Imam Sofian: Lawyer Nyentrik dengan Segudang Kegiatan
Berita

Imam Sofian: Lawyer Nyentrik dengan Segudang Kegiatan

Mulai dari mengelola kedai kopi, event organizer, agen travel, sampai mendirikan sekolah gratis bagi masyarakat miskin dan memberdayakan musisi tradisional Mataram.

Oleh:
RIA/RZK
Bacaan 2 Menit
Imam Sofian. Foto: RES
Imam Sofian. Foto: RES
Pertama bertemu dengan sosok Imam Sofian, sebagian orang mungkin tidak akan percaya bahwa pria satu ini memiliki profesi sebagai seorang lawyer. Dengan tampilannya yang nyentrik serta  rambut gondrong dan senyum yang selalu terkembang di wajahnya, orang mungkin akan lebih mengira bahwa pria asal Mataram ini adalah seorang seniman.

Sekilas, panggilan tersebut mungkin memang layak disematkan kepada lulusan Fakultas Hukum Universitas Mataram yang memiliki kegiatan untuk memberdayakan masyarakat Mataram dan sekitarnya ini di tengah-tengah kesibukannya menjalankan kantor hukum Imam Sofian SH MH & Associates.

Satu contoh kegiatan tambahan yang dilakukan oleh Imam adalah memberdayakan pemusik tradisional Mataram untuk dapat memainkan musik-musik jazz. Tanpa bermaksud mengurangi nilai kedaerahan yang dimiliki para pegiat musik, Imam memiliki tujuan agar orang-orang ini dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

“Orang sini kan banyak musik-musik tradisi ya. Nah, tapi penglihatan saya mereka begitu-begitu saja. Dijual secara ekonomis pun ndak bisa. Mereka bertahan hanya pada acara seremonial pemerintahan atau di tingkat masyarakat seperti pernikahan. Makanya saya pikir mereka butuh nilai plus,” ujar Imam saat diwawancarai hukumonline, Minggu (8/5).

Mengingat Mataram merupakan daerah Wisata, Imam pun mengajarkan agar para pemusik ini dapat membawakan lagu-lagu jazz, seperti, Fly Me to The Moon atau Summer Time. “Dengan begitu akan menarik orang luar dan teman-teman seniman ini ndak usah lah hanya menunggu kegiatan dari pemerintah,” tukasnya.

Tak hanya itu, segudang kegiatan lain juga dilakukan oleh Imam. Kini Imam memiliki sekolah gratis untuk masyarakat miskin yang dinamai Alang-Alang School, ia juga mendirikan sekolah untuk penghapal Al-Quran, dan sesekali membantu kegiatan di Rumah Sangkabira milik Baraka Nusantara.

Kesibukannya menjalani profesi sebagai lawyer, tak pernah menyurutkan niat pria kelahiran 16 April 1976 ini untuk terus berbagi kepada sesamanya. Ia memegang falsafah hidup, “berbuatlah sebanyak-banyaknya yang dapat memberi manfaat kepada orang lain, apa pun bidangnya itu.

Berbagai bidang itu dibuktikan dari pengalaman hidup yang telah dijalaninya. Meski kini sukses dikenal sebagai “Imam Si Lawyer Gondrong”, ia pernah lama melepaskan ilmu yang dituntutnya semasa kuliah. Sejak tahun 2000 sampai 2009 Imam lebih banyak berkutat dengan isu kesehatan masyarakat dan riset soal sosial budaya di berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional. Terakhir, ia tergabung dalam United Nations Population Fund (UNFPA).

Sepanjang perjalanan tersebut, akhirnya Imam berpikir bahwa untuk melakukan lebih banyak lagi hal untuk orang-orang di sekitarnya. Ia pun memilih kembali ke dunia lawyer yang sebelumnya pernah dijalani selama 1,5 tahun usai lulus dari bangku kuliah.

“Dari pengalaman saya tuh kayaknya kalau mau melakukan hal besar tuh ndak bisa kalau secara materi saya belum ada. Makanya akhirnya saya putuskan saya kembali ke dunia profesional, saya serius di profesi itu, dan Alhamdulillah tingkat kepercayaan klien makin banyak. Dan setelah saya memiliki banyak hal itu baru saya bisa melakukan apa saja yang saya mau, dibantu dengan pengalaman saya bekerja di LSM,” curhat Imam.

Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Advokat Indonesia (DPC PERADI) Mataram ini mengaku bahwa memang pemasukannya dari lawyering lah yang membantunya menjalankan falsafah hidup yang diusungnya itu. Berbagi dan memberi melalui semua kegiatan sosial berhasil ditopangnya dengan uang yang ia peroleh dari kegiatannya sehari-hari yang berkutat dengan persoalan hukum korporasi.

Di satu sisi, Imam bersyukur bahwa istri dan keluarganya tak ada yang protes dengan kegiatan sosial Imam yang tak bisa membantu menambah pundi-pundi uangnya. “Mungkin saya keturunan Bapak juga kali ya. Sejak tahun 70-an itu, Bapak kerjanya ngurus orang aja. Ngambil orang, nyekolahin sampai orang itu jadi. Nah kalau saya dulu sempat protes, kalau sekarang, saya sih Alhamdulillah belum ada yang protes,” tuturnya.

Namun, untuk membantu menjalankan itu semua, Imam juga memperluas kegiatan bisnisnya. Beragam hal dijalankan seperti menerima jasa mengurus perizinan, menjadi konsultan perpajakan, membuat event organizer, membuka clothing store, membuka agen perjalanan umroh, serta memiliki kedai kopi yang diberi nama Bandini Koffie.

Bandini Koffie sendiri berada di satu komplek pertokoan yang sama dengan law firm Imam yang terletak di Jalan Adi Sucipto, Mataram. Tidak hanya itu, toko yang menyediakan beragam produk dan kantor yang menyediakan jasa travel umroh dan beberapa jasa lain seperti fotografi dan event organizer juga berada di satu lokasi yang semuanya milik Imam.
Tags:

Berita Terkait