Cerita Pengawal Tahanan, Tempat Curhat dan Tempat 'Ngutang' Para Tahanan
Berita

Cerita Pengawal Tahanan, Tempat Curhat dan Tempat 'Ngutang' Para Tahanan

Memiliki tanggung jawab yang besar. Permintaan para tahanan itu aneh-aneh, terkadang ada yang ingin bunuh diri.

Oleh:
HAG
Bacaan 2 Menit
Mobil tahanan. Foto: RES
Mobil tahanan. Foto: RES
Proses peradilan tentunya tidak terlepas dari sosok pengawal tahanan atau orang-orang yang biasa menjaga tanahan di pengadilan saat berlangsungnya persidangan, mulai dari sel tahanan ke ruang sidang sampai kembali lagi ke sel tahanan tersebut. Orang-orang tersebut memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan pekerjaannya tersebut. Sebut saja Yopi, pengawal tahanan di Kejaksaan Negeri Jambi.

Kepada hukumonline, Yopi menceritakan bahwa tanggungjawabnya cukup besar. Mulai dari penjemputan di Lembaga Pemasyarakatan sampai dengan mengembalikan lagi ke Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Hal itu menjadi salah satu bentuk duka yang dialami oleh Yopi, di mana saat menjalankan tugas tidak selamanya lancar.

“Tahanan itu banyak sekali pikirannya. Kita kawal tahanan yang pikirannya seribu macam istrinya, ada juga yang frustasi. Kalau pengaruhnya di kami, kalau ada tahanan bunuh diri kan risikonya di kami, di pengawalan,” ujarnya, Kamis (21/4).

Dia menjelaskan sebagai anggota pengawalan harus siap siaga memantau dari segi persiapan karena banyak tahanan meminta hal yang aneh-aneh.  “Kita jagai terus. Kalau namanya tahanan permintannya banyak dan aneh-aneh. Mau ngobrol berdua istri deket sel tahanan takutnya ada perbuatan yang tidak diinginkan. Namanya, pengawalan kan banyak lah dukanya,” lanjutnya.

Bukan itu saja. Tidak jarang dirinya dicurhati oleh tahanan mengenai kasus yang diderita oleh tahanan tersebut. Tidak jarang pula akhirnya masuk ke hati dan menjadi pikiran untuk dirinya.

“Dicurhati permasalahan perkara misalnya tipikor dia tidak bersalah, dijadikan tumbal oleh pimpinan dan akan dijanjikan. Dan itu membuat kepikiran. Mereka nangis-nangis minta dikabulkan dan minta bebas. Kalau dia betul-betul tidak tau apa yang ditekennya salah. Dan dia sama sekali ga ambil uangnya,” tandasnya.

Pernah suatu ketika saat dirinya berjaga dan membawa mobil tahanan ada dua tahanan yang kabur saat turun mobil. Tahanan tersebut mencoba melarikan diri tapi kemudian tertangkap langsung. “Pernah ada yang kabur, satu dapat tapi satu lagi gak dapat. Melarikan diri ke Palembang. Dia kabur karena punya kunci borgol, istrinya dapat kunci borgol terus dikasih ke suami saat suami keluar dari mobil tahanan, tapi kemudian langsung ketangkap,” jelasnya.

Sedihnya lagi, karena sel di Kejari Jambi kecil dan tidak dapat menampung banyak tanahan juga jumalh Sumber Daya MAnusia untuk emlakukan penjagaan kurang. Akhirnya tahanan tersebut dititipkan ke Lembaga Pemasyarakata. Kemudian apabila sidang selesai terlampau sore atau malam, akhirnya dia harus memutar-mutar mobil untuk menitipkan ke Polres atau Polsek.

“Kalau pulang malam kadang tidak diterima. Susah masuk di Lembaga Pemasyarakat. Dan kita harus putar lagi ke polsek atau ke polres. Tidak semua selesai sore. Banyak yang mulai jam 1 sore, jam 4 sore. Kalau tipikor satu perkara bisa dua jam. Sedangkan kita bawa sehari 5-6 perkara. Lima-limanya kita titipi di polsek kemudian kita jemput paginya dan kita antar ke LP,” lanjutnya.

Yopi mengatakan, terkadap  ada tahanan yang mempermainkan petugas dengan suka pura-pura sakit. “Misal ada saksi yang memberatkan dari luar kota Jakarta atau Palembang. Akhirnya kan pulang gak jadi bersaksi,” tuturnya.

Bahkan, Yopi terkadang kena marah dari senior karena tahanan terlambat. “Kadang kesiangan, bukan kita kesiangan dia yang lambat. Kita kena marah senior juga. Semua itu di bagian pengawalan. Mulai dari administrasi pengeluaran sampai balik lagi ke LP kan pengawalan,” ujarnya.

Masalah lainnya adalah soal uang. Karena tak punya uang, terkadang ada tahanan yang meminjam uang ke pengawal tahanan untuk makan. Hal ini biasanya dialami oleh tahanan yang dilimpahkan dari Polsek ke LP.

“Terpaksa kita talangin dulu. Kadang diganti kadang gak. Untuk makan dari pemerintah. Kalau tahanan yang dilimpahkan belum ada persetujuan dari LP akhirnya kita dulu yang menangani. Tahanan kan dari polsek dilimpah kita taruh di LP. Kita titip ke LP. Di kejaksaan ada tapi untuk menjaga dan menampung sedikit, kurang SDM. Jadi terpaksa kita titip, jadi gak ada yang dititip di kejaksaan tapi langsung ke LP,” ujar Yopi.

Di balik semua duka yang dialami oleh Yopi, ada juga bagian yang membuatnya bahagia menjadi bagian dari pengawalan. “Sukanya bekerja ramai-ramai, rezeki kita dapat ramai-ramai. Sukanya tidak terlalu tapi ada sajalah. Kadang kita pergi pagi dan pulang malam. Kalau majelisnya gak ada kita pulang siang atau sore,” tutur Yopi.

Tags:

Berita Terkait