Andhika Sudarman: Berkuliah, Berprestasi dan Berpidato Wisuda di Kampus Hukum Terbaik Dunia
Rechtschool

Andhika Sudarman: Berkuliah, Berprestasi dan Berpidato Wisuda di Kampus Hukum Terbaik Dunia

Selain network berharga dengan mahasiswanya, pengajar di Harvard Law School benar-benar menjunjung tinggi kualitas dengan latar belakang yang tidak biasa.

Oleh:
Hamalatul Qur’ani
Bacaan 2 Menit
Andhika Putra Sudarman. Foto: Istimewa
Andhika Putra Sudarman. Foto: Istimewa

Siapa yang tak kenal Harvard University? Ada banyak sekali petinggi-petinggi dunia yang merupakan jebolan dari kampus ini, tak terkecuali mantan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Obama yang pernah mengenyam sekolah dasar di SDN Menteng 01 Jakarta, diketahui memperoleh gelar Jurist Doctor (JD) dari Harvard Law School (HLS) pada 1991.

Kini, Andhika Putra Sudarman, seorang Mahasiswa asal Tanjung Pinang yang menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), juga telah berhasil menyelesaikan kuliah S2 nya di HLS. Tak tanggung-tanggung, Ia bahkan terpilih berpidato pada wisuda kelulusan Kampus Hukum Nomor 1 dunia versi QS World University Rankings itu.

Sosok Andhika bahkan disebut-sebut sebagai satu-satunya orang Indonesia yang terpilih berpidato mewakili wisudawan di HLS. Sedikit flashback, Andhika diketahui sudah terpilih untuk menjadi “Class Marshal” di angkatannya. Hanya terdapat 6 orang Class Marshal (perwakilan kelas yang dipilih melalui seleksi) yang mewakili sekitar 800 orang wisudawan. Awalnya, Ia hanya bercanda hendak ikut pemilihan karena mengetahui tingkat kesulitannya. Mengingat pemilihannya berdasarkan seleksi, Ia sempat berpikir karena merupakan satu-satunya orang Indonesia, sudah pasti memiliki peluang yang rendah.

Terlebih tak jarang Ia mendengar bahwa setiap tahun yang terpilih adalah orang Amerika dan Amerika Latin. Untuk itu, jangankan bermimpi bisa berpidato saat kelulusan, untuk bisa diterima kuliah di HLS-pun Andhika tak pernah menyangka akhirnya berhasil Ia realisasikan. (Baca: Kisah Perjuangan Konstitusional Mahasiswa dari Tujuh Kampus)

“Sepuluh tahun yang lalu, saya bermimpi pun tidak berani untuk berkuliah di sini. Dulu saya pergi ke Jakarta untuk kost sendiri, bimbel 3 minggu berharap bisa diterima di UI. Siapa sangka, perjuangan mengantarkan saya tidak hanya kepada UI, tetapi juga ke Harvard,” kenangnya.

Lantas, apa yang spesial dari berkuliah di HLS sejauh pengalaman Andhika? Ia mengatakan, hal paling berharga yang didapatkannya adalah keluarga baru. Selain mahasiswanya, pengajar di Harvard Law School benar-benar menjunjung tinggi kualitas dengan latar belakang yang tidak biasa. Mulai dari mantan agen CIA sampai calon presiden, semuanya ada.

Bahkan berkat dosen favoritnya, Bruce Hartling Mann yang merupakan salah satu pengajar di HLS, Ia sempat bertamu ke kediaman Elizabeh Warren, Senator dari Negara Bagian Massachusetts sekaligus satu-satunya calon presiden Amerika dari Democratic Party yang juga merupakan mantan pengajar Harvard Law School. Sekedar informasi, Bruce Mann merupakan suami dari Elizabeth Warren.

Adapun dalam proses belajarnya, HLS menekankan pada diskusi, dan baik dosen maupun mahasiswa harus siap “diserang” habis-habisan di dalam kelas. “Orang sini tidak ada segan-segannya dalam berdiskusi,” tukasnya.

Pernah dua kali menjadi juror di simulasi sidang (mock trial) penerapan sistem hukum Amerika Serikat merupakan salah satu pengalaman unik apa yang dirasakan Andhika selama berkuliah di HLS. Selain itu, Ia bahkan sempat memenangkan kompetisi hackaton yang diadakan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Hackaton menjadi menarik, karena produk rekan prosesnya meliputi coding dan modeling, yang merupakan pengalaman baru bagi Andhika. Beruntungnya, Andhika ditemani teammate  yang handal dengan latar belakang Operation Research, Fransisca Susan (PhD MIT) dan Master of Finance, Nadia Amalia (MIT).

“Ketika mengerjakan modeling-nya, perbedaan kita memungkinkan kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan mempertimbangkan segala kemungkinan. We could think of all the ways to dice and slice the problems. We had to stay up until 5AM and start at 8AM, but again, hard work pays off,” katanya.

Pengalaman unik lainnya termasuk menjadi pembicara dalam American Democratic Debate, acara Harvard Law School yang mensimulasikan debat calon presiden saat itu.

“Cita-cita saya dari dulu adalah membuat perubahan fundamental berjangka panjang di sistem pemerintahan. Saya pun menerima tawaran untuk mewakili Joe Biden atas dasar kesadaran bahwa mengikuti debat semacam ini sebagai orang asing, apalagi di depan ruangan yang dipenuhi mahasiswa Harvard Law School, adalah pengalaman sangat berharga yang mungkin tidak akan pernah datang lagi. Saya akan bisa belajar begitu banyak dari pengalaman ini. Saya mempersiapkannya dengan sangat serius, dan saya bersyukur mendapatkan masukan dari teman saya Dimas Muhamad (S2 Harvard) yang lebih mengerti konstelasi politik di Amerika,” ujarnya.

Menariknya, jauh sebelum Andhika berkuliah di HLS, tepatnya saat masih mengenyam pendidikan S1 di FHUI, Andhika bahkan pernah menyabet gelar Honorable Mention di ajang bergengsi, Harvard MUN. Bukan perkara mudah, lebih dari 50 kampus terbaik dunia berlomba-lomba mengirimkan delegasi terbaik mereka untuk bertanding. Kepada hukumonline, Ia pernah menyebut butuh waktu dua tahun lebih mempersiapkan diri untuk bertanding di ajang bergengsi ini.

Saat ditanya soal kunci keberhasilannya di ajang tersebut, Andhika menyebut karena Ia menyampaikan materi terkait sesuatu yang memang sesuai dengan minat dan ketertarikannya, yakni soal water management & security, sehingga Ia bisa tampil maksimal. Akan berbeda hasilnya jika kita melakukan sesuatu yang kita ‘suka’ dan kita ‘mampu’ dibandingkan dengan melakukan sesuatu yang disuka tapi tak mampu atau mampu tapi tak suka atau bahkan tidak mampu dan tidak suka.

“Minimal cari yang sangat kita sukai atau yang sangat kita bisa, karena sekalipun kita hardwork untuk suatu hal, talenta tetap tak bisa dibohongi. You’ll never become number one kalau kamu cuma ngandelin hard work,” tukas Andhika.

Tags:

Berita Terkait