Berkolaborasi Pulihkan UMKM Akibat Covid-19 Melalui Teknologi
Terbaru

Berkolaborasi Pulihkan UMKM Akibat Covid-19 Melalui Teknologi

Pandemi Covid-19 yang berlangsung setahun lebih menekan perekonomian nasional. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi sektor paling terpukul.

Oleh:
Mochamad Januar Rizki
Bacaan 5 Menit

Banyak pekerja masuk informal sektor. Ada perkembangan luar biasa signifikan dari sektor ultra mikro. Ini bukan sesuatu yang baik karena banyak pekerja yang tergeser, mereka terpaksa masuk ultra mikro. Tapi tentu ada peluang, harus dijaga agar mereka bisa survive. Karakteristik saat ini bisa jadi ultramikro bisa saja hilang tahun depan, namun ada peluang untuk bisa menikmati dari pandemi ini,” jelas Fithra.

Dia optimis memasuki masa kebiasaan baru (new normal) pelaku UMKM dapat bertahan karena mampu beradaptasi dengan teknologi khususnya di wilayah perkotaan seperti Jakarta. Menurutnya, pelaku UMKM sudah mulai menerapkan teknologi digital. Dia mendorong agar pelaku UMKM memanfaatkan teknologi digital untuk kegiatan produktif. “Saya relatif optimis, orang Indonesia secara umum sudah menggunakan internet masalahnya mereka tidak gunakan internet untuk kegiatan positif. PR-nya di situ,” jelas Fithra.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menyampaikan kondisi UMKM di Indonesia sebagian besar termasuk sektor perdagangan. Menurutnya, sektor tersebut memiliki kerentanan lebih besar dibandingkan manufaktur saat pandemi Covid-19. Akibatnya, saat pandemi Covid-19, sebagian besar UMKM harus berhenti usahanya.

Dia juga menjelaskan sebagian kecil UMKM baru memanfaatkan teknologi digital. Kondisi tersebut berbeda dibandingkan dengan usaha skala besar yang lebih adaptif. “UMKM saat Covid sangat sensitif. Usaha besar justru lebih beradaptasi dengan teknologi sementara mikro hanya 30 persen,” jelas Tauhid.

Selain itu, kondisi ini diperparah dengan minimnya UMKM yang memanfaatkan bantuan pemerintah. Untuk itu, dia mendorong agar UMKM memanfaatkan teknologi digital dalam kegiatan usaha tidak hanya untuk bertransaksi tetapi juga mendapatkan informasi bantuan pemerintah serta pemerolehan pendanaan usaha.

“Bagaimana memanfaatkan e-commerce. Kolaborasi jadi sesuatu yang penting. Tapi perlu diingatkan ada keberpihakan yang pemerintah bisa lakukan. Penting juga mereka yang dari non-bankable jadi bankable atau punya klaster sendiri sehingga mereka terakses dengan financial source. Penting bagi ultra mikro ada pinjaman Rp 1-2 juta mereka tidak mampu bayar ini berat bagi mereka untuk kembalikan yang justru memperlambat pemulihan,” jelas Tauhid.

Praktisi Eksportir ke 43 Negara dan pemilik Nancy Craft Co., Regina Kindangen mengatakan perlu terhadap dukungan pemerintah untuk menyerap produk UMKM. Dia menjelaskan UMKM memiliki serapan tenaga kerja yang tinggi sehingga penting bagi pemerintah untuk membantu pelaku usaha menghadapi pandemi Covid-19.

“Beberapa action yang bisa dilakukan yaitu dukungan pemda, BUMD untuk penyerapan produk UMKM. Kemudian, mempopulerkan digitalisasi ke kalangan UMKM agar bisa go-online ke seluruh Indonesia. Lalu, pelatihan dan pendampingan untuk menaikan kapasitas dan kualitas produk hasil UMKM agar siap pasca-pandemi,” jelas Regina.

 

Tags:

Berita Terkait