​​​​​​​Deretan Corporate Law Firm Menengah Kenamaan Indonesia 2020
Corporate Law Firms Ranking 2020

​​​​​​​Deretan Corporate Law Firm Menengah Kenamaan Indonesia 2020

​​​​​​​Menjaga kualitas pelayanan dengan ukuran efisien.

Oleh:
Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Hukumonline.com

 

Strategi Ukuran Efisien Demi Kualitas

Menjadi law firm ukuran menengah bukan berarti kurang andal. Banyak law firm memilih tidak berukuran besar dengan beragam sebab. Namun biasanya ada satu benang merah: strategi efisiensi demi menjaga kualitas.

 

Managing Partner Oentoeng Suria & Partners (OSP), Ratih Nawangsari menjelaskan pilihan OSP untuk bertahan di ukuran menengah. Memiliki afiliasi dengan Ashurst, law firm asing besar asal Inggris, OSP justru menjadikan ukuran menengah sebagai strategi.

 

“Pernah ada masa ukuran kami besar sekali akibatnya tidak efisien dan banyak keluhan klien. Akhirnya kami pilih ukuran tim efisien agar sustainable,” jelas perempuan yang akrab disapa Ipop ini.

 

Ipop menyebut pilihan OSP sejalan dengan strategi global mitra afiliasi mereka. Pertumbuhan OSP dikendalikan dengan mengacu parameter kualitas. Cara ini juga menjadi daya tawar OSP di tengah kompetisi pasar jasa hukum termasuk dengan big firm.“Tim kami yang tidak besar bisa mengontrol efisiensi dan efektifitas. Harga yang kompetitif dengan anggaran klien dan memuaskan mereka,” ujar Ipop.

 

Ia menceritakan pengalaman OSP dipercaya menangani berbagai transaksi besar oleh perusahaan multinasional.“Size tidak menjamin. Work smart. Transaksi sangat besar atau kecil bisa kami tangani dengan baik. Jadi tidak perlu tim jumbo,” katanya. Meskipun begitu, rencana pertumbuhan jumlah fee earners tetap dibuat jika situasi mendukung. Hanya saja masih tetap dalam strategi ukuran efisien.

 

Dewi Djalal, Managing Partner Dewi Djalal & Partners (DDP) Law Office berbagi cerita serupa meskipun dengan alasan berbeda. “DDP punya visi menjadi law firm yang menanamkan life balance bagi semua personel. Insidental sampai larut malam bisa terjadi tapi jarang,” katanya.

 

Dampaknya adalah DDP memilih jalan efisiensi ukuran dengan segmen pasar spesifik. “Kami memilih menjadi boutique law firm yang sebagian besar kliennya BUMN. Selektif dengan kontrak kerja, agar bekerja tidak overtime,” Dewi menambahkan.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait