Loeke Larasati: Perjuangan Perempuan Kedua di Kursi Jaksa Agung Muda
Srikandi Hukum 2018

Loeke Larasati: Perjuangan Perempuan Kedua di Kursi Jaksa Agung Muda

Di mata Loeke, perempuan itu hebat ketika menjalani dua profesi yakni profesi hukum dan ibu rumah tangga. Tetapi bukan berarti kalau hanya seorang ibu rumah tangga tidak hebat. Justru, ibu rumah tangga bekerja jauh lebih berat/keras daripada suaminya.

Oleh:
Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit
Loeke Larasati. Foto: RES
Loeke Larasati. Foto: RES

Tak banyak cerita kiprah yang bisa didapat mengenai perempuan yang satu ini. Kalau kita mengetik nama “Loeke Larasati Agoestina”, mungkin hanya ada berita-berita terbaru yang muncul seperti pengangkatannya sebagai Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) Kejaksaan Agung RI pada Oktober 2017 hingga saat ini. Atau ketika ia diangkat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jawa Barat di tahun yang sama.  

 

“Jangankan kamu, waktu staf kejaksaan mau bikin profil saya saja juga bingung,” kata Loeke Larasati Agoestina atau yang kerap disapa Loeke saat membuka wawancaranya dengan Hukumonline di Kejaksaan Agung, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, akhir Maret 2018 lalu.

 

Loeke Larasati menjadi wanita kedua menjabat Jamdatun setelah Harprileny Soebiantoro (Ellen). Loeke sebelumnya pernah mengemban jabatan strategis di Korps Adhyaksa seperti Wakajati Riau (2012-2014), Kajati DI Yogyakarta (2014) hingga Kepala Pemulihan Aset Kejaksaan Agung (2015). Kepada Hukumonline, Loeke banyak bercerita awal mula dirinya memilih profesi Jaksa dan pengalamannya menekuni karir sebagai “pengacara negara” ini.

 

Loeke menuturkan, meski telah menjadi salah satu petinggi Kejaksaan, awalnya ia sempat memilih jurusan elektro atau kedokteran di perguruan tinggi. Tetapi, justru ia diterima di Fakultas Hukum (FH) Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Setelah lulus dari FH Universitas Parahyangan (1984), ia sempat melamar ke beberapa perusahaan swasta, tetapi takdir berkata lain karena ia malah lulus seleksi CPNS di Kejaksaan Agung beberapa tahun kemudian.

 

“Memang rejekinya ada di Kejaksaan ya, saya masuk diterima di Jakarta. Di situ saya memulai perjuangan, mengembangkan karir, pendidikan, berawal dari Jakarta,” ujar Ibu tiga anak ini.

 

Meski terlahir keluarga berlatar belakang profesi hukum, namun Loeke menegaskan tidak ada paksaan sama sekali dari keluarga untuk berkiprah di dunia hukum. Selain ayahnya seorang advokat, mertuanya juga merupakan salah satu pejabat Kejaksaan ketika itu. “Paling ya saran, izin dari suami saya dulu, waktu saya diterima CPNS Kejaksaan Agung masih boleh kalau sudah nikah. Tapi, setelah saya diterima aturannya enggak boleh kalau menikah dulu. Saya yang terakhir, syarat masih boleh menikah,” kata Loeke.

 

Baca:

Tags:

Berita Terkait