Ketinggalan Pesawat, Advokat Ancam Gugat Maskapai
Utama

Ketinggalan Pesawat, Advokat Ancam Gugat Maskapai

Karena membludaknya penumpang saat arus balik lebaran, diduga penerbangan Batik Air dipercepat tanpa mengkonfirmasi calon penumpang, sehingga banyak yang ketinggalan pesawat.

Oleh:
ANT
Bacaan 2 Menit
Maskapai Batik Air. Foto: youtube.com
Maskapai Batik Air. Foto: youtube.com
Seorang perwakilan calon penumpang Taslim Suarman asal Makassar, Sulawesi Selatan tujuan Palu, Sulawesi Tengah akan melayangkan gugatan hukum terhadap maskapai penerbangan Lion Grup terkait pelayanan mengecewakan.

"Saya akan melakukan gugatan terhadap pelayanan yang sangat mengecewakan karena saya bersama keluarga ditinggalkan pesawat, padahal sudah cek in dan dapat nomor kursi menunggu di ruang tunggu," tegas Taslim di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Sabtu (9/7).

Pria yang berprofesi sebagai advokat ini mengungkapkan dirinya bersama keluarga berangkat dari rumah sekira pukul 08.00 WITA dan tiba di bandara setempat pukul 08.15 WITA.

Sementara jadwal boarding pesawat Batik Air (Lion grup) yang akan ditumpanginya sekira pukul 09.50 WITA. Ada tentatif waktu hampir satu jam menunggu keberangkatan pesawat tersebut, sehingga dirinya memutuskan menunggu penerbangan.

Karena membludaknya penumpang saat arus balik lebaran diduga penerbangan Batik Air dipercepat pukul 09.46 WITA tanpa mengkonfirmasi calon penumpang, sehingga banyak penumpang ketinggalan pesawat.

"Bukan hanya saya tetapi ada puluhan orang juga mengalami nasib sama meski ada beberapa beda rute penerbangan. Barang-barang yang masuk bagasi pesawat saja yang berangkat, sedangkan kami tidak," bebernya.

Ironisnya, saat melapor di kantor Lion Grup, pegawai lepas tangan, bahkan dirinya diminta reservasi ulang dengan solusi membeli tiket seharga Rp1.600.000 per orang, padahal itu bukan kesalahannya.

"Saya ada empat orang, diminta beli ulang tiket seharga Rp1,6 juta, kemudian dipotong 10 persen. Hampir dua jam kami berdebat dengan mereka bersama penumpang lain yang keberatan. Hasilnya, tetap beli tiket tapi dipotong 50 persen, ini kan merugikan," katanya.

Taslim juga mempertanyakan mengapa pihak Lion Grup menawarkan opsi 90 persen sampai 50 persen membeli tiket, padahal bukan merupakan kesalahannya, sebab sudah mengikuti aturan penerbangan.

"Jelas-jelas maskapai Lion ini salah dan merugikan konsumen, malah berkelit calon penumpang yang terlambat padahal tidak ada penyampaian kepada penumpang kapal akan terbang," katanya.

Ia berharap ke depan hal seperti ini tidak terjadi lagi dan menimpa calon penumpang lainnya, mengingat seharusnya sebagai maskapai penerbangan pihak Lion Grup membantu kelancaran arus mudik dan balik lebaran.

"Pelayanan maskapai ini memang tidak pernah maksimal, seharusnya pemerintah mencabut izinnya karena terus-terus merugikan konsumen, mana pelayanannya sangat tidak bagus dan jelek. Ada modus mengambil keuntungan saat arus mudik dan balik tahun ini," ujarnya.

Taslim bersama keluarga dan beberapa orang lainnya yang kecewa akhirnya membatalkan penerbangan karena merasa tidak bersalah, dia menduga ingin dijadikan "sapi perah" saat momen arus balik lebaran.

Penumpang lainnya dari Makassar Tujuan Denpasar juga merasakan hal yang sama. Dirinya ditinggalkan pesawat, sementara barangnya ikut bersama pesawat. Saat dikonfirmasi General Manager Service Lion Air, Azhari, melalui telepon selularnya terkait masalah itu tidak merespon, begitupun saat diberikan pesan pendek tidak dibalas.

Tags:

Berita Terkait