Akibat Penggunaan Midnight Clause yang Keliru dalam Konteks Arbitrase Nasional
Kolom

Akibat Penggunaan Midnight Clause yang Keliru dalam Konteks Arbitrase Nasional

Ketidakjelasan klausul arbitrase karena penggunaan midnight clause bagaimanapun juga tidak menghalangi suatu institusi arbitrase untuk menerima, memeriksa dan memutus permohonan arbitrase yang diajukan oleh pemohon arbitrase.

Bacaan 6 Menit
Eri Hertiawan. Foto: RES
Eri Hertiawan. Foto: RES

Biasanya dalam suatu transaksi komersial yang akan dilakukan para pihak, salah satu atau bahkan semua pihak yang terlibat hanya fokus pada hal-hal yang bersifat komersial. Para pihak awalnya hanya berkutat pada masalah bagaimana caranya mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Bagaimana memperoleh hak yang porsinya lebih banyak dari kewajiban. Bagaimana keuntungan dapat diperoleh secepat-cepatnya.

Perundingan yang membahas isu-isu komersial kerap dilakukan sampai larut malam. Sampai pada akhirnya di ujung proses perundingan baru disadari bahwa manakala pelaksanaan dari kesepakatan komersial itu mengalami hambatan dan menimbulkan persengketaan di antara para pihak, di situlah baru disadari pentingnya suatu ketentuan pasal yang mengatur dengan baik bagaimana suatu sengketa harus diselesaikan di antara para pihak.

Dalam situasi yang demikian, di tengah kelelahan akibat perundingan masalah komersial yang mungkin saja dilakukan secara marathon, dan untuk menjawab kebutuhan adanya ketentuan pasal yang akan mengatur dan menyelesaikan sengketa di antara para pihak, dalam praktiknya banyak dilakukan “copy and paste” suatu ketentuan pasal yang merupakan suatu boiler plate yang mungkin dianggap standar bagi para pihak. Ketentuan pasal yang demikian diambil pada menit-menit terakhir proses perundingan.

Tanpa melihat dan mempertimbangkan industri yang relevan, boiler plate ketentuan pasal yang mengatur penyelesaian sengketa tersebut hanya sekadar dijadikan satu dengan ketentuan pasal lainnya, tanpa memahami arti dan makna sesungguhnya serta konsekuensi hukum dari ketentuan pasal dimaksud. “Copy and paste ketentuan pasal yang dianggap standard menjadi suatu hal yang dianggap lumrah dan mungkin saja lebih memudahkan bagi para pihak tanpa perlu berpikir lebih panjang lagi. Namun para pihak dapat terjerumus ke dalam suatu keadaan yang tidak pasti dimana konsekuensi logisnya adalah adanya waktu dan biaya tambahan.

Ketentuan pasal yang diambil dari kebiasaan melakukan “copy and paste” dimaksud pada saat para pihak kelelahan dan tidak fokus lagi setelah mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang bersifat komersial biasanya disebut sebagai “midnight clause”. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah suatu midnight clause yang dianggap sebagai suatu boiler plate yang standar mengandung risiko atau konsekuensi hukum yang menguntungkan atau bahkan dapat merugikan para pihak atau salah satu pihak?

Guna menjawab pertanyaan dimaksud, Penulis ingin sekadar berbagi pengalaman untuk menyampaikan adanya konsekuensi hukum akibat tidak dilakukannya kajian dan pemahaman yang mendalam dari suatu “midnight clause”, khususnya dalam konteks arbitrase nasional (domestik). Adapun konsekuensi hukum yang mungkin ada akan dilihat satu-persatu sesuai dengan tipe permasalahannya.

Baca juga:

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait