Cerita di Balik Gejolak pada Munas Asosiasi Pengajar HTN HAN
Utama

Cerita di Balik Gejolak pada Munas Asosiasi Pengajar HTN HAN

​​​​​​​Dugaan berpotensi konflik kepentingan menjadi alasan sejumlah orang keluar dari organisasi APHTN-HAN. Ketua Umum APHTN-HAN terpilih memastikan tak akan terjadi konflik kepentingan.

Oleh:
Moch. Dani Pratama Huzaini
Bacaan 8 Menit

Guntur juga menjelaskan kekhawatiran terjadinya konflik kepentingan dalam dirinya saat menjabat pada dua posisi. Menurut Guntur, ada latar belakang terkait ini sebelum dirinya mau untuk dicalonkan. “Perlu diketahui saya di organisasi ini bukan orang baru. Dalam kepengurusan Prof Mahfud saya salah satu ketua. Berarti 4 tahun belakangan ini sudah terlibat aktif dan selama ini selaku Sekjen tidak ada masalah,” terangnya. 

Kekhawatiran tentang adanya konflik kepentingan, Guntur memastikan lembaga tempat di mana dirinya bernaung sebagai Sekjen telah memiliki sistem dan rambu-rambu yang selama ini telah diterapkan. Artinya, tidak ada tebang pilih dalam memperlakukan mitra kerja MK. APHTN-HAN tidak otomatis diprioritaskan menjadi mitra MK jika tidak memenuhi standar dan rambu-rambu kerja sama yang ditetapkan MK. 

“Karena sebelum saya jadi ketua ini kerja sama dengan APHTN-HAN ini kerja samanya sudah berjalan. Apakah itu saya mau dikatakan konflik kepentingan? Selama ini juga kerja sama dengan APHTN-HAN, saya juga tidak dituduh ada konflik kepentingan baik dari luar maupun dari dalam. Karena bukan soal saya jadi ketua kemudian ada konflik kepentingan, karena di MK itu sudah ada semua rambu-rambu,” tegas Guntur. 

Jika ada pikiran dan masukan maupun sikap kritis yang ingin ditawarkan ke pemerintah, menurut Guntur tidak menempatkan dirinya pada posisi yang dilematis. Sehingga sepatutnya bukan menjadi persoalan. “Kalau teman-teman mau memberikan sumbangan pemikiran ke pemerintah gak ada masalah. Yang saya lakukan adalah bagaimana koridor, tata cara sesuai dengan kaidah keilmuan, tidak dengan membuat diksi-diksi yang susah maksud dan tujuan tapi dengan diksi yang mudah dipahami, bisa diterima, kemudian disampaikan secara santun, baik-baik,” terangnya. 

Dirinya mengungkapkan untuk menghindari cara-cara di mana sikap organisasi disampaikan melalui pernyataan-pernyataan terbuka namun lewat jalan yang lebih bermartabat dan memperhatikan aspek/aspek dan kaidah keilmuan serta tata cara ketimuran. “Tetap kita menyuarakan kebenaran. Siapapun itu pasti bisa menerima itu dengan baik. Menyampaikan secara santun dan baik-baik. Substansinya sama saja,” tutup Guntur.

Tags:

Berita Terkait