Mau Sukses Jadi Sarjana Hukum? Ini Hal yang Perlu Kamu Jaga
Berita

Mau Sukses Jadi Sarjana Hukum? Ini Hal yang Perlu Kamu Jaga

Menjadi Sarjana Hukum banyak profesi yang bisa dilakoni, apapun profesinya, integritas wajib terjaga.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Kiri ke kanan: Ahmad Fikri Assegaf, Najwa Shihab, dan Bivitri Susanti dalam acara talkshow open house STHI Jentera. Foto: Twitter Jentera
Kiri ke kanan: Ahmad Fikri Assegaf, Najwa Shihab, dan Bivitri Susanti dalam acara talkshow open house STHI Jentera. Foto: Twitter Jentera
Parameter kesuksesan seseorang seringkali diukur dari popularitas dan harta yang berlimpah. Khusus untuk sarjana hukum, ternyata gambaran mengenai orang sukses ini kerap melekat pada profesi pengacara atau advokat. Terlebih karena adanya advokat-advokat yang tampil dengan mobil mewah bergaya parlente yang  sering muncul di televisi.

Wakil Ketua sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera Bivitri Susanti atau akrab disapa Bibip tidak sependapat dengan gambaran yang ada tersebut. Menurutnya, sarjana hukum dapat berkarier sebagai apa saja yang mereka mau, dan menjadi sukses dalam pekerjaan yang mereka pilih. Syaratnya, bisa menjaga integritas dalam profesi yang dilakoni tersebut.

“Apapun yang kalian pilih, yang penting kalian punya prinsip. Kita dihargai bukan karena kita bawa mobil apa, tetapi apakah kita punya prinsip untuk mengatakan yang salah adalah salah, dan ketika diminta untuk membuat yang salah menjadi benar kita harus berani menolak,” ujarnya dalam talkshow yang berlangsung dalam acara Open House STHI Jentera, Sabtu (25/6).

Sesuai dengan tema talkshow ‘Berkarier di Dunia Hukum; Buat Sesuatu yang Berarti Maka Kesuksesan Akan Mengikuti’, pendiri Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) ini tidak pernah mendikte muridnya untuk berpaku pada profesi tertentu saja. Apalagi dengan banyaknya alternatif profesi hukum yang bisa dipilih, sarjana hukum bisa berkontribusi melalui banyak hal.

Menjadi seorang jurnalis seperti yang dipilih oleh Najwa Shihab adalah salah satunya. Najwa atau Nana yang mengaku sejak mahasiswa sangat ingin menjadi hakim namun ‘membelot’ di masa-masa terakhir menjelang kelulusan, kini sudah sukses lewat karier yang dipilihnya sejak pertama kali meraih gelar SH.

Nah tapi sebenarnya apa ya definisi sukses untuk perempuan cantik yang kerap mampir di layar kaca kita lewat dialognya dengan deretan orang penting di negara ini? Hampir sama dengan tema talkshow sore itu, Nana menjawab bahwa bagi dirinya sukses berarti bisa bermanfaat bagi orang lain lewat pekerjaan yang ia lakukan.

“Saya diajarkan seperti itu oleh orang tua saya sejak kecil. Apapun yang kita lakukan, sekecil apapun, harus bisa membawa manfaat bagi orang banyak. Makanya saya agak khawatir ketika anak saya berumur sembilan tahun kemudian saat ditanya mau jadi apa, dia menjawab ‘kalau besar mau ngetop seperti mami’,” cerita Nana.

“Kekhawatiran saya adalah dia mengecap sukses itu sebagai populer,” imbuh lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) ini dalam acara yang sama.

Tanpa memungkiri kalau berdialog dengan pejabat-pejabat tinggi di negara ini merupakan sesuatu hal yang menarik, namun Nana lebih suka saat ia dan timnya di Mata Najwa dapat memberikan tontonan yang dapat memberikan inspirasi kepada masyarakat. Bukan hanya mempertontonkan gemerlapnya dunia politik.

Nana bercerita, setelah tayangan “Rimba Padang” yang mengisahkan kakak-beradik di Padang menjadi korban salah tangkap dan meninggal di dalam tahanan, temannya di Manado mengirimkan sms bahwa di sana juga ada kejadian serupa namun keluarga korban tidak berani menyampaikan. Pasca tayangan itu baru lah keluarga korban berani mengadukannya ke Lembaga Bantuan Hukum.

“Itu kesuksesan menurut saya; ketika kisah sekecil apapun, bisa membawa pengaruh, membawa dampak. Membuat orang lain mau bergerak, mau melakukan sesuatu, percaya bahwa mereka punya kekuatan untuk berbuat sesuatu. Sukses bukan populer, bukan pula kalau rating tinggi, atau berhasil wawancara pejabat, tapi ketika apapun yang kita lakukan bisa membawa manfaat,” tukasnya.

Pendiri firma hukum Assegaf Hamzah & Partner (AHP), Ahmad Fikri Assegaf, mengatakan bahwa selengkap-lengkapnya manusia adalah manusia yang menjadi berguna bagi orang lain. Ia mencontohkan ada lawyer di kantornya yang masih menyempatkan diri mengajar bahasa Inggris bagi masyarakat di Pulau Seribu.

“Concern dia bahwa Pulau Seribu itu merupakan tujuan wisata menyelam turis asing, tapi yang bisa berbahasa Inggris masih dikit sekali. Very simple kan. Tapi kita (AHP) lihat ini luar biasa banget. Dia udah capek-capek kerja dan masih mau bikin effort buat mikirin orang lain,” ungkap Fikri.

“Kita yakin itu menjadikan yang bersangkutan manusia yang lebih lengkap. Lebih peka, berempati. Dan (nilai-nilai) itu akan menjadikan advokat, dan saya yakin profesi apapun ya, profesi yang baik,” tutupnya.
Tags:

Berita Terkait