Ini Tips Bila Anda Ingin Berkarier di Peradilan Internasional
Berita

Ini Tips Bila Anda Ingin Berkarier di Peradilan Internasional

Setidaknya, ada enam langkah yang harus diperhatikan.

Oleh:
Hasyry Agustin
Bacaan 2 Menit
Foto: tugasSekolah.com
Foto: tugasSekolah.com
Siapa yang tidak ingin berkarier di dunia internasional, apalagi untuk lulusan hukum tentunya pasti memiliki keinginan untuk dapat bergabung di peradilan internasional, contohnya adlah ICJ. ICJ sendiri berfungsi sebagai lembaga yudisial utama dari United Nations. ICJ memiliki dua kewenangan utama.

Kewenangan pertama adalah mengadili sengketa hukum internasional antar negara. Sebagai contoh, Indonesia dan Malaysia menyelesaikan sengketa Sipadan dan Ligitan di ICJ pada tahun 2002. Kedua, ICJ memberikan advisory opinions kepada United Nations atau anggota dari United Nations. Lalu, apakah mungkin lulusan sarjana hukum Indonesia dapat berkarier di ICJ?

Muhammad Subarkah, lulusan Sarjan Hukum dari Fakultas Hukum UI yang juga merupakan orang Indonesia pertama yang bekerja menjadi Clerk di ICJ. Dia memberikan tips bagaimana caranya agar bisa berkarier seperti dirinya.

Pertama, yang menurutnya menjadi modal paling penting adalah ketertarikan terhdap bidang hukum Internasional. “Oleh karena itu, saya sangat menyarankan partisipasi di Philip C. Jessup International Law Moot Court Competition dan juga mengambil sebanyak-banyaknya mata kuliah hukum internasional selama kuliah,” katanya kepada hukumonline.

Subarkah merasa cukup beruntung mendapat beberapa penghargaan di Philip C. Jessup International Law Moot Court Competition dan juga beberapa kompetisi internasional lainnya. (Baca Juga: Inside International Justice di Den Haag)

“Memang banyak judicial clerks lainnya memiliki background yang sama dengan saya. Namun jangan berkecil hati jika tidak memiliki background yang sama. Beberapa clerks lainnya lolos dengan latar belakang akademik seperti PhD di bidang hukum internasional dan juga publikasi di berbagai macam jurnal ilmiah,” ujarnya.

Kedua, tingkatkan kemampuan untuk menulis teks hukum dalam bahasa Inggris. Menurutnya, kemampuan berbahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dapat bekerja di ICJ. Selain bahas Inggris, perlu ditingkatkan kemampuan berbahasa Prancis. Menurutnya, itu adalah modal tambahan. “ICJ memberikan nilai plus untuk kandidat yang memiliki kemampuan Bahasa Perancis karena Bahasa ini adalah Bahasa kedua dari ICJ,” tuturnya.

Ketiga,Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang bagus merupakan pertimbangan yang sangat penting dan prestasi Internasional. Menurut Subarkah, apabila lulus S1 dengan nilai IPK yang biasa saja, maka harus dikejar dengan IPK yang bagus saat mengambil master.

“IPK tidak bisa dipungkiri menjadi konsiderasi penting untuk bekerja di ICJ menurut beberapa professor yang pernah saya temui. Namun, jangan kecil hati jika seandainya IPK masih kurang memuaskan pada jenjang S1. Saya lulus dengan nilai yang bisa dibilang cukup standar di FHUI, walaupun saya lulus dengan IPK 3,72 dari skala 4 di University of Virginia School of Law,” tuturnya.

Keempat, ketika ingin bekerja menjadi Clerk di ICJ, pastikan bersekolah di tempat yang bekerja sama dengan ICJ. Soalnya, ICJ hanya mengundang sekolah-sekolah tertentu untuk bergabung menjadi Clerk. Sayangnya, kata Subarkah, sampai saat ini belum ada satu sekolah pun di Indonesia yang bekerjasama dengan ICJ.

“Jika ingin bekerja sebagai judicial clerk (UT), cari sekolah yang memang memiliki kerjasama dengan ICJ Hal ini dikarenakan, sebagaimana yang saya jelaskan diatas, ICJ hanya mengundang sekolah-sekolah tertentu di dunia. Sayangnya saat ini belum ada sekolah di Indonesia yang mendapatkan undangan khusus untuk program ini,” ungkapnya.

Sekadar catatan, untuk tahun 2016-2017, 15 judicial clerks yang terpilih dinominasikan oleh: Harvard Law School (United States), Yale Law School (United States), Columbia Law School (United States), University of Virginia School of Law (United States), University of Michigan School of Law (United States), New York University School of Law (United States),  Oxford University (England), London School of Economics (England), Australian National University (Australia), McGill University (Canada),  Leiden University (Netherlands), Peking University (China), Universite de Geneve (Switzerland), dan York University (Canada).

Keenam, siapkan surat rekomendasi sedini mungkin. Menurutnya, surat rekomendasi sangat penting dipersiapkan jauh-jauh hari. Lebih daripada itu, Subarkah juga menyarankan untuk meminta rekomendasi dari profesor yang benar-benar mengetahui kemampuan dan mengenal secara personal.

Tags:

Berita Terkait