Ini Alasan Kenapa Lawyer dan In House Counsel Harus Paham Laporan Keuangan
Utama

Ini Alasan Kenapa Lawyer dan In House Counsel Harus Paham Laporan Keuangan

Kemampuan membaca dan memahami laporan keuangan perusahaan oleh lawyer atau in house counsel selain menjadi nilai tambah juga sangat berperan membantu menilai apakah suatu proyek ‘visible’ untuk diambil atau tidak oleh perusahaan. Tanpa dia mengerti istilah-istillah akuntansi dan sense bisnis, lawyer dan in house counsel hanya akan terpaku bicara soal hukum semata.

Oleh:
NANDA NARENDRA PUTRA
Bacaan 2 Menit
Ketarangan Foto: Software Asset Management & Compliance, Director Microsoft Indonesia, Sudimin Mina, usai menjadi narasumber dalam Pelatihan Hukumonline 2017 dengan tema “Financial Accounting for In House Counsel dan Lawyers” di Jakarta, Selasa (21/3). Foto: NNP
Ketarangan Foto: Software Asset Management & Compliance, Director Microsoft Indonesia, Sudimin Mina, usai menjadi narasumber dalam Pelatihan Hukumonline 2017 dengan tema “Financial Accounting for In House Counsel dan Lawyers” di Jakarta, Selasa (21/3). Foto: NNP
Pekerjaan lawyer maupun penasihat hukum internal perusahaan (in house counsel), lazimnya berkutat menelaah dan menganalisa isu tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Saat mewakili klien atau perusahaan, keduanya seringkali dianggap hanya punya keahlian menganalisa kasus tertentu sebatas pada perspektif regulasi semata.

Pakar IT & Business Management, Sudimin Mina, mengatakan bahwa seorang lawyer serta in house counsel wajib punya keahlian tambahan lainnya, salah satunya memahami dan membaca laporan keuangan perusahaan. Menurutnya, keahlian itu akan memberikan nilai lebih buat kedua profesi ini daripada hanya berkutat sebatas memberikan pendapat, seperti misalnya melakukan analisa terhadap kontrak bisnis yang hanya semata-mata berdasarkan persepktif hukum.

“In house counsel sifatnya operasional, misalnya review contract atau isu-isu seputar hukum. Sedikit sekali terkait dengan strategi bisnis,” kata Sudimin di sela-sela Pelatihan Hukumonline 2017 dengan tema “Financial Accounting for In House Counsel dan Lawyers di Jakarta, Selasa (21/3).

Ia melanjutkan, meski punya berlatar belakang hukum, in house counsel atau lawyer harusnya bisa berbicara lebih banyak mengenai strategi bisnis. Tak sulit, sepanjang mereka dapat memahami laporan keuangan perusahaan, baik laporan keuangan yang berbentuk neraca, laporan rugi laba, cash flow, dan sebagainya. Bila sudah punya kemampuan membaca laporan keuangan, kata Sudimin, nantinya mereka akan punya sense of business yang lebih mendalam sehingga dalam memberikan opini tidak terbatas pada aspek regulasi.(Baca Juga: Mau Jadi In-House Counsel? Mahasiwa Hukum Wajib Punya 5 Modal Ini)

Bila sudah punya keahlian ini, dalam praktiknya, lanjut Mina, in house dan lawyer bisa memberikan masukan kepada perusahaan ataupun klien, misalnya mengenai resiko lainnya yang sangat terkait dengan aspek bisnis. Bisa saja misalnya, mereka melihat ada resiko perusahaan akan mengalami bangkrut, atau stagnan karena perusahaan terlalu punya banyak fixed asset atau resiko usaha lainnya karena perusahaan punya banyak utang jangka pendek sementara current asset, cash, ataupun inventory tidak menunjang utang jangka pendek itu.

“Kalau in house counsel punya kemampuan tentang bagaimana membaca laporan keuangan sehingga mereka mempunyai sense of business yang lebih dalam, jadi ngga cuma sebatas aturan hukum A, B, C, dan sebagainya. Sehingga mereka bisa kontribusi lebih maksimal kepada pertumbuhan (growth) market share perusahaan sehingga perusahaan tidak melihat in house counsel sebagai orang teknikal saja,” papar Sudimin yang merupakan Software Asset Management & Compliance, Director Microsoft Indonesia.

Berdasarkan pola di hampir kebanyakan perusahaan, pimpinan perusahaan serta tim manajemen akan melakukan meeting dengan agenda, salah satunya budget planning. Agenda pertemuan ini tentunya akan dominan membahas seputar bisnis dalam persepktif ekonomi yang sumber datanya sudah pasti berasal dari laporan keuangan. Pihak-pihak yang diundang dalam pertemuan ini juga biasanya seperti direktur keuangan serta tim yang berada di divisi seputar keuangan perusahaan. Bagaimana bila in house counsel atau lawyer turut diundang dalam pertemuan itu?(Baca Juga: Ini Kiat Sukses Kerja Efektif Sebagai In House Counsel)

Sudimin mengatakan, tak menutup kemungkinan pimpinan perusahaan juga mengundang in house dan lawyer untuk dimintai pandangannya seputar agenda yang dirapatkan. Ambil contoh misalnya, agenda rapat itu membahas rencana merger ataupun akuisisi yang akan diambil perusahaan dengan porsi yang lebih banyak membicarakan soal aspek finansial. Pertanyaanya, pendapat terbaik apakah yang harus diberikan in house atau lawyer dalam pertemuan itu?

In house counsel atau lawyer itu bisa berpartisipasi bicara, diskusi, meeting, jauh lebih efektif kalau mereka mengerti apa yang dibicarakan oleh lawan bicara, misalnya orang finance. Dia mengerti apa yang dia bicarakan ini apa dan dia bisa korelasi dengan core skill mereka, yakni hukum. Itu akan jauh lebih baik,” ujar Sudimin.

Terlepas dari hal itu, Sudimin menegaskan bahwa kemampuan membaca laporan keuangan tidak berarti in house counsel ataupun lawyer tersebut harus menguasai rumpun ilmunya, yakni akuntansi dari A sampai Z. Setidaknya, mereka cukup menguasai cara membaca laporan keuangan terutama pada bagian akhir tahapan laporan keuangan tanpa harus mengerti bagaimana cara membuat laporan keuangan yang baik dan sesuai standar pedoman akuntansi baik Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau International Financial Reporting Standards (IRFS).

Hukumonline.com
Sumber: Koleksi Sudimin Mina, Maret 2017

Lebih lanjut, ia menyarankan sebaiknya in house counsel atau lawyer cukup memahami cara membaca laporan keuangan perusahaan dan dapat membuat intepretasi atas kondisi yang termuat dalam laporan keuangan itu, misalnya apakah rasio keuangan itu bisa dibaca in-effective, high risk, conservative, liquidity issue, hingga viability (bankrupt) risk. Dengan begitu, kata Sudimin, mereka dapat berpartisipasi lebih efektif misalnya dalam pertemuan budget planning yang dikombinasikan dengan kemampuan bidang hukumnya serta akan mendapat nilai tambah di mata pimpinan perusahaan.

“Minimal, CFO (Chief Financial Officer) dengan direktur legal saat ngobrol, minimal direktur legal bisa ngobrol soal jargon yang dipakai oleh CFO soal istilah keuangan atau istilah bisnis, contoh EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortisation/laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi). Dengan dia paham, tentunya harusnya saat berikan advice hukum atau lainnya, itu kan lebih maksimal,” kata Sudimin.


Hukumonline.com
Sumber: Koleksi Sudimin Mina, Maret 2017

Director of Legal Affairs Microsoft Indonesia, Reza P. Topobroto, dalam kesempatan sebelumnya, mengatakan bahwa in-house counsel bukan sekedar sarjana hukum yang punya kualifikasi memberikan saran, opini atau pendapat di bidang hukum. Akan tetapi, in house counsel selain berperan sebagai legal advisor di suatu perusahaan, profesi ini juga sebagai partner bisnis bagi perusahaan.(Baca Juga: Reza P. Topobroto: In-house Counsel Nilai Tambah Perusahaan)

“In house counsel itu sarjana hukum yang punya perspektif bisnis,” ujar Reza pertengahan Maret tahun lalu.

Reza menambahkan, di satu sisi, seorang in-house counsel mesti mengedepankan aspek kepatuhan perusahaan terhadap regulasi. Namun, di sisi lainnya, in house counsel juga mesti memikirkan kelangsungan bisnis suatu perusahaan. Makanya, in house counsel mutlak dituntut punya perpsektif bisnis. Selain itu, tujuan perusahaan meng-hire in house counsel salah satunya untuk dimintai analisis hukumnya terkait potensi resiko yang mungkin dialami perusahaan di kemudian hari.

Yang mesti dicatat, menganalisa potensi risiko sembari mencari jalan keluar yang terbaik namun tetap patuh regulasi bukanlah hal yang mudah. Pertama, potensi risiko itu tak cuma yang berkaitan dengan aspek hukum. Kedua, kecil kemungkinan bagi in house counsel untuk memahami teknis di lapangan secara mendalam. Padahal, Reza berpendapat bahwa yang pertama mesti digali adalah potensi risiko yang akan dihadapi. Lantas, bagaimana cara analisa resiko dan mencari jalan keluarnya?(Baca Juga: Corporate Counsel Sudah Bukan Lagi Sebagai Fungsi Penyokong)

Dalam praktik, Reza biasanya menggali dan mencari tahu potensi risiko dengan menjalin hubungan dengan divisi-divisi lain di internal perusahaan yang tahu detail dan teknis mengenai bisnis prosesnya. Darisana, in house counsel akan lebih mudah ketika nantinya mengukur bentuk, dampak, hingga potensi kerugian yang mungkin dialami perusahaan. “Mesti tahu dulu risiko apa yang akan dihadapi. Jika kita tau teknis, maka kita akan bisa prediksi dan ukur apa bentuk, dampak, hingga kerugian yang mungkin muncul nantinya. Sehingga, kita bisa berikan pendapat hukum yang terbaik bagi otoritas pemegang keputusan di suatu perusahaan,” jelas mantan Ketua Umum Indonesia Corporate Counsel Association (ICCA) itu.

Selain itu, mesti diingat oleh karena in house counsel dituntut punya perspektif bisnis, maka dalam memberikan rekomendasi paling tidak mesti mempertimbangkan tiga aspek utama, yakni sesuaikan dengan tujuan perusahaan dalam 5-10 tahun mendatang, lalu rencana perusahaan per periode, sekaligus risiko jangka panjangnya. “In house counsel yang next generation (bukan traditional) akan lakukan ‘smart risk’ yang tadi itu,” imbuhnya.

Hukumonline.com
Sumber: Koleksi Sudimin Mina, Maret 2017

Partner dari firma hukum Aji Wijaya & Co, GP Aji Wijaya, dalam kesempatan sebelumnya, mengatakan bahwa penting bagi lawyer untuk memahami ilmu akuntansi. Baik lawyer litigasi maupun korporasi, ia seringkali menyarankan kepada para lawyer terutama lawyer muda untuk memahami ilmu akuntansi. Aji menegaskan, ini bukan untuk menjadikan ahli tetapi untuk mempermudah saat klien mengadapkan lawyer pada neraca keuangan untuk keperluan menggugat pihak lawan misalnya.

Saran serupa juga disampaikan oleh Andrey Sitanggang, Partner dari firma hukum Andrey Sitanggang & Partners Law Office. Ia berpendapat, pemahaman mengenai ilmu ekonomi akan melengkapi saat lawyer menganalisa suatu kasus berkaitan dengan isu korporasi. Untuk diketahui, Andrey juga menyandang gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Advent Indonesia. (Baca Juga: 6 Hal Wajib Diperhatikan untuk Jadi Lawyer Multi Skills)

“Kalau komersil itu saya merasa memang akan merasa lebih lengkap lagi kalau ada tambahan pengetahuan selain hukum ya. Akan lebih mudah bagi saya menganalisa suatu kasus saat saya memahami corporate law, saya juga memiliki pemahaman tentang ekonomi,” ucap Andrey.
Tags:

Berita Terkait