Imparsial: Kekerasan Terus Berulang, Operasi Militer di Papua Harus Dievaluasi
Terbaru

Imparsial: Kekerasan Terus Berulang, Operasi Militer di Papua Harus Dievaluasi

Kekerasan yang dilakukan aparat militer di Papua juga menyasar anak. Periode 2021 sampai Juli 2022 sedikitnya terjadi 63 kekerasan dengan jumlah korban tewas 61 orang.

Oleh:
Ady Thea DA
Bacaan 2 Menit
Ilustrasi
Ilustrasi

Kekerasan di Papua terus terjadi, dan ironisnya korban tak hanya berasal dari kalangan masyarakat usia dewasa tapi juga anak. Direktur Imparsial, Gufron Mabruri, mencatat kekerasan terbaru dialami 3 orang anak yang dituduh mencuri 2 ekor burung Yakob/Kakak Tua Putih di Pos Kopassus, di Kabupaten Keerom. Peristiwa terjadi Kamis (27/10/2022) lalu di kampung Yuwanain Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom.

“Pelaku kekerasan tersebut diduga dilakukan oleh anggota Satgas Kopassus yang bermarkas di Jalan Maleo, Kampung Yuwanain Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom,” kata Gufron dikonfirmasi, Senin (31/10/2022).

Gufron mencatat 3 orang korban terdiri dari Rahmat Faisei (14 Tahun), Bastian Bate (13 Tahun), dan Laurents Kaung (11 Tahun). Ketiga anak itu berasal dari Distrik Arso, Kabupaten Keerom. Saat ini tidak diketahui kondisi pasti dari ketiga anak-anak tersebut setelah sebelumnya dikabarkan dirawat di rumah sakit akibat dari penganiayaan yang dialami.

Imparsial mengutuk keras kekerasan terhadap anak yang diduga dilakukan oleh anggota Kopassus tersebut. Kekerasan sangat tidak dibenarkan dengan dalih apapun dan jelas-jelas merupakan tindak pidana. Gufron mendesak kasus tersebut diusut tuntas dan para pelakunya diproses hukum.

Pembiaran terhadap kekerasan tersebut tidak hanya melanggengkan impunitas yang akan semakin memperburuk situasi HAM di Papua, tetapi juga memperdalam sikap anti pati dan ketidakpercayaan masyarakat Papua terhadap pemerintah. Kekerasan itu menambah deret panjang kasus kekerasan yang dilakukan aparat terhadap warga sipil di Papua.

Imparsial mencatat selama 2021 sampai Juli 2022 sedikitnya terjadi 63 kekerasan dengan jumlah korban tewas 61 orang. Tingginya jumlah kasus tersebut menunjukan kekerasan aparat keamanan di Papua sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan, sehingga hal tersebut harus menjadi perhatian serius pemerintah.

Kekerasan yang terus berulang dan berlanjut oleh aparat keamanan di Papua menurut Gufron karena pemerintah selama ini menerapkan pendekatan keamanan yang bersifat militeristik. Pendekatan ini dapat dilihat dari pengiriman aparat keamanan TNI dan Polri non organik dari luar Papua. Aparat dilibatkan dalam berbagai operasi keamanan militer di Papua.

Tags:

Berita Terkait