Advokat Lulusan S-2 Kampus Luar Negeri di Mata Firma Hukum
Utama

Advokat Lulusan S-2 Kampus Luar Negeri di Mata Firma Hukum

Ternyata tidak semua firma hukum, kandidat yang memiliki ijazah S-2 dari kampus hukum di luar negeri mendapatkan nilai tambah. Bagi MKK, tidak memandang perbedaan kandidat pelamar yang memiliki ijazah S-2 dalam ataupun luar negeri. Lain halnya dengan HBT dan SSMP yang menilai hal tersebut sebagai point plus karena penguasaan bahasa.

Oleh:
Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit

"Perkembangan kemampuan lawyer di law firm dalam hal skill bahasa Inggris hanya akan diperoleh dari pengalaman kerja, (menurut saya) bukan karena studi ambil S2 di luar negeri," imbuhnya.

Berbeda dengan MKK, Hiswara Bunjamin & Tandjung (HBT) in Association with Herbert Smith Freehills menyatakan memiliki latar belakang pendidikan S-2 di luar negeri menjadi nilai tambah bagi seorang yang hendak melamar bekerja di kantornya. Managing Partner HBT, Tjahjadi Bunjamin, menjelaskan untuk kantor hukum seperti HBT yang berhubungan banyak dengan pekerjaan yang menuntut penggunaan bahasa Inggris, maka ijazah S-2 di kampus luar negeri memberikan point plus.

“Kalau S-2 (di kampus luar negeri) itu bagus, artinya menambah ilmu dan memperluas wawasan kan dengan mengambil Master disana. Untuk kantor seperti HBT, karena ada aspek bahasa juga mengingat hampir di semua kerjaan kantor kami ikut menggunakan bahasa Inggris. Yang penting S-1-nya di Indonesia supaya bisa dapat izin advokat nantinya,” ujar Tjahjadi kepada Hukumonline, Kamis (22/9/2022).

Senada, Managing Partner Siregar Setiawan Manalu Partnership (SSMP) Nien Rafles Siregar turut mengamini untuk kantornya memandang lulusan S-2 hukum di luar negeri akan memperoleh perhatian lebih. Pasalnya, dalam perekrutan, rekam jejak tersebut setidaknya dapat menjadi jaminan tersendiri perihal kandidat memiliki kemampuan berbahasa Inggris sekaligus sudah biasa melakukan riset.

“Dalam melakukan perekrutan lawyers, kami melihat lulusan kampus hukum luar negeri mempunyai nilai lebih. Paling tidak dalam kemampuan berbahasa Inggris dan terbiasa melakukan riset. Namun tetap yang paling utama adalah kemauan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan bisa bekerja dalam tim,” terang Rafles, Kamis (22/9/2022).

Tags:

Berita Terkait