Pengacara California Uji UU Bunuh Diri Didampingi Dokter
Berita

Pengacara California Uji UU Bunuh Diri Didampingi Dokter

UU yang telah diberlakukan di Oregon, mengizinkan pasien sakit parah menerima resep dokter yang mempercepat kematiannya.

Oleh:
ANT/Mohamad Agus Yozami
Bacaan 2 Menit
Foto: alodokter.com
Foto: alodokter.com
Sejumlah pengacara kelompok dokter menggugat Undang-Undang (UU) baru di California yang mengizinkan bunuh diri didampingi dokter untuk pertama kalinya, Jumat (26/8). Alhasil, hakim perlu menguji kembali aturan tersebut.

Aksi tersebut dilakukan untuk mendesak hakim agar menunda penerapan UU karena kasus terkait masih dievaluasi. Meski demikian, berdasarkan permintaan negara bagian dan para pendukung UU "Opsi Bunuh Diri", Hakim Pengadilan Tinggi Daniel Ottolia dapat menolak gugatan tersebut. Dalihnya, para dokter tak memiliki landasan hukum yang kuat.

Gugatan itu didaftarkan di Riverside, wilayah timur Los Angeles. Sebagian besar penggugat bekerja di bidang kedokteran. Mereka tergabung dalam Akademi Rakyat Amerika untuk Etika Kedokteran, dikenal dengan Masyarakat Dokter dan Dokter Gigi Kristiani.

UU yang telah diberlakukan di Oregon, mengizinkan pasien sakit parah menerima resep dokter yang mempercepat kematiannya. Meski demikian, pasien mesti mendapat persetujuan dua dokter yang menerangkan ia memiliki kejiwaan sehat dan punya harapan hidup kurang dari enam bulan.

Aturan itu mewajibkan pasien agar menunjukkan dua permintaan terpisah untuk pendampingan dokter dan dua saksi yang membuktikan keinginannya untuk mati.

Kalifornia adalah negara bagian kelima di Amerika Serikat yang melegalisasi bunuh diri didampingi dokter untuk pasien sakit parah. Ketentuan itu disebut penasihat hukum sebagai "Bunuh Diri Didampingi Dokter". Para pengacara mencatat, pasien ketiga di Oregon tak pernah menebus resep obat mati yang ia minta sebelumnya.

Setidaknya 30 orang diketahui menerima resep terkait sejak UU itu berlaku pada 9 Juni di California, ungkap grup pendukungnya, Compassion & Choice.

UU tersebut bermaksud memberi pilihan bagi pasien sakit parah untuk mengakhiri penderitaannya, opsi yang gagal diberikan sistem perawatan tradisional.

Draf UU itu ditentang keras sejumlah kelompok agama, termasuk Gereja Katolik Roma, dan pembela penyandang difabel dan jompo. Kelompok itu berdalih, perawat jahat atau kerabat dapat menekan pasien lemah untuk memilih bunuh diri, terlebih jika perusahaan asuransi menolak atau menunda pembayaran biaya perawatan.

Pendukung UU mengatakan, belum ada kasus paksaan yang tercatat di Oregon sejak para pemilih menyetujui ketentuan itu pada 1994. (Baca Juga: Begini Cara Lawyer Australia Atasi Stres)

Ottolia akan memutuskan gugatan terhadap penerapan UU itu dalam persidangan, Jumat. Para penggugat mesti meyakinkan hakim bahwa pendapat mereka terkait dampak UU itu mungkin terjadi.

Argumen mendasarnya, hukum dinilai "gagal membuat perbedaan rasional" antara orang dewasa sakit parah dan "mayoritas rakyat Kalifornia yang tak dilindungi aturan tersebut". Alhasil, UU itu merupakan pelanggaran atas jaminan kesetaraan perlindungan bagi seluruh rakyat.

Namun, pengacara Compassion & Choices, Kevin Diaz mengatakan, hukum itu berlaku bagi "seluruh rakyat Kalifornia yang sakit parah, jadi tak ada asas dilanggar".

Ratusan pasien tiap tahun terpaksa menderita dan mengalami kematian yang lama jika penerapan UU itu ditunda, ungkapnya menanggapi gugatan atas ketentuan tersebut.

Tags:

Berita Terkait