6 Hal Wajib Diperhatikan untuk Jadi Lawyer Multi Skills
Berita

6 Hal Wajib Diperhatikan untuk Jadi Lawyer Multi Skills

Salah satunya tidak boleh gampang galau.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Profesi advokat. Foto: RES (Ilustrasi)
Profesi advokat. Foto: RES (Ilustrasi)
Andal di satu bidang tertentu jelas dapat menjadikan pengacara menonjol dan banyak dicari untuk keahliannya. Selain itu, kepada lawyer yang menguasai banyak bidang (multi skills) justru bisa memberi keuntungan tersendiri bagi klien, khususnya rasa percaya dari klien.

Hanya saja, mampu menguasai bidang korporasi maupun litigasi memang bukan hal yang mudah. Tak jarang lawyer litigasi enggan bermain dalam wilayah hukum korporasi karena perbedaan budaya kerja. Padahal, kata GP Aji Wijaya dari lawfirm Aji Wijaya & Co, keahlian yang dimiliki seorang lawyer korporasi akan sangat membantu menyelesaikan perkara litigasi.

Kepada hukumonline, tiga lawyer multi skills, Aji, Andrey Sitanggang, dan Bobby Manalu berbagi kiat agar bisa menjalani dunia korporasi dan litigasi dengan baik. Berikut caranya:

1.    Tidak Pilih-Pilih Saat Belajar
Mau menjadi apa ke depannya ditentukan saat awal mula lawyer berkarir. Bobby mengatakan, meski sejak awal ia ingin menjadi lawyer litigasi, namun ia bersyukur diberikan kesempatan untuk dapat mempelajari seluk-beluk hukum korporasi di kantor lamanya.

Litigation Partner pada kantor hukum Siregar Setiawan Manalu Partnership (SSMP) yang juga tercatat sebagai seorang kurator ini mengatakan, bahwa pekerjaan-pekerjaan di litigasi banyak yang berhubungan erat dengan kegiatan bisnis.

2.    Jangan Gampang Galau
Semua orang bisa jadi sarjana hukum, kata Aji, tetapi tidak semua bisa menjadi pengacara. Saat seseorang memilih menjadi pengacara, maka orang tersebut harus sudah siap dengan segala kemungkinan. Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Profesi Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) ini, seorang pengacara wajib tidak mudah galau.

“Semua itu pasti ada risiko. Di corporate misalnya ya, saat transaksi bisa gagal, atau transaksi yang dibuatnya menimbulkan sengketa di pengadilan. Kalau dia galau kan repot. Atau di litigasi saat dia mendampingi klien disidik lalu dibentak-bentak polisi, kalau dia gampang galau, wah susah deh tuh,” tutur Aji kepada hukumonline, Senin (1/2).

Terpisah, Andrey menambahkan, saat sudah memilih untuk menjadi pengacara, maka lawyer harus konsisten mendalami dunianya tersebut. 

3.    Ikuti Pelatihan dan Seminar
Untuk meningkatkan kemampuan yang harus dilakukan salah satunya adalah menambah pengetahuan. Ketiga lawyer ini sepakat bahwa seluruh lawyer tak boleh puas dengan gelar sarjana hukum yang dimilikinya saja. Sering-sering mengikuti pelatihan dan seminar menjadi saran yang dianjurkan ketiga expert ini.

Aji menjelaskan, perlunya mengikuti berbagai pelatihan dan seminar ini untuk menambahkan folder di dalam ingatan lawyer. “Ini sering terjadi, lawyer saya bilang ‘ini ngga ada nih pak’. Saya cuma bilang ‘coba buka undang-undang x’. Nah di situ lah perlunya. Ibarat komputer, bikin aja dulu folder yang banyak, supaya pas mau nyari sesuatu udah ada,” pungkasnya.

4.    Tambahkan Ilmu Akuntansi
Sebagai tambahan, lawyer litigasi-korporasi perlu mengambil ilmu akuntansi. Hal itu yang selalu disarankan Aji kepada lawyer-lawyer muda. Bukan untuk menjadi ahli keuangan, tetapi untuk mempermudah saat klien menghadapkan lawyer pada neraca keuangan untuk keperluan menggugat pihak lawan misalnya. Saran serupa disampaikan Andrey.

“Kalau komersil itu saya merasa memang akan merasa lebih lengkap lagi kalau ada tambahan pengetahuan selain hukum ya. Akan lebih mudah bagi saya menganalisa suatu kasus saat saya memahami corporate law, saya juga memiliki pemahaman tentang ekonomi,” ucap Andrey.

Untuk diketahui, Andrey merupakan pendiri dari Andrey Sitanggang Law Office ini juga merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

5.    Bagi Fokus di Waktu-Waktu yang Berbeda
Saat menyelami pilihan, memang tak mudah bagi lawyer untuk dapat menjadi ‘hebat’ di semua bidang dalam seketika. “Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa menguasai kedua bidang ini,” ujar Andrey. Atas dasar itu, lawyer yang sudah berpraktik selama lebih dari 25 tahun ini menyicil satu-persatu sertifikasi terkait.

Begitu pula saat menangani perkara di kantor. Untungnya tak semua pekerjaan itu datang bersamaan. “Ya tapi pikiran kita sebenarnya kan seperti channel televisi, saat menayangkan mellow drama ya bisa terbawa, saat action bisa terbawa. Ini juga begitu, saat membahas korporasi ya otak saya juga ke korporasi,” ungkap peraih gelar doktor dari FH UNPAD ini.

6.    Pekerjaan Bentrok, Utamakan Deadline
Nah, kalau sudah bertemu pekerjaan litigasi dan korporasi di satu waktu yang sama, Bobby menyarankan untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah dekat waktu jatuh temponya. Apalagi, sambungnya, pekerjaan korporasi biasanya sudah jelas waktunya. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengatur waktu menyelesaikan pekerjaan.

Tags:

Berita Terkait