Serangan WannaCry, Warning bagi Instansi Pelayanan Publik
Berita

Serangan WannaCry, Warning bagi Instansi Pelayanan Publik

Instansi pelayanan publik mesti meningkatkan dan memperkuat sistem pengamanan informasi. Sebab, serangan tersebut sebagai bentuk ancaman baru berupa proxy war dan cyber war yang digunakan pihak tertentu untuk melemahkan suatu negara.

Oleh:
RFQ
Bacaan 2 Menit
Ilustrasi. Foto: RES
Ilustrasi. Foto: RES
Belakangan terakhir beberapa negara mendapat serangan virus yang masuk ke sistem informasi. Indonesia pun tak luput dari serangan virus global Ransomeware WannaCrypt dikenal dengan WannaCry. Buktinya, sistem informasi Rumah Sakit Dharmais dan Harapan Kita mengalami lumpuh pelayanan terhadap pasien. Bahkan, dikhawatirkan virus wannacry menyerang sistem informasi instansi lainnya.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan mengatakan serangan bermula dari bocornya tool yang digunakan oleh National Security Agency (NSA) yakni sebuah kode pemprograman (exploit) yang memanfaatkan kelemahan sistem dari Microsoft Windows. Nah exploit tersebut digunakan sebagai satu cara menyebarkan virus secara cepat melalui software perusak yang bernama wannaCry ke seluruh penjuru dunia.

Group hacker yang menyebarkannya adalah Shadow Broker,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima wartawan di Jakarta, Senin (15/5/2017).

Menurutnya, motif dari serangan belakangan berubah. Awalnya dilakukan oleh negara dengan tingkat kerahasian operasi yang tinggi, bergeser menjadi serangan yang dilakukan oleh kelompok dengan motif komersil. Bahkan, disinyalir merugikan banyak kalangan masyarakat.

Mantan Wakapolri era Kapolri Jenderal Badrodin Haiti itu berpendapat bila ditelisik dari exploit yang diboocorkan, maka seluruh masyarakat mesti waspada terhadap exploit lainnya yang digunakan oleh state atau nonstate hacker dalam melakukan penetrasi ke dalam sistem target, khususnya yang memiliki kelemahan. Bahkan tak sempat diantisipasi oleh pembuat sistem.

Ia mewanti-wanti serangan virus wannaCry menjadi peringatan terhadap semua pihak, khususnya instansi publik yang strategis. Misalnya, rumah sakit dan instansi pelayanan publik lainnya. Karena itu, instansi pelayanan publik mesti meningkatkan dan memperkuat sistem pengamanan informasi. Sebab, serangan tersebut sebagai bentuk ancaman baru berupa proxy war dan cyber war yang digunakan pihak tertentu untuk melemahkan suatu negara.

“Serangan ini menjadi peringatan bagi semua pihak terutama instansi publik yang strategis seperti rumah sakit yang menjadi korban serangan saat ini,” ujarnya.

Menurutnya, negara bersama seluruh instansi publik mesti memperbaharui sistem pengamanan informasi. Yakni dari pengamanan informasi konvensional firewall dan antivirus diubah menjadi sistem pengamanan terintegrasi yang memiliki kemampuan deteksi secarangan dini ke seluruh komponen sistem informasi.

Dia menegaskan koordinasi serta konsolidasi dengan instansi lain di bidang intelijen dan pengamanan informasi wajib dilaksanakan. Dengan begitu dapat mempercepat proses penangkalan ketika terjadi serangan secara masif ketika terjadi serangan siber di instansi tertentu dapat ditangkal dengan adanya konsolidasi, koordinasi, dan pertukaran cyber intelligence antar instansi.

“Instansi lain yang belum terkena serangan dapat segera menentukan mitigasi dan tindakan preventif sebelum terjadi serangan,” ujarnya mengingatkan.

Anggota Komisi I DPR Sukamta mengatakan respon yang dilakukan Kominfo dengan membuat edaran ke berbagai pihak dalam mengantisipasi serangan cyber berjenis virus Malware Ransomware jenis WannacCy sudahlah tepat. Karena itu, sosialisasi mesti terus dilakukan, sehingga pemanfaatan sistem informasi dan teknologi di instansi pemerintahan dan pelayanan publik tak terganggu. Hal serupa pun harus dilakukan pemerintah daerah.

Dia berharap pihak Kominfo dan pegiat teknologi informasi terus berkoordinasi dalam melakukan upaya pencegahan atas beredarnya virus wannaCry. Pasalnya virus tersebut telah menyerang sistem informasi di instansi pelayanan publik rumah sakit yang mengganggu pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan sistem informasi bagi pasien.

“Menghimbau ahli informasi dan teknologi di Indonesia untuk ikut secara aktif berkontribusi mencari cara menanggulangi serangan siber ini,” harapnya.
Tags:

Berita Terkait