Ini Alasan ICMI Minta Google dan Youtube Ditutup
Berita

Ini Alasan ICMI Minta Google dan Youtube Ditutup

Dikaitkan dengan fenomena kejahatan seksual.

Oleh:
ANT
Bacaan 2 Menit
Ilustrasi: BAS
Ilustrasi: BAS
Belakangan banyak terungkap ke publik kasus-kasus kejahatan seksual yang terjadi di Indonesia. Dari sisi pelaku yang beberapa di antaranya anak di bawah umum ataupun modusnya yang terbilang sangat sadis, mengundang keprihatinan sejumlah kalangan.

Termasuk yang prihatin adalah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Organisasi yang saat ini dipimpin oleh Jimly Asshiddiqie itu menyoroti fenomena kejahatan seksual dan mengaitkannya dengan peran dunia internet.

Sekretaris Jenderal ICMI Muhammad Jafar Hafsah mendesak pemerintah untuk menutup situs berbagi video YouTube dan laman pencarian Google karena turut serta dalam menyebarkan konten pornografi.

"YouTube dan Google sama saja dengan konten pornografi sehingga layak untuk diblokir. Jutaan konten pornografi dan kekerasan ada di situs tersebut," kata Hafsah lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, situs tersebut secara bebas menebarkan konten pornografi dan kekerasan tanpa kendali. Google dan YouTube telah menjajah Indonesia secara digital.

Rekomendasi ICMI tersebut, kata dia, diperkuat oleh kondisi belakangan ini. Hampir semua pelaku pornografi dan kejahatan seksual mengaku mendapatkan rangsangan dan inspirasi dari tayangan porno yang bersumber dari Google dan YouTube yang sangat mudah diakses, baik melalui komputer ataupun telepon genggam.

"Kami menilai program internet sehat yang pernah dicanangkan dengan memblokir situs-situs porno tidak efektif lagi karena situs-situs tersebut tetap dapat diakses dengan menggunakan cara tertentu. Pemberantasan konten internet harus secara revolusioner termasuk untuk menutup YouTube dan Google untuk tayang di Indonesia," katanya.

Berdasarkan penelusuran tim riset ICMI pada YouTube dan Google rentang waktu 2010-2016, Indonesia merupakan negara pengakses terbesar kedua situs tersebut. Namun yang memprihatinkan konten porno merupakan kata kunci yang paling banyak diakses dibandingkan konten pendidikan, ekonomi, agama dan sosial politik.

"Teknologi informasi semakin maju di Indonesia, tapi kita tidak mengantisipasi secara serius dampak dari kemajuan dari teknologi itu berdasarkan sosiologi masyarakat dan perubahan gaya hidup yang mungkin ditimbulkan," kata dia.

Pertimbangan lain, kata dia, situs-situs tersebut termasuk Twitter, Facebook dan lainnya telah mendapatan keuntungan yang besar dari Indonesia tanpa membayar pajak sepeserpun untuk pembangunan Indonesia. Ini tidak adil bagi industri "e-commerce" dalam negeri yang dikenai pajak.

Terkait konten-konten internet dan teknologi informasi tersebut, kata dia, ICMI menyatakan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar sudah saatnya berdaulat dengan memiliki mesin pencari dan media sosial sendiri yang merupakan buatan anak bangsa.

"Saya yakin, inovator indonesia mampu membuat situs serupa YouToube dan Google yang lebih baik. Tentu dengan dukungan pemerintah," kata dia.
Tags: