Indonesia boleh dibilang sebagai negara yang tidak mujur jika dibandingkan dengan negara lain di Asia seperti Singapura dan Malaysia. Dalam kondisi seperti ini, diperlukan kejelian untuk melihat peluang dan melakukan terobosan-terobosan.
Presiden sebagai pemimpin tertinggi sudah semestinya memiliki visi yang jelas untuk membangun sebuah bangsa. Selain itu, harus mampu untuk meyakinkan masyarakat, baik dalam dan luar negeri, untuk membangun ekonomi yang sudah demikian tertinggal.
Pada awal tugasnya, presiden mengagendakan beberapa agenda reformasi. Antara lain, menormalisasi kehidupan ekonomi dan masyarakat untuk memperkuat dasar kehidupan perekonomian rakyat.
Menyoroti kebijakan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro Djakti dalam mengatasi krisis ekonomi, Amien mengemukakan bahwa pemerintah sepertinya kebingungan. "Tidak jelas atau tidak terfokusnya langkah yang diambilnya selama ini," tegas Amien kepada wartawan (3/11).
Dalam laporan tugasnya, Megawati dengan santun menjawab bahwa terhambatnya stabilitas ekonomi dipengaruhi oleh perkembangan dalam dan luar negeri. "Jangan sedikit-sedikit mengikuti apa yang dikatakan atau dianjurkan oleh IMF dan World Bank," cetus Amien.
Menurut Amien, pemerintah harus punya pendirian yang tegas dalam meyikapi kebijakan ekonomi dan tekanan luar negeri. Tragedi WTC boleh menjadi alasan mundurnya perekonomian dalam negeri. Namun demikian, hal tersebut bukanlah pembenar dalam mengatasi perekonomian.
Penjualan BUMN
Selain masalah kebijakan, Amien juga membahas masalah penjualan BUMN yang cenderung dilakukan seenaknya sendiri. Bayangkan, kata Amien, jika BUMN dijual pada negara asing. "Bukankan pada akhirnya akan menjadikan bangsa ini menjadi kuli di negerinya sendiri," ujarnya. Ia mencontohkan kelapa sawit di Sumatra yang sudah dibeli oleh Malaysiia. Hasil kebun tersebut kemudian dijual ke negara asing.