Lawyer-Lawyer ini Hobi Selami Keindahan Bawah Laut
After Office

Lawyer-Lawyer ini Hobi Selami Keindahan Bawah Laut

Tidak sekadar hobi, kegiatan sosial pun bisa disalurkan.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Kegiatan diving. Foto: Istimewa
Kegiatan diving. Foto: Istimewa
Hobi merupakan satu cara untuk melepas stres bagi orang-orang yang bergelut di dunia profesi yang memiliki tekanan tinggi, seperti pengacara. Jenis hobi yang dapat digeluti beragam, mulai dari sederhana dan minim risiko seperti membaca buku atau menonton film, hingga yang sarat petualangan dan mengandung risiko seperti menyelam (diving).

Menyelam ternyata cukup populer di kalangan pengacara. Tantangan plus iming-iming melihat secara langsung ‘surga’ bawah laut menjadi beberapa alasan kenapa kegiatan menyelam begitu digandrungi. Iin Tampubolon, in-house counsel di sebuah perusahaan swasta asing, mengaku jatuh cinta dengan kegiatan menyelam sejak tahun lalu.

Uniknya, awal kesukaan Iin menyelam dilatarbelakangi kisah 'tragedi'. Kala itu, Iin dan teman-teman tengah berwisata ke Taman Nasional Taka Bonerate, Sulawesi Selatan. Saat asyik di tengah laut, Iin dan rombongan diterpa hujan deras. Naas, kompas perahu rusak sehingga Iin dan rombongan sempat tersesat.

“Itu sudah kedinginan dan kita pasrah aja. Tapi ketika sampai sana yang saya lihat semuanya bagus sekali, dari terumbu karang, ikan-ikannya, penyu, dan saya melihat paus yang gede.Di situ saya jatuh cinta sama diving, dan saya nggak bisa lepas lagi,” tutur Iin kepada hukumonline, Selasa (27/10).

Sepulang dari Taka Bonerate, Iin ketagihan menyelam. Berbagai tempat diving populer seperti Bali, Pulau Derawan, Pulau Weh, atau Kepulauan Seribu dijelajahi alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2006 itu.

“Bagi saya, kita orang Indonesia sangat sayang sekali nggak melihat isi dalam laut kita. Selama ini, mayoritas itu orang yang diving di lautnya Indonesia kebanyakan orang asing,” ujarnya.

Kegiatan menyelam diakui Iin membutuhkan biaya. Makanya, dia rela menyisihkan sebagian gajinya demi hobi barunya itu. Agar terencana dengan baik, Iin biasanya sudah mengagendakan jauh-jauh hari mau menyelam dimana dan kapan. Dengan begitu, kata Iin, biaya yang akan dikeluarkan dapat diprediksi.

“Kayak tahun depan kan saya mau ke (Pulau) Komodo. Saya sudah prediksi biayanya berapa, saya sudah tahu berapa yang harus dialokasikan. Jadi untuk tahun depan tiketnya saya sudah beli, dananya sudah ada, dan saya nggak perlu pakai dana tahun depan. Seperti itu ngaturnya,” Iin menerangkan.

Seperti Iin, faktor biaya juga menjadi pertimbangan Harry Ponto dalam merencanakan kegiatan diving. Biasanya, kata Partner di Kailimang & Ponto, dirinya diving bersama teman-teman satu grup yang memiliki hobi yang sama. Harry mengaku bersedia menerima ajakan diving jika hal itu disampaikan jauh-jauh hari.

“Namanya lawyer kan pendapatannya tidak menentu,” imbuhnya.

“Nanti kalau tiba-tiba harus bayar uang sekolah anak tapi nggak ada proyek, bagaimana? Nah, kalau itu sudah aman, baru lah kita jalan. Jadi memang harus ditaksir pengeluarannya dan nyicil nabung dari jauh hari karena ada antisipasi uang sekolah anak,” ujarnya.

Kegiatan Sosial
Menjalani hobi diving ternyata juga bisa sambil berkegiatan sosial. Iin, misalnya, bersama teman-temannya mendirikan komunitas Sobat Laut. Komunitas ini, jelas Iin, memiliki misi ingin mengembangkan pulau-pulau terluar yang ada di Indonesia.

“Jadi sebenarnya gini, diving itu kan lumayan ya dari segi biaya. Orang-orang juga mikirnya ‘hobi doang ngapain sih ngabis-ngabisin duit tapi nggak ada kegiatan sosialnya?’ Akhirnya karena begitu cinta dengan laut kita, kita putuskan ya sudah kita lakukan sesuatu hal sekalian jalan-jalan sekalian berkontribusi apa gitu,” tutur Iin.

Sobat Laut memulai kontribusinya dengan menggalang buku untuk membangun perpustakaan di tepi laut Pulau Tabuhan, Lampung. “Lumayan sudah sekitar 200-an. Nah kita lagi kerja sama, follow up sama orang yang ada di Tabuhan, kira-kira bagaimana ini bisa terwujud?” pungkasnya.
Tags: