Perusahaan Migas Janji Hindari PHK Massal
Berita

Perusahaan Migas Janji Hindari PHK Massal

Akibat merosotnya harga migas. Pemutusan kontrak tetap terjadi, tetapi disinyalir hanya sesaat.

Oleh:
KAR
Bacaan 2 Menit
Menteri ESDM, Sudirman Said (kiri). Foto: www.esdm.go.id
Menteri ESDM, Sudirman Said (kiri). Foto: www.esdm.go.id
Perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia hingga kini terus berkomitmen untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya. Conoco Phillips, Chevron, dan Pertamina yang beroperasi di Indonesia tak akan terpengaruh oleh aksi PHK masal perusahaan migas di negara lain. Perusahaan akan melakukan efisiensi dengan mengurangi dana investasi atau capital expenditure (capex).

Demikian salah satu isu yang mengemuka dalam Business Forum Infrastruktur Migas di Indonesia, di Jakarta, Rabu (30/9). Commercial & Business Development Director PT Pertamina Gas, Ahmad Kudus, mengingatkan bahwa tindakan PHK bukan satu solusi yang baik. Sebab, bisa jadi langkah tersebut malah menimbulkan persoalan baru terkait meningkatnya angka pengangguran.

“Harga minyak dunia mulai Juni 2014 yang tadinya rata-rata AS$ 107 per barel langsung drop pada Februari ke AS$ 38 per barel. Sejak saat itu musim PHK perusahaan minyak dan gas bumi. Tapi di Indonesia, Conoco, Chevron, demikian juga Pertamina melakukan restrukturisasi,” katanya.

Gelombang PHK karyawan tersebut menyusul rendahnya harga minyak dunia berlangsung hingga berbulan-bulan. Sementara itu, kenaikan harga minyak belum signifikan. Padahal, permintaan minyak turun akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Kondisi diperparah dengan rencana dicabutkan sanksi Barat terhadap Iran, sehingga dikhawatirkan akan menambah pasokan minyak ke pasar.

Lebih lanjut Ahmad mengungkapkan, pihaknya memang menyayangkan harga minyak yang terus merosot. Bahkan, sejak bulan Mei lalu harga minyak mentah dunia belum menempati posisi stabil. Sebab, revolusi energi dan produksi minyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah menyebabkan pasokan minyak di pasar berlimpah. Akibatnya, Ahmad mengungkapkan, Pertamina terpaksa memotong anggaran Capex sekitar 20-30% dari AS$ 3,2 miliar.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Sudirman Said yakin bahwa industri migas tanah air akan kembali bergairah dan pulih dari keterpurukan. Hanya saja, menurutnya hal ini bisa tercapai asalkan pelaku usaha, pemerintah dan tenaga kerja tetap kompak menghadapi tekanan saat ini. karenanya, ia pun tegas meminta agar tidak ada PHK di sektor industri hulu migas.

"Kadang kita terjebak pada pendekatan, gampang kalau ada tekanan, manusia duluan yang dikorbankan," katanya.

Sudirman mengaku, sampai saat ini masih ada kekhawatiran akan aksi ambil aman dari para pelaku industri hulu migas, di tengah tekanan pelemahan harga minyak ini. namun menurutnya, justru saat ini adalah waktu yang tepay untuk banyak mempekerjakan Sumber Daya Manusia (SDM), karena negara sedang giat menata tata kelola migas menjadi lebih baik di industri migas.

"Saya tekankan, jangan mengurangi usaha pembangunan kapasitas, sehingga waktunya nanti normal lagi," kata dia.

Sebagaimana diketahui, anjloknya harga minyak membuat dua perusahaan minyak besar memutuskan PHK 12.500 karyawannya. Dilansir CNN, Royal Dutch Shell melaporkan memangkas 6.500 orang untuk memotong biaya operasional. Perusahaan migas lainnya, Centrica, juga melakukan PHK terhadap 6.000 orang, karena perusahaan tersebut mengurangi produksi.

Meski pemerintah mendesak perusahaan untuk tidak melakukan PHK besar-besaran, menurut Wakil Ketua Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Zikrullah, pemutusan kontrak kerja tetap tak bisa dihindari. Ia mengakui, hal itu merupakan akibat sesaat. Terpenting baginya adalah perusahaan tidak melakukannya secara masal.

"Yang kita harapkan dengan harga minyak yang kecenderungan turun terus, tidak kurangi pekerja. Boleh efisiensi, tapi pengurangan tenaga kerja diusahakan yang paling akhir. Namun, bagaimanapun ada pemutusan kontrak kerja saat ini sebagai akibat sesaat dari harga minyak dunia yang anjlok. Ini akibat sesaat saja," katanya.
Tags:

Berita Terkait