Takut Diajar Dosen Killer? Begini Cara Mengatasinya
Berita

Takut Diajar Dosen Killer? Begini Cara Mengatasinya

Sering berdiskusi dan mengikuti semua konsep yang diinginkan dosen tersebut.

Oleh:
HAG
Bacaan 2 Menit
Ilustrasi: HLM
Ilustrasi: HLM
Semua mahasiswa pasti pernah mendengar istilah "dosen killer". Biasanya, dosen killer membuat mahasiswa ketakutan, bahkan gugup untuk masuk kelas. Ujung-ujungnya, mahasiswa segan mengikuti mata kuliah yang diajarkan si dosen. Lalu, apa saja ciri-ciri dosen killer dan bagaimana cara mengatasinya?  

Dosen killer biasanya identik dengan dosen tua, walaupun tidak semua dosen tua merupakan dosen killer. “Kalau dosen muda kan pemikirannya lebih sama dengan pemikiran mahasiswa. Berbeda dengan dosen yang lebih tua, pemikirannya lebih tradisional,” ujar Muhammad Ridho, Mahasiswa FH Universitas Brawijaya Angkatan 2012, kepada hukumonline, Jumat (19/2).

Selain itu, dosen killer biasanya pelit sama nilai dan memiliki cara mengajar dengan sesuka hati. Soal waktu, dosen killer juga tidak memiliki toleransi terhadap keterlambatan yang biasanya dilakukan oleh dosen-dosen lain. “Kalau mengajar sesuka hati. Menerangkan apa yang dia mau dan jawaban yang dimau, harus jawaban sesuai dengan dia. Kalau terlambat disiplinnya sangat tidak ada toleransi, nilai tidak akan berubah,” ujarnya.

Untuk mengatasi dosen killer seperti itu, Ridho biasanya sering melakukan diskusi sehingga dengan begitu dia akan mengetahui cara pandang dari dosen tersebut. Selain itu, mahasiswa juga harus menunjukkan kemampuan dan pemahaman hukum. Yang paling penting, menurut Ridho, adalah ikuti semua konsep yang diinginkan oleh dosen tersebut.

“Yang paling penting ikutin konsep yang dia miliki. Dekat dan rajin diskusi dan kenal dan juga dia harus memahami kemampuan kita secara pemahaman hukum. Membangun perkenalan secara personal walaupun pasti objektif secara penilaian,” ujar Ridho.

Sejalan dengan Ridho, Supri, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, juga menilai bahwa dosen yang killer adalah dosen yang tepat waktu dan selalu memberikan tugas tidak biasa atau berbeda dengan dosen lain. “Biasanya kalau ngasih tugas lebih ke analisis. Juga pasti kita dikasih bacaan wajib. Berbeda dengan dosen lain. Harus menjawab pertanyaan. Biasanya datang dan pulang tepat waktu,” ujar Supri.

Selain itu, dosen killer lebih kaku dalam penilaian dan cara mengajar. Keharusan untuk aktif dan juga harus menjaga perilaku. Dan biasanya, dosen killer mensyaratkan minimum kehadiran 80 persen. “Kalau (kehadiran) kurang maka final test akan dikeluarkan, akan mendapatkan nilai E. Mereka tidak ada remedial dan penambahan. Itu adalah nilai pasti dan tak akan diubah. Nggak bisa lobi,” ungkap Supri.

Menurut Supri, yang perlu dilakukan oleh mahasiswa adalah mengetahui kriteria yang diinginkan oleh dosen tersebut. Pada saat awal kuliah dosen biasanya memberikan tata tertib atau peraturan juga apa saja yang akan dipelajari selama satu semester. Hal tersebut yang menjadi pegangan mahasiswa agar mendapatkan nilai bagus walaupun dosennya killer.

“Apa maunya dan apa yang disuka atau tidak disukai. Dosen killer memberikan penilaian lebih kepada sesuai dengan permintaannya, sesuai dengan pasal. Lebih tradisional. Datang ontime itu sangat diperlukan. Banyak-banyak belajar kalau mau besok. Kuliah perdana kan udah dikasih tau SAP (Satuan Ajar Pendidikan) sehingga harus dipersiapkan,” tambahnya.

Tidak jauh beda, Perlita Nathania, Mahasiswa Fakultas Hukum UGM, menjelaskan bahwa Killer itu lebih berkonotasi dengan dosen yang serius ditambah kalau ujian soalnya menantang. Tetapi ada juga yang ngajarnya santai, ujiannya susah, tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Namun diajar oleh dosen killer juga memberikan efek positif untuk mahasiswa, karena mahasiswa dituntut untuk lebih rajin menyiapkan diri sebelum kelas dimulai.

“Misteri memang. Atau ada juga dosen yang di kelas suka uji bertanya di kelas. Kalau nggak bisa jawab, habis lah itu mahasiswa. Menurutku, biar "selamat" ketika dapat dosen killer, ya mau nggak harus banyak belajar sebelum kelas. Ada positifnya sih kalau sama dosen killer. Kita jadi dipacu buat belajar. Nggak hanya ngejar nilai. Tapi kalau dapat dosen yang terkenal enak, ujian gampang, tapi pelit nilai, ya berdoa saja,” ujar Lita.

Tags:

Berita Terkait