Hikmahanto Juwana: Profesor Termuda Ahli Hukum Internasional
Profil

Hikmahanto Juwana: Profesor Termuda Ahli Hukum Internasional

Merasa tertantang untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa ia memang layak memperoleh gelar "The Highest Achievement".

Oleh:
LEO
Bacaan 2 Menit

Menurut Hikmahanto, kalau seseorang menjadi anggota DPR atau partai politik, maka ia harus menyuarakan kepentingan partai. "Keberpihakan saya hanya kepada ilmu pengetahuan. Tapi saya nggak tahu ini akan bertahan berapa lama. Karena teman-teman bilang kalau saya punya pemikiran tentang suatu hal, maka harus diimplementasikan."  

Selain pantang untuk berpolitik untuk sementara, Hikmahanto juga punya pantangan lain. Ia harus menjauhi makanan berprotein dan jeroan. Penyebabnya, kadar asam uratnya di atas normal. Jadilah, ia harus menghentikan hobinya melahap soto betawi. Paling-paling ia hanya makan soto ambengan di Cikini. Untuk urusan makanan, Hikmahanto mengaku lidahnya sangat Indonesia, meski telah menjelajah berbagai pelosok dunia. 

Obsesinya adalah go international. Sudah saatnya akademisi Indonesia berkiprah dan memperoleh pengakuan dari dunia internasional. "Ini yang sedang saya rintis. Pada satu titik saya berharap punya nama di dunia internasional. Saya ingin penelitian-penelitian saya dikutip oleh masyarakat internasional. Ini bisa membuat pendidikan hukum di Indonesia terangkat," ujarnya. Ia ingin menjadi pakar hukum internasional yang mendunia.  

Suami dari Nenden H. Juwana ini, yang ia nikahi pada 10 Maret 1990,  mengungkapkan kesulitannya dalam membagi waktu untuk keluarga. Praktis dari Senin sampai Minggu, waktunya habis untuk mengajar. Bahkan, untuk Sabtu dan Minggu, biasanya ia mengajar di luar Jakart, di Medan, Yogyakarta, dan Riau. 

Hikmahanto baru mulai mengajar di atas pukul 17.00 sampai 21.00. Ketika pulang ke rumahnya di Bekasi, ketiga anaknya sudah terlelap. Biasanya, ia baru bisa bertemu dan berkomunikasi dengan anak-anaknya sehabis salat subuh dan ketika sarapan pagi. 

Ayah dari Ogi Pratama Juwana, 12, Tannia Meisa Juwana, 9, dan Afira Diara Juwana, 3, ini beberapa kali mendapat komplain dari anak-anaknya bila mereka merasa ia kurang meluangkan waktunya untuk mereka. "Tapi saya selalu kasih penjelasan bahwa yang saya lakukan mengajar sampai malam, juga untuk mereka. Supaya mereka bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Tantangan saya adalah membuat anak saya mandiri. Saya ingin mereka tak hanya bisa bersaing di Indonesia."  

Kendati demikian, Hikmahanto tidak pernah menegur anaknya bila mereka tidak mendapat ranking yang memuaskan. Meski istrinya komplain dengan sikapnya itu, ia menginginkan anaknya dididik secara demokratis dan diberi kebebasan. Ia berharap kalau anaknya mendapat nilai bagus, itu semua berangkat kesadaran mereka sendiri. 

Toh, ia juga merasa bukan orang yang selalu mendapat nilai bagus. Ketika SMA dan masuk ke jurusan IPA, nilainya juga sering jeblok. Bahkan, ia sering diledek oleh teman dekatnya karena nilainya yang buruk. "Mau jadi apa lu," tukas temannya saat ia lagi-lagi mendapat nilai merah. Rupanya itulah yang jadi salah satu motivasinya untuk menjadi lebih baik. 

Pria yang hobinya mengenakan batik berlengan pendek ini juga mengungkapkan bahwa ia membebaskan istrinya untuk memilih antara membina karier atau mengurus rumah tangga. Baginya, tidak adil bila perempuan yang memperoleh pendidikan tinggi dan orang tuanya telah menghabiskan banyak biaya, malah berhenti bekerja karena dilarang suaminya. 

Untunglah, saat aktifitasnya demikian padat seperti sekarang, istrinya sudah tidak lagi bekerja kantoran. Istrinya kini mengelola sebuah taman kanak-kanak. "Dengan ritme kerja saya seperti sekarang, saya bilang ke istri supaya dia lebih banyak waktu untuk memperhatikan anak-anak. Bila ia memperoleh setengah hari senggang pada akhir pekan, itulah waktu dia untuk keluarga.  

Bila Hikmahanto benar-benar merasa lelah, ia akan memilih untuk tidur. Tidur, berenang, dan membaca jadi salah satu kegiatan favoritnya di waktu senggangnya. Untuk sementara ia belum berniat untuk bermain golf, seperti lazimnya eksekutif muda atau orang-orang sukses mengaktualisasikan diri.

Tags: