Demi Pengawasan, Hatta Ali Tak Gentar Gertakan Preman
LIPUTAN KHUSUS

Demi Pengawasan, Hatta Ali Tak Gentar Gertakan Preman

Pengalaman sebagai pengawas di Inspektorat Jenderal Departemen Kehakiman dan terlibat Operasi Tertib (Opstib) jadi bekal pengawasan Hatta Ali di MA.

Oleh:
Tim Hukumonline
Bacaan 2 Menit
Hatta menemui banyak pihak untuk mengumpulkan keterangan terkait wakil ketua pengadilan itu mulai dari Bupati sampai masyarakat sekamir. Dari informasi itu, ditemukan fakta target Hatta itu sudah dikenal warga sebagai rentenir. Setiap pagi, pengadilan ramai dikunjungi sebagian warga. 
Sayangnya, yang mereka tunggu bukan jalannya persidangan tapi mau meminjam uang kepada wakil ketua pengadilan itu. Bahkan masyarakat lebih mengenal pengadilan itu bukan sebagai lembaga peradilan tapi tempat pinjam uang. “Dia praktik renternir di ruang kerjanya sendiri, ruang wakil ketua pengadilan,” paparnya.
Penampilan wakil ketua pengadilan itu menurut Hatta tidak seperti hakim pada umumnya karena dia menggunakan kalung rantai di lehernya. Perawakannya pun tinggi besar. Merasa informasi yang diperolehnya cukup, Hatta langsung memeriksa wakil ketua pengadilan tersebut. Pemeriksaan dilakukan hari Jumat pukul 09.00-11.00. Setelah melakukan pemeriksaan Hatta menunaikan sholat Jumat.

Hukumonline.com
Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali. Foto: RES

Hari menjelang malam, Hatta kembali ke hotel tempatnya menginap. Tak disangka, wakil ketua pengadilan yang diperiksa itu datang menemui Hatta. Hatta mempersilakan wakil ketua pengadilan mengutarakan maksudnya. Lantas saja wakil ketua pengadilan itu mengucapkan kalimat-kalimat bernada intimidasi.
“Pak, semua keluarga saya jadi kernet bus di Garogol (Grogol,-red), saya yang membiayai mereka. Kalau saya sampai dipecat, kehilangan nafkah, bagaimana membiayai mereka? Tentu bapak yang akan dicari mereka,” kata Hatta mengulangi ucapan wakil ketua pengadilan itu. Sengaja, Hatta membiarkan wakil ketua pengadilan itu sampai selesai berbicara. Setelah itu Hatta yang sedang duduk di bangku langsung berdiri dan mengatakan “seujung kotoran kuku saya tidak takut dengan kamu,” wakil ketua pengadilan itu langsung bersimpuh dan memeluk kaki Hatta sambil menangnis meminta agar tidak dipecat.
Tidak berhenti disitu, wakil ketua pengadilan itu ternyata punya jurus lain untuk menyudutkan Hatta. Dia mengadukan Hatta ke Menteri Kehakiman yang saat itu dipimpin Mudjono. Inti pengaduannya menyebut ketika melakukan pemeriksaan Hatta dituding tidak memberi izin kepada wakil ketua pengadilan itu untuk sholat Jumat.
Akibat pengaduan itu Hatta dipanggil Irjen Departemen Kehakiman untuk diminta penjelasan. Untungnya, Hatta mencatat setiap detail pemeriksaan yang dilakukan berikut waktunya. Dalam laporan hasil pemeriksaan itu tercantum proses pemeriksaan dilakukan pukul 09.00-11.00. Sholat Jumat umumnya dimulai 12.00.
Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait