Pesan ‘Nyeleneh’ KPK Lewat Umbul-Umbul
Jeda

Pesan ‘Nyeleneh’ KPK Lewat Umbul-Umbul

Salah satunya, “Korupsi bisa bikin bini plesiran ‘suami kesepian’”.

Oleh:
NNP
Bacaan 2 Menit
Umbul-umbul “Korupsi bisa bikin bini plesiran ‘suami kesepian’”. Foto: NNP
Umbul-umbul “Korupsi bisa bikin bini plesiran ‘suami kesepian’”. Foto: NNP
Baliho besar kira-kira berukuran 4x3 meter terpampang tegak di pintu keluar tol Jakarta – Cipularang. Baliho itu berisikan informasi tentang adanya ajang tahunan Festival Antikorupsi 2015 dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi Internasional yang jatuh pada 9 Desember 2015 yang bertepatan dengan putaran pertama pelaksanaan Pilkada Serentak.

Pemasangan baliho itu bukan tanpa maksud, memang tahun ini Kota Pasundan dipercaya sebagai tuan rumah dalam event tahunan ini. Memasuki kota Bandung, mulai dari daerah Pasteur hingga menuju ke lokasi acara di gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Institut Teknologi Bandung sudah berdiri beberapa umbul-umbul yang ikut memeriahkan festival ini.

Latar belakang warna umbul-umbul yang didominasi warna, yakni biru dan warna merah semakin terlihat riuh ketika semakin mendekat dengan lokasi acara. Apalagi, setelah memasuki gerbang utama gedung Sabuga, pengunjung Festival Antikorupsi 2015 masuk menyusuri halaman di antara umbul-umbul yang menjulang tegak.

Berdasarkan pantauan hukumonline, umbul-umbul yang berdiri tegak itu ternyata membawa sebuah pesan. Tentunya, pesan untuk tidak ikut atau tidak terlibat dalam praktik korupsi.  ‘Prung! Hidup Jujur’, itu lah kalimat ajakan yang dituliskan dalam umbul-umbul.

Prung! Dalam bahasa Sunda dimaknai dengan bentuk kata ajakan. Lewat umbul-umbul itu, KPK mengajak masyarakat untuk hidup jujur. Dimana dengan hidup jujur, potensi berperilaku korupsi akan terhindar. Tak hanya ajakan untuk berbuat jujur, masih dalam umbul-umbul tertulis pesan-pesan yang juga mengajak agar tidak terlibat dan melakukan korupsi.

Tulisan-tulisan itu begitu menarik lantaran selain mengajak jujur, tulisan itu juga sedikit ‘nyeleneh’. Salah satunya, “Korupsi bisa bikin bini plesiran ‘suami kesepian’”. Jika dibaca sekilas, hal itu sedikit menggelitik. Namun, jika dimaknai secara mendalam, pesan itu sebetulnya mirip refleksi kenyataan yang dialami oleh sejumlah koruptor yang berhasil ditangkap penegak hukum.

Tak jarang anggapan masyarakat awam yang muncul tentang latar belakang pejabat negara atau sektor swasta melakukan korupsi, lantaran ‘tuntutan seorang istri’. Sang istri menuntut banyak hal, terutama dalam bentuk materi. Sedangkan secara profil, sang suami bukanlah pejabat negara atau sektor swasta yang bisa berpenghasilan seperti yang dituntut oleh si istri.

Alhasil, korupsi jadi jalan pintas. Hasil dari korupsi sang suami dipakai sang istri ‘plesiran’.  Atau kegiatan lain seperti arisan sosialita hingga perilaku-perilaku konsumtif lainnya. Dan yang menyedihkan, sang suami yang telah berusaha itu akhirnya kesepian ditinggal sang istri.

Pesan lainnya yang tertulis dalam umbul-umbul antara lain, “Kejujuran memang pahit tapi selalu berakhir manis dan indah”. “Suami amanah ditunggu istri dirumah”. “Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan jujur”. “Situ jujur, kita jujur, semua jujur, pasti adil”. “Jujur butuh niat bukan gaya”. “Mau gak mau, enak gak enak, suka gak suka, harus jujur”. “Pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan yang penting berkah”.

Bajaj ‘Bahan Bakar Gas’
Hal menarik lainnya dari penyelenggaraan Festival Hari Antikorupsi di kota Pasundan ini adalah penggunaan ‘Bajaj Biru’ sebagai kendaraan shuttle service selama acara berlangsung. Bajaj yang menggunakan bahan bakar gas (BBG) ini melayani pengunjung dalam mobilitas dari lokasi acara menuju ke lapangan parkir yang terletak cukup jauh dari gedung.

Berdasarkan informasi yang hukumonline terima, bajaj BBG itu didatangkan oleh pihak PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). PGN sendiri menjadi salah satu pendukung dari jalannya kegiatan ini. Mulai dari Kamis (10/12) hingga hari Jumat (11/12), sebanyak 27 awak pengemudi Bajaj siap melayani pengunjung.

Kepada hukumonline, salah seorang pengemudi, Sugiarto (48 tahun) menuturkan, kalau sejak pukul 06.00 Wib para pengemudi telah standby di lokasi. Hilir mudik bajaj serta antirian bajaj yang menunggu penumpang memenuhi halaman luar gedung Sabuga. “Dari jam 6 pagi standby, Bajaj ada 27 unit,” katanya.

Saat ditanya seputar KPK, Sugiarto merespon dengan baik. Menurutnya, KPK merupakan lembaga yang bagus dan mesti didukung. Pengetahuannya soal KPK didapat dari tontotan di layar kaca. “KPK itu komisi yang bagus dan itu mesti didukung lah.  Kalau sering nonton di tv, tapi baguslah buat pemberantasan korupsi supaya negara ini makmur lah,” jawabnya antusias.

Kemudian, saat ditanya apakah KPK masih dibutuhkan? Sugiarto pun menjawab, “Harus dong! Itu terserah sampai kapan, selama dibutuhkan kayanya bagus juga,” pungkasnya.
Tags: