan bukan lawan yang enteng. Atas campur tangan musuh lama Ted, Donny yang kini bekerja sebagai petugas kebersihan di perusahaan mainan Hasbro, pihak pemerintah menunjuk Shep Wild (John Slattery), pengacara yang tidak pernah kalah.

Terlepas bahwa kisahnya fiktif, perjuangan Ted melalui jalur hukum yang digambarkan cukup detail dalam film Ted 2 cukup menarik. Film ini sepertinya tersirat ingin menyampaikan pesan bahwa hak asasi itu layak untuk diperjuangkan oleh siapapun. Dan sebagaimana disinggung beberapa kali dalam film, apa yang diperjuangkan Ted sebenarnya sama ketika kaum minoritas seperti warga keturunan Afrika memperjuangkan hak asasi mereka.

Kita semua tahu, dari beragam literatur dan pemberitaan media, bagaimana beratnya perjuangan hak asasi warga keturunan Afrika di AS. Setelah berproses selama puluhan tahun, perjuangan itu membuahkan hasil manis yang salah satu tonggaknya adalah terpilih Barrack Obama sebagai Presiden AS.

Lalu, bagaimana dengan perjuangan Ted? Apakah Ted akan berhasil mendapat status hukum sebagai ‘person’? Jawabannya tentu harus anda temukan sendiri dengan menonton filmnya yang sayangnya belum beredar di bioskop-bioskop Indonesia. Tetapi, jangan khawatir, karena film Ted 2 juga tersedia dalam bentuk DVD yang dapat anda beli di toko atau pesan secara daring. Ingat! jangan beli yang bajakan.
Tags:

Berita Terkait